4

102 7 0
                                    

20.00

"Okee okee bestie... jadi ini stok kita terakhir ya. Yuk di keep sebelum kehabisan." Anggi masih semangat di live tiktok bersama Suci sebagai model yang mencoba pakaian – pakaiannya.

"Segera bestie, langsung keep, transfer dan besok diantar deh!" Suci nggak kalah semangat. "Nih lihat bagus kan, dia itu bikin kita kelihatan slim." dia berputar memperlihatkan midi skirt warna bone.

"Cocok juga dipake sama atasan crop ini ya," lanjut Anggi sambil memegang baju Suci.

Aku salut sama keuletan mereka, mereka kelihatan betah kerja sama aku – sebenarnya aku sudah nyerah sama usaha ini tapi kehadiran mereka bikin aku terbakar api. Sebelum pandemi, mereka buat akun official sosmed untuk store ini. Mereka rajin upload, share, live dan searching info tentang pakaian yang lagi trend – sampai kita beraniin jastip thailand supaya nggak ketinggalan mode. Sampai dimana kita bisa berangkat sendiri untuk belanja, awalnya aku ditemani Naima tapi setelah kehilangan dan nggak ada hasrat hidup – ku suruh mereka yang berangkat.

Aku udah di fase pasrah dengan keadaan, selama aku masih mau makan, tidur, bangun lagi besok hari, menjalani hari seperti biasa – aku sudah bersyukur. Aku merasa apa yang ku punya sudah cukup.

"Mba beneran nggak pergi?" tanya Suci waktu itu.

Aku geleng kepala sambil menaikkan kacamataku keatas kepala. "Kalian aja berdua, cari supplier yang berkualitas, minta nomor HP nya supaya kita nggak perlu datang lagi."

"Mba serius?"

Aku mengangguk.

"Kalau kami kabur bawa uangnya gimana?"

"Kan aku yang transfer kalau udah cocok." kataku.

"Ntar kalau kami membelot terus buka bisnis sendiri karena tahu rahasia tentang supplier gimana?"

"Iya nggak apa – apa, bagus lagi. Biar store ini tutup."

"Astaga mba Kiran!" tegur Anggi. "Iya iya kami akan laksanakan dengan baik."

Aku tersenyum. "Aku percaya sama kalian"

"Makasih mba." mereka malah peluk aku.

Mereka pernah bilang, setelah kerja dibeberapa tempat – mereka paling nyaman disini. Mereka yang menjalankan store, aku yang mengatur keuangan dan harga barang. Keuletan mereka membuat store ini bisa bertahan dan sudah lumayan dikenal.

"Udah kelar?" aku agak kaget saat tiba – tiba keduanya menyimpun peralatan tempur live.

"Makanya jangan melamun," seloroh Suci. "Daritadi price tag nya nggak ketempel – tempel."

"Heh!?" aku seperti baru kembali kebumi, benar saja baru lima baju yang ku beri price tag. Ya Tuhan, pikiranku kemana aja tadi. "Maaf deh..."

"Besok aja kita lanjut mba." kata Anggi. "Tuh dicari Om tetangga."

"Heh!?" aku mengikuti arah mata Anggi yang melihat ke pintu hubung store dan pekarangan rumah. Nggak ada siapa – siapa.

"Mba KIRAAANNNN...."

Suara Suci bikin aku sadar sempurna.

"Kenapa kok hari ini kayak ngelag. Sadar mba sadar!"

Aku mengusap rambutku dan memperbaiki cepol yang mulai keluar dari jalur. "Kurang minum sepertinya." ucapku lalu lanjut menempelkan price tag ke baju.

"MBaaa..." Anggi ikutan gemes. "Itu loh dicari Om Tetangga, kok malah lanjut kerja."

Aku mengernyit. "Ibu kali yang dicari."

Love, SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang