Part 40

3.3K 104 0
                                    

Sudah dua minggu semenjak hari kelulusan Arsya, dia sudah di ajari oleh ayahnya bagaimana caranya mengelolah perusahaan dengan baik, dan dia juga sudah mulai bekerja mengurus anak perusahaan ayahnya.

Hal itu membuat Arthit bosan. Walaupun dia sering di ajak pergi ke kantor oleh ayah ataupun kakaknya, dia tetap saja merasa semakin kesepian karena ayahnya sudah mulai aktif lagi bekerja di kantor.

"Huff... Andai Papa sama Kakak izinin aku kuliah, pasti aku gak akan kesepian seperti ini," gumam Arthit yang saat ini berada didalam kamarnya.

Membayangkan, kehidupannya bersama dengan teman-temannya di kampus. Pasti sangat menyenangkan bukan? Daripada seharian hanya di dalam rumah saja jika tidak diajak keluar oleh keluarganya.

Drtt drtt...

Arthit tersenyum bahagia saat mendapati panggilan suara dari Rino.

"Halo Rin!" Sapa Arthit.

("Halo Thit, dimana?")

"Dimana lagi kalau bukan dirumah," jawab Arthit sambil cemberut.

("Nongkrong yuk bareng kita bertiga!") Ujar Rino dari seberang sana, membuat Arthit senang.

"Boleh, tapi aku izin dulu ke Papa yah!" Ujar Arthit. Andrew sudah memberitahu anaknya itu, jika ingin pergi ke luar harus minta izin dulu, jika tidak di izinkan maka jangan pergi.

("Ya udah, nanti telepon balik kalo di izinin yah! Kalo gak, kita bertiga bakal main aja ke rumah kamu,") ucap Rino.

"Ya udah, panggilannya aku tutup dulu yah," setelah mengatakan hal itu Arthit segera memutuskan sambungan teleponnya dengan Rino dan menelepon ayahnya.

Arthit berdecak kesal kala panggilannya tidak di jawab oleh sang ayah, membuatnya menghubungi ayahnya kembali.

Setelah beberapa saat, Andrew pun mengangkat panggilan dari putranya itu.

("Hallo nak? Kenapa? Butuh sesuatu?") Tanya Andrew kala panggilannya sudah terhubung.

"Hallo Pa, Arthit mau minta izin," jawab Arthit.

("Memangnya kamu mau ngapain, hm?") Tanya sang ayah.

"Arthit mau keluar sama teman-teman Pa," jawab Arthit.

("Vino dan kawan-kawan?")

Arthit memutar bola matanya malas, "Memangnya siapa lagi Papa?"

("Keluar kemana?")

"Nongkrong, di cafe!" Jawab Arthit.

("Ya sudah, kamu di anterin supir, yah! Hati-hati. Kalo ada orang jahat langsung hubungi Papa.")

Arthit terkekeh dengan kalimat terakhir sang ayah, namun dia juga bahagia karena diizinkan pergi keluar bersama dengan teman-teman.

"Iya, makasih yah Pa... Sayang Papa."

("Sayang anak Papa juga.")










♛ EXILED CHILD ♛











"Udah lama gak ngumpul bareng gini!" Ujar Vino memulai percakapan di antara mereka berempat.

Ketiga teman Arthit juga sudah berbicara dengan bahasa yang tidak se- informal dulu, karena ayahnya Arthit sudah menekankan kepada mereka bertiga untuk berbicara dengan bahasa yang sopan jika sedang bersama dengan anaknya.

"Iya nih... Jadi kangen masa lalu," ujar Rino mengingat zaman mereka SMA dulu, setiap hari mereka akan berkumpul bersama dengan Arthit.

Namun, mereka sekarang sudah menjadi mahasiswa tahun kedua, dan Arthit akan bersekolah bersama dengan mereka lagi nanti tahun depan.

Exiled Child (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang