6

85 8 0
                                    

Agustus tiba! Salah satu bulan tersibuk di kompleks rumah, perayaan 17 agustusan udah pasti bakal rame apalagi sempat vakum selama pandemi. Panitia acara dibentuk diawal bulan, awalnya aku ditawari tapi mengingat jadwal kursus padat dan takut justru nggak fokus di RT jadinya ku tolak. Toh banyak juga muda mudi di kompleks rumah.

Aku sedang membuka pagar saat Nia berlari kecil ke rumah. "NIIAA..." aku tersenyum lebar, dia langsung memelukku.

"Aku liburan..." katanya senang. "Nih oleh – oleh dari Jogja." dia memberiku bungkusan kertas cokelat. Aku menerimanya dengan senang hati.

"Terimakasih. Kapan datang?"

"Kemarin lusa."

"Kok baru muncul."

"Biasa anak muda, introvert dulu dirumah biar energinya full lagi."

"Bu Dandi kok nggak heboh kamu pulang."

"Mba Kirana aja yang sibuk banget makanya nggak denger Mama heboh."

"Hehehehe."

"Ibu ada dirumah?" tanyanya.

"Ada didalam."

"Terus mba mau kemana?"

"Mba mau ngajar kursus jahit."

"Ciyye udah mulai mengepakkan sayap keluar kandang."

Aku memberengut, "Mba nggak mau kalah sama kamu yang udah jadi desainer berbakat."

"Hehehe."

"Kapan buatin baju mba?"

Nia terlihat antusias, matanya berbinar. "Mba mau?"

Ku usap kepalanya, "Mau dong Nia, biar kayak model yang kamu post di IG itu dengan caption design by Nia."

Dia tertawa. "Nanti aku buatin untuk mba ya, terkhusus untuk guru terbaikku."

"Ditunggu." kataku, aku hendak melangkah mendekati mobil tetapi ditahan Nia.

"Ohya mba..."

Aku menunggu kata selanjutnya.

"Tetangga sebelah ini memang gitu ya?"

Keningku berkerut, nggak paham maksudnya.

Nia maju selangkah supaya lebih dekat dengaku. "Hampir tiap malam ku lihat suami isteri cekcok di halaman rumah."

"Huss... jangan suka ikut – ikutan gosip."

"Aku nggak ikut gosip, tapi sejak aku datang pasti lihat mereka cekcok dan selalu jam 10 malam." kata Nia sambil menunjuk jendela kamarnya dilantai dua. "Kelihatan dari kamarku soalnya."

Aku pernah nggak sengaja lihat saat keduanya bertengkar setelahnya aku juga nggak pernah dengar apapun tentang rumah tangga mereka. Hari – hari bagiku berjalan seperti biasa. Alif antar Kia – Kia dijemput Papanya, seperti itu hampir tiap hari. Aku juga masa bodoh dengan cerita tetangga sebelah ini.

"Mba juga kurang tahu, Nia."

"Tapi kasihan loh Suaminya, mba. Kayak tertekan gitu! Isterinya sampai dilarang masuk rumah. Apa mereka udah pisah ya?"

"Nia..." tegurku, "Kamu baru beberapa hari udah bisa baca situasi tetangga sebelah ya?"

Refleks dia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Maaf mba, soalnya belum pernah lihat pasangan bertengkar gitu."

"Yaudah, mba mau berangkat dulu. Bisa kesiangan denger cerita kamu." kataku, dia cengengesan tanpa dosa. Ku lihat dia menepi untuk memberi mobilku jalan keluar. Aku melambaic padanya yang masih memasang senyum cerah itu.

Love, SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang