Fairy menghembuskan napas kesal seraya menyimpan ponselnya di saku. Baru beberapa jam lalu ia mendapat wejangan dari Pak Malik.
Ingin hati menghibur diri dengan saling bertukar pesan pada Atlan. Namun sayangnya cowok itu tak dapat diajak kerja sama. Yang ada Fairy semakin dibuat kesal.
"Untung Sayang, coba kalau enggak? Udah gue paketin ke Sumanto," cibir Fairy.
Gadis itu kembali berjalan menyusuri beberapa rumah di sepanjang kanan-kiri jalan. Setiap harinya Fairy selalu berjalan kaki ketika berangkat dan pulang sekolah, karena jarak rumahnya yang sangat dekat.
"Fai, untung ketemu kamu di sini, ayo segera pulang! Kasian Franky jadi tontonan semua orang," ucap seorang wanita paruh baya yang berpapasan dengan Fairy.
Seketika raut wajah gadis itu berubah panik ketika nama adiknya disebutkan. Fairy pun segera berlari menuju rumahnya dengan perasaan takut. Matanya telah berkaca-kaca membuat pandangannya memburam.
Sementara di rumah Fairy, terlihat seorang wanita paruh baya tengah menyeret seorang anak laki-laki kecil dan mengikatnya di sebuah batang pohon.
"Puas kamu bikin malu saya?! Udah gila, nggak usah banyak tingkah!" bentak wanita itu lalu memukul anak tirinya menggunakan ranting kayu kering dan tajam.
"Ibu ampun, Ibu ... sakit ... Kak Faiii!" Anak itu meraung kesakitan. Ia menatap beberapa orang yang ada di sekitarnya hanya menyaksikan dirinya disiksa tanpa memberi pertolongan.