22

97 7 0
                                    

Setiap minggu, aku suka nerapin sehari tanpa media sosial dan melakukan hal – hal yang ku senangi sekalian untuk mengistirahatkan diri dari hiruk pikuknya kehidupan. Yaps meski hidupku nggak sibuk – sibuk banget.

Salah satu kegiatanku hari ini yaitu duduk di ayunan depan rumah tanpa melakukan sesuatu, aku hanya memandangi jalanan didepan ambil sesekali mendapati kupu – kupu dan burung – burung kecil yang terbang kesana kemari.

Aku jadi ingat pertama kali Kia kesini, kami duduk berdua di ayunan ini sambil menunggu jemputannya. Gadis kecil itu suka sekali duduk di ayunan ini, dia heran bagaimana bisa ada kursi yang bisa bergoyang goyang.

Ibu bahkan cerita, Kia lebih suka makan di ayunan ini. Aku jadi ingat, kami pernah menanam pohon bersama. Mataku beralih pada pohon jeruk limau yang ku tanam sama Kia dalam sebuah pot, bukan menanam dari awal – kami hanya memindahkan pohonnya dari pot lama ke pot baru. Pohonnya semakin tumbuh subur.

"Kia suka nanam." Celotehnya saat itu, tangannya ikut menepuk – nepuk tanah dalam pot.

"Good job, Kia. Terimakasih sudah bantu Buna."

Dia tertawa senang, tawa lepas anak kecil yang menggembirakan.

Memoriku mengabur saat melihat Bu Dandi berjalan cepat ke arah ku. Aku kangen anak itu!

"Ada apa Bu?" Tanyaku setelah memperbaiki posisi dudukku.

"Kirana! Ibu kamu mana?"

"Didalam! Pagi – pagi sudah antusias aja Bu Dan. Pasti ada berita heboh ya?"

"Huss!" Respon Bu Dan kemudian dia ngeloyor gitu aja ke dalam rumah. Aku mengikuti dibelakang.

Ibu sedang membersihkan kulkas saat Bu Dandi menghampirinya. Aku menilih duduk di sofa depan TV dengan telinga siaga untuk menguping.

"Ibu Kirana..."

Begitulah ibu- ibu kompleks menanggil ibu sekarang, ibu Kirana bukan lagi ibu Adit.

"Ada apa Bu Dandi?" Ibu seperti siap mendengarkan apapun dari Bu Dandi.

"Sudah denger kabar terbaru? Pak Alif resmi cerai." Kata Bu Dandi. Aku menghela napas, kirain ada berita lain.

"Bukannya itu berita sudah seminggu lalu?"

"Ohiya bener juga." Ibu Dandi menepuk keningnya, lalu dia mengikuti ibu yang menuju ke sofa depan TV dengan sepiring buah pepaya dan semangka. Bakal panjang ini beritanya. Aku nggak peduli, tanganku meraih sepotong pepaya dan menyuapkan ke mulutku.

"Kia masuk rumah sakit!"

Aku hampir tersedak, sedang ibu gagal menyuapkan semangka ke mulutnya.

"Kapan?" Tanya ibu dengan rasa khawatir.

"Tadi Pak Alif ke rumah ketemu Bapak, nggak lama ada telepon, dia dapat kabar Kia masuk rumah sakit."

"Sekarang Pak Alif dimana?" Tanyaku, Alif pasti khawatir sekali sama anaknya.

"Dia langsung pulang, dia kelihatan bingung."

Aku berdiri, "Ibu, aku mau kerumah Pak Alif dulu." Kataku. tanpa menunggu tanggapan, aku melangkah pergi.

Aku masih dengar saat ibu bilang mau nelepon Nenek Kia.

#####

Alif pasti kalut, Kia adalah dunianya. Kasih sayangnya mengalahkan fakta bahwa mereka tak sedarah. Aku memencet bel dua kali baru pintu terbuka. Alif terlihat cemas dan bingung – dia lebih menyedihkan dari saat sakit kemarin.

Love, SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang