28

26 3 0
                                    

Minggu, 1 oktober 2023

Kepalaku rasanya berat sekali, mataku berkunang – kunang saat berusaha ku buka kelopak ini. Ku tarik selimut sampai menutup kepalaku, berusaha pejam kembali tapi sinar matahari dari jendela mengusik niatku.

"Kirana! Bangun!"

Ku menarik selimut hingga kepalaku terlihat, aku lupa ada Mena dirumah. "Jam berapa?

Mena masih berdiri diambang pintu sambil menyilangkan tangannya. "12 siang!"

Mulutku membentuk huruf O. "Hah?!" Seketika aku sadar lalu melompat dari petiduran. "Auwhhh...." Erangku saat pijakan kaki di marmer terlalu kuat. Lumayan ngilu.

"Yuk makan siang." Katanya lalu berbalik dan ngeloyor pergi.

Aku masih berkutat mengumpulkan nyawaku, berapa lama aku tertidur? Apa badanku secapek ini? Kepalaku tiba – tiba pusing, aku duduk kembali ditepi petiduran sebelum ambruk dilantai.

----

"Selamat siang." aku muncul saat Mena dan Ibu lagi nyiapkan piring dan sendok dimeja makan.

"Selamat siang." Mena langsung meletakkan piring dan sendok dihadapanku begitu aku duduk manis.

"Hari ini kita nikmati masakannya Mena." ibu sumringah. "Telur dadar ala warung nasi padang, sambal ijo, tempe goreng tepung dan lalapan sayur."

Perutku memberontak minta makan, aku menunggu Mena yang sedang menciduk nasi ke piring. "Tadi Alif kesini pamitan." Katanya, dia menatapku menyiratkan 'Dia beneran pindah!?'

Aku menyimak – informasi ini antara terdengar dan tidak. "Rumahnya bakalan kosong beberapa waktu," ibu melanjutkan informasi Mena. "Sementara dia tinggal deket kantornya yang baru."

Pikiranku berargumen. 'Secepat ini? Dia beneran pindah? Ini serius?' tapi aku berusaha tenang.

Ingatan semalam tiba-tiba menghantam kesadaranku. Jadi dia serius dengan ucapannya?

"Ohya, dia ada titip berkas. Aku simpan di lemari TV, proyek p5 gitu katanya. Detailny nanti dia chat kamu." Kata Mena yang mulai menyuap makanan.

"Hhh.. aku bingung harus mulai darimana. Aku bener-bener minta maaf atas kekacauan yang ku buat kemarin."

"Maaf diterima. Asal nggak diulangi." Ibu meremas jemariku. "ohya jangan lupa bilang makasih ke Alif, dia banyak bantuin kita."

Aku mengangguk. "Pasti," lirihku.

—--

Sudah 4 tahun sejak kepergian Adit, nggak kerasa sejauh ini aku bisa melangkah. Anehnya lagi, aku bisa mencintai laki – laki lain.

Aku masuk ke kamar membawa amplop besar berwarna cokelat. Sebelum ku buka, aku ngecek Hp ku – Alif mungkin chat detail soal ini. Benar saja, laki – laki itu mengirim pesan sekitar sejam lalu.

Alif : Assalamualaikum, Kirana. Aku ada titip berkas sama Mena, itu hardfile dari semua materi dan proposal p5. Tolong km handle sama Bu Rani, skrg dia pj proyek ini. Trims atas waktuny selama ini. Aku pamit Kirana.

Uhhukkk!!! Dadaku tiba – tiba sesak, seperti tersedak. Aku berusaha batuk berharap yang mengganjal ini bisa dimuntahkan. Tapi percuma kan? Ini nggak akan bisa dijelaskan oleh science sekalipun. Aku yang memperumit keadaan, cerita ini jadi berputar kesana kemari tiada arah.

Aku lagi – lagi mencoba menenangkan diri, memilih kalimat yang tepat untuk membalas pesan Alif.

Aku : Km bukan pj ny lagi?

Sambil menunggu balasan, ku letakkan Hp dan berkas diatas meja. Aku melangkah menuju kamar mandi. Keramas adalah pilihan terbaik.

——

Love, SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang