17

55 7 1
                                    

"Mbak KIRAANNAAA...."

Aku bergegas keluar kamar mandi saat ku dengar suara panik diluar. Ya Tuhan!

"Ada apa?"

Nia terlihat tergopoh – gopoh. "Mbak Mena!"

Aku menunggu Nia mengatur napasnya. "Dia kerumah Pak Alif! Gedor – gedor pintu!"

"HAH!?"

"Cepetan!" Nia menarik tanganku yang masih mengeringkan rambut dengan handuk.

"Kamu nggak cerita kejadian kemarin kan?"

Nia geleng – geleng kepala. "Nggak tahu!"

Aku melempar handuk ala kadarnya di sofa ruang tamu, Mena lebih utama, dia bahaya kalau udah ngamuk!

########

"Mena!!" Suaraku menghentikan gerakan tangan Mena yang masih berusaha gedor2 pintu dan jendela Alif.

Mena masih pakai seragam dinas jadi dia pulang dari kantor langsung kesini. Mena memberengut kesal, aku dan Nia mendekat.

"Apaan sih!?"

"Mau ku cacah si Alif!" Kesabaran Mena setipis tisu, saat marah tak ada lagi panggilan sopan santun.

"Dia nggak salah!" 

"Tapi dia harusnya bica cegah isterinya itu datang kan?"

"Kamu tau darimana?"

"Temenku kebetulan disana dan kenal kamu!" 

Aku tahu Mena kesal karena kejadian es kopi kemarin.

"KALIAN HAMPIR VIRAL kalau bukan karena owner ngewarning seluruh cust untuk nggak UP ke sosmed karena Alif bayarin semua tagihan makanan minuman! Ada otaknya juga Alif itu rupanya! Kamu JUGA nggak ngabarin AKU!!!"

Aku diam sepersekian detik sebelum merespon. "Karena aku tahu kamu bakal begini kan?"

Mena mendengus kesal, "kamu juga Nia! Harusnya kamu nggak khianatin Kirana!"

"Ma... maaf..." nia hanya bisa menunduk pasrah.

"Hhh...." Mena seperti kehilangan tenaga. Lalu matanya menuju pada sesuatu yang sedari tadi sudah ditunggu - tunggu. Aku mengikuti gerak mata itu dan mendapati Alif berjalan memasuki halaman rumah.

"Panjang umur tuh orang!" Bisik Mena.

Alif tentu saja kaget melihat kami bertiga diteras rumahnya tapi dia berhasil menutupinya dengan senyum ramah.

"Assalamualaikum," sapanya.

"Walaikumsalam." Kami menjawab pelan lalu mulailah Mena menjabarkan dramanya.

"Pak Alif, mohon maaf sebelumnya." 

Raut wajah Alif menyiratkan sebagai pendengar sejati, sabar menunggu kelengkapan cerita Mena.

"Kita seumuran sepertinya, jadi aku langsung aja. Aku keberatan dengan sikap isteri kamu kemarin sama Kirana! Apa dia sudah minta maaf? Ku rasa belum dan aku marah kenapa kamu sebagai suami nggak bisa cegah isteri kamu itu! Kalian kalau mau cerai ya cerai aja! Ngapain sih bawa bawa Kirana!"

Mena mengabaikanku yang berusaha membuatnya berhenti bicara. Nia kelihatan lebih bingung lagi dengan posisinya saat ini.

"Lagian isteri kamu tuh ada masalah apa sih pakai bawa bawa masa lalu kalian segala. Pokoknya kamu sampaikan ke isteri kamu itu! Jangan berani - berani nemuin Kirana lagi! Dia bakal berhadapan sama aku!!"

Ekspresi Alif sulit dibaca setelah menyimak Mena dengan cermat. "Saya minta maaf atas kejadian kemarin, itu benar - benar diluar kendali saya. Junita melanggar kesepakatan kami, dia diam - diam datang ke kota ini lagi."

Love, SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang