Ares : Assalamualaikum, Kirana
Aku : Walaikumsalam
Ares : besok rapat untuk project kita. Jam 10.00 pagi.
Aku : baik, pak
Ares : saya jemput kamu ya, Kirana
Aku : terimakasih Pak, tapi sy bareng Mena krna udh ada janji
Ares : yaudah kalau gitu
Dan chat berakhir tanpa perlu ku respon
#####
Aku berbohong, mana ada aku janjian sama Amena. Aku belum siap menerima kenyataan kalau Alif akan mengejarku. Aku harus membangun tembok tinggi sebelum menghadapi serangan Alif.
Ku chat Mena saat ini juga, supaya satu suara.
Aku : besok bisa jemput aku, kan. Please!
Mena : tiba tiba? Ada apa?
Aku : gabisa ya,
Mena : bisa. Tp knp?
Aku : yaudah aku tunggu ya, jam 10 pagi aku udh harus di lokasi.
Mena : tolong ya manusia satu ini makin lama makin gatau diri 😡
Aku : kali ini aja🙏🏻
Mena : es kopi susu selama seminggu full + ayam geprek vanya delivery ke kantorku
Aku : siap
Iyain saja kemauan Mena daripada aku harus panjang lebar kan menjelaskan.
#####
Aku berhasil mengurangi intensitas bertemu Alif hari ini, kami rapat bersama tapi dia fokus bicara dengan petinggi – petinggi sekolah. Entah apa yang sedang dia bicarakan dengan para petinggi itu tapi terlihat mereka puas dan senang menyimak Alif pun sebaliknya laki – laki itu dengan sabar mendengar cerita mereka.
Aku duduk diantara guru – guru pembimbing, mendengar kegembiraan mereka dengan adanya project ini. Udah gitu gratis pula.
Aku beberapa kali menenangkan diri, berada di tempat formal bernama sekolah ini adalah hal baru bagiku, apalagi aku datang sebagai guru pendamping.
"Ibu sudah menikah?" Tanya seorang guru, dari name tagnya bernama Bu Rifa.
"Alhamdulillah," kataku. Aku menghindari berbagai macam pertanyaan jika aku jujur akan kondisiku. Tanpa sadar mataku bertemu Alif yang juga memerhatikanku. Dia tersenyum manis. Senyum yang nggak ditahan tahan atau dibuat buat.
Alif melambai dengan mengangkat Hp nya, aku langsung ngecek milikku. Ada chat baru disana, dari dia - siapa lagi.
A : aku ada urusan mendesak dikantor. Jadi aku duluan, Kirana.
Me : iya
A : nanti aku jemput km bgtu selesai
Me : ga perlu, Pak. Mena jemput sy
A : Mena chat aku tadi, kalo pulang nnti sklian barengan km.
Tanganku kerasa kelu, sulit ku gerakkan, pikiranku memaki Mena ratusan kali. Dia kenapa sih setega ini!?
Me : oke Pak Alif. Hati – hati.
A : aku selalu hati hati Kirana, demi km.
Dadaku terasa panas, sulit bernapas – aku mencoba menarik napas beberapa kali. Menahan diri agar tidak melihatnya didepan sana.
Tapi ....
Tokkk tokk , suara meja diketuk dua kali, aku mendongak – Alif berdiri didepanku. Sejak kapan dia disini? Aku celingukan, guru – guru lain pada kemana? Astaga! Lupa! Mereka pamit tadi sebentar ngumpulin anak anak di aula untuk pembekalan. Sejauh mana aku tadi melamun??
"Melamun?" Tanyanya, menahan geli.
"Nggak," elakku, nada suaraku seperti anak kecil yang ketahuan diam diam makan es krim.
Alif semakin mengulum senyum, "kamu nggak apa – apa sendirian?"
Aku mengangguk, "guru – gurunya ramah."
"Selesai urusan dikantor aku langsung balik kesini lagi." Katanya lembut sambil menepuk pelan pundakku. "Telepon aku kalau ada apa-apa."
Tanpa menunggu responku, Alif melangkah keluar ruangan.
#####
Aku merebahkan diri di kasur – ku biarkan diriku menatap langit – langit kamar. Hari ini rasanya lebih capek dari hari – hari sebelumnya. Aku menarik udara dalam – dalam lalu menghembuskan perlahan lewat mulut, mencoba menenagkan diri. Ku tutup kedua mataku dengan punggung tangan kananku, berusaha untuk tidur.
######
15.00
"Kirana...."
Samar – samar ku dengar suara memanggil namaku, "Kirana..." kali ini ada sentuhan pelan di bahuku.
Aku membuka mata perlahan, sudah berapa lama aku tertidur? Ya Tuhan, posisi tidurku pun sudah berganti. Aku segera berbalik untuk bisa menghadap Tante Vivi – mama Mena. Dia tersenyum hangat sementara aku masih mengumpulkan sisa nyawaku.
Aku masih dalam posisi berbaring saat Tante bicara, "Ada yang nyariin kamu tuh!"
"Siapa tante?" aku berusaha duduk, badanku rasanya seperti habis di gebukin – pegal linu semua. Beginilah aku kalau tidur tapi bawa banyak pikiran.
Tante menggeleng, "katanya temen kamu."
"Se... sebentar ya tante, aku cuci muka dulu." kataku.
Begitu tante keluar kamar, aku ngecek kebutuhan utama sejuta umat – smartphone – takut ada telepon dari ibu meskipun sebelum pulang ke rumah Mena, aku sudah ngabari ibu.
Deg!
12 missedcall dari Alif! Dan deretan chat seperti spam!
"Kamu dimana Kirana!"
"Kirana!"
"Kenapa nggak angkat telepon saya!"
"Kamu baik – baik aja kan?"
Skip
Skip
Ku lewatkan beberapa chat lainnya hingga chat terakhir!
"Tunggu dirumah Mena, aku kesana!"
"Kali ini tunggu saya Kirana! Jangan bikin saya cemas!"
Nyawaku langsung full 100%, aku bergegas ke kamar mandi – cuci muka – lalu keluar untuk bertemu Alif. Laki – laki itu tersenyum begitu melihatku, dia sudah duduk di sofa ruangtamu dengan secangkir teh ditemani tante Vivi.
Ku genggap tasku seerat mungkin, "Tante, kami langsung pulang." ucapku menekan nada marah yang mulai memuncak. Aku melirik Alif memberi kode supaya dia juga pamit.
######
"Kirana...." suara Alfi menahanku, dia ku tinggalkan dibelakang sana. Aku terus berjalan menuju mobilnya, lalu ku banting pintu setelah aku dalam mobil. Emosiku tak tertahan.
Alif pun masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin mobil, memasang sabuk pengaman, tetapi belum mulai menjalankan mobil. "Aku tahu kamu marah!" dia menduga – duga tanpa tanya.
Aku menoleh padanya.
"Aku tahu aku kelewatan." katanya lagi, sama seperti dipikiranku. "Tapi aku khawatir Kirana!"
"Selama ini hidupku baik – baik aja tapi kamu datang dan merusak kedamaianku!" Aku lepas kendali.
Alif mulai menjalankan mobil. Dia terlihat gusar. "Aku berusaha memperbaiki keadaan Kirana."
"Tapi kamu mengambil keputusan sendiri! Kamu pikir aku suka dengan semua omongkosong itu!"
Alif hanya menatap lurus kedepan, tangan kiri memegang kemudi mobil dan tangan kanan bertumpu pada jendela mobil.
"Apa yang salah Kirana?" tanyanya, "Aku udah ngikuti kemauan kamu untuk berpura – pura nggak saling kenal dimasa lalu, aku saat ini ke kamu adalah aku yang sekarang! Dan nggak ada satupun yang tahu tentang masa lalu kita!"
"KAMU!"
To be continued ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Sorry
RomanceMaybe, its just the wrong time for our story! Ku kira aku sudah baik - baik saja, bertemu dengannya tak ada dalam rencana. Dia hadir tanpa ku duga. Satu - satunya yang tak ingin ku sapa. Dia hal terindah yang terjadi dalam hidupku tapi berubah menja...