"Emang lo yakin, mau kerja? Lo nggak capek apa pulang sekolah terus cari uang?"
Pertanyaan dari Fairy sore itu, langsung membuat Anya mengangguk semangat. Gadis itu bahkan sudah meminta ijin pada Pipit agar tak langsung pulang ke rumah, guna mencari pekerjaan.
Meskipun sebelumnya ada pertentangan dari Pipit. Namun cowok itu cepat luluh hanya karena ekspresi sedih Anya yang membuatnya tak tega.
"Aku bosan kalau di rumah, makanya aku cari pekerjaan," ucap Anya penuh senyuman.
"Oke kalau gitu, tuh, toko bunganya ada di depan situ!" tunjuk Fairy pada toko bunga bertuliskan "Stella Florist".
Kedua mata Anya langsung berbinar. Toko yang dipenuhi oleh aneka ragam bunga, membuatnya yakin akan betah bekerja di sana.
"Yuk!" ajak Fairy dengan melanjutkan langkahnya.
🌱
Sedangkan di tempat lain, Pipit dan ketiga temannya, mengikuti Atlan yang baru saja keluar dari taksi, menuju ke tempat yang terasa begitu asing bagi mereka. Tempat yang sulit dijangkau sinar matahari karena banyaknya rimbunan pepohonan seakan menambah kesan menyeramkan.
"Pulang aja deh yuk!" bisik Apin sembari mengguncangkan lengan Pian karena merasa takut.
Sedangkan Pian sendiri, lantas berdecak sebal sembari menarik lengan seragamnya dari genggaman Apin. "Badan doang yang gede! Sama ginian aja takut!"
"Emang lo nggak takut apa?" ujar Apin sembari mendekati Krisna untuk bersembunyi di balik punggungnya yang lebih besar.
"Halah, muka lo lebih serem, Pin!" timpal Krisna sembari berkacak pinggang.
Pipit yang memimpin perjalanan mereka, lantas geram karena suara berisik tersebut. Alhasil, cowok itu langsung melempar batu ke arah belakang hingga mengenai kepala Krisna.
Karena terkejut, Krisna pun praktis berteriak, "Konto–hmmph!"
Pian segera membekap mulut sialan Krisna. Sedangkan Apin justru segera memeluk Pian dari belakang sembari merapalkan doa.
"Audzubillahhiminasyaitonirrojim."
"Heh! Diem bisa nggak sih?!" bentak Pipit dengan suara tertahan.
Ketiganya kompak menyengir, membuat Pipit merotasikan bola matanya dan kembali melanjutkan langkahnya.
Sedangkan Atlan yang ada di depan sana, telah tiba di suatu tempat yang sangat jarang terjamah oleh manusia. Suara percikan air terjun seakan mengisi keheningan tempat tersebut.
Duduk di atas bebatuan yang besar sembari menghirup udara sejuk yang membuatnya nyaman. Semua beban pikirannya seakan tersapu oleh angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuhnya.
Suasana yang begitu sepi membuatnya bisa leluasa untuk berteriak. Mengeluarkan semua rasa keinginan yang terpendam di hatinya.
"Bunda ngelarang ini itu, juga buat kebaikan kamu sendiri!"
"Atlan, bunda nggak suka liat kamu main voli!"
"Jangan naik motor! Bahaya!"
"Kamu dengerin omongan bunda nggak sih?!"
"Bunda nggak mau kamu ngomong kayak gitu!"