Minggu kedua di Agustus
Suara klakson bikin telingaku budek. Aku males-malesan bangun, harusnya hari ini aku menikmati full moment untuk tidur setelah seminggu lembur ngajar jahit dan bongkaran barang baru di homestore.
Handphone ku yang berbunyi berkali-kali akhirnya ku angkat daripada diganti suara klakson seperti petir saling menyambar. Bikin orang – orang kompleks demo depan rumah.
Amena memang suka seenaknya!
"Iyaaaaa tunggu!!!" kataku saat Hp menempel ditelinga.
"Cepetan! Setengah jam lagi pesawatku berangkat."
"Bawel!" kataku lalu beranjak. Aku mencuci muka, sikat gigi, merapikan rambut dan mengikatnya asal. Ku ambil blazer untuk menutupi tshirt tanpa lengan dan mengganti celana piyama dengan kulot panjang senada warna blazer. Hitam.
#####
"Kamu ini suka seenaknya!" kataku setelah duduk dibalik kemudi.
"Udah jangan marah marah. Nanti nyetirnya nggak fokus loh."
Aku meliriknya kesal, dia malah tertawa. Dasar sepupunya Adit! "Bisa nggak besok-besok kalau minta tolong itu minimal H- 8 jam ngabarin."
"Nggak bisa!" katanya dengan nada nyolot sambil menyipitkan mata ala ala sinetron.
"Sialan!" erangku. Amena tersenyum puas.
"Ame, ini kok nggak mau nyala!?" aku panik karena mobilnya nggak mau di starter. Berkali-kali ku coba.
"Serius" Amena juga mulai panik.
Aku mengabaikan Amena dan terus mencoba. Nihil!
"Naik mobil kamu aja Kirana." kata Amena, lalu dia tersadar saat aku menatap keluar jendela. Mobil Amena parkir tepat depan pintu pagarku, gimana mobilku mau keluar. Kami saling tatap, mana gang ini sepi kalau hari minggu.
"Gimana ini Kirana?"
"Taksi Online!" kataku.
"Bakal lama nunggu itu." Amena semakin panik. Aku juga jadi ikutan panik, mataku terdiam saat ku lihat mobil pajero hitam keluar dari halaman rumah
Alif. Rupanya Amena juga memperhatikan.
"Kir, cepetan keluar. Tuh minta tolong sama tetangga!"
"Nggak mau!"
"Ayo Kirana! Aku nanti ketinggalan pesawat."
"NGGAK!" tapi saat melihat wajah memelas Amena, aku akhirnya keluar mobil. Aku berlari kecil menuju mobil Alif yang mulai berjalan maju. Mobilnya berhenti saat melihatku. Aku menarik napas sebelum memasang senyum, ku hampiri sisi kemudi. Rupanya Alif sudah membuka kaca mobil.
Sepersekian detik aku sempat hilang kendali, Alif terlihat tampan memikat dengan kacamata hitamnya. Tapi belum sempat aku bicara, dia keluar mobil lalu membuka kacamata. "Ada apa Kirana?"Aku menggigit bibir sekilas, ragu. Ini adalah pertemuan pertama kami setelah meeting berdua kemarin lusa.
"Kirana?" suaranya terdengar lembut tapi seperti perintah.
"Saya mau minta tolong. Pak Alif bisa antar kami." aku menoleh ke Amena yang juga sudah keluar mobil, dia tersenyum disana. "Ke bandara." aku kembali melihat Alif. "Mobil Amena mogok dan mobil saya nggak bisa keluar. Dan 30 menit lagi pesawatnya berangkat." suaraku seperti dikejar-kejar sesuatu.
Alif menganggukkan kepala, "Biar aku antar." katanya. Mendengar itu, aku langsung menghampiri Amena. Alif mengikuti dibelakang.
"Papanya Kia bener – bener idaman, ganteng baik lagi." komentar Amena saat aku mengambil Hp di mobil. Amena segera mengambil tas jinjingnya. Aku melirik Alif yang membantu membawa koper.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Sorry
RomanceMaybe, its just the wrong time for our story! Ku kira aku sudah baik - baik saja, bertemu dengannya tak ada dalam rencana. Dia hadir tanpa ku duga. Satu - satunya yang tak ingin ku sapa. Dia hal terindah yang terjadi dalam hidupku tapi berubah menja...