🌱 41

86 7 10
                                    

2037 kata. Selamat membacaa...

"Gue bukan bapak lo, Najis!"

"Punya mata dipakai yang bener!"

Kalimat yang terlontar untuk Atlan berhasil melukai hatinya. Ini bukan salah Atlan, jika mengira Nalen adalah ayahnya.

Wajahnya yang begitu mirip, membuatnya tak bisa membedakan.

Melihat kondisi Atlan, membuat Pian merangkul pundaknya untuk menenangkan.

"Gue yakin, ayah lo lebih baik dari dia. Lo tau, 'kan? Di dunia ini banyak orang yang mirip, tapi hatinya beda."

"Saya mau ketemu ayah ...." lirih Atlan.

Pipit yang mendengar pun ikut menghampiri Atlan. "Ayah gue nanti ke sini. Lo lupa? Kalau dulu lo sering digendong ayah gue?"

Atlan mengangguk dan tersenyum tipis. Ia sangat bersyukur, teman-temannya selalu ada untuknya.

"Makasih, Pipit."

"Sama-sama. Jangan dipikirin omongan dia, kita bales nanti waktu pertandingan!" sahut Pipit.

"Heyoow whats app, instagram, facebook! Hari ini gue sama temen-temen mau tanding nih! Doain kek, biar kita menang! Soalnya lawan kita songongnya minta amplop!"

Suara Krisna dari belakang yang sedang berbicara di depan ponsel, praktis membuat ke-empat temannya tergelak.

Menyadari itu, Krisna pun berjalan menghampiri mereka.

"Say hai, guys!" perintah Krisna begitu semangat.

"HAI, SEMUA!"

"Temen-temen gue cakep semua, "kan? Tapi tetep dong, yang paling cakep itu gue!"

Kalimat Krisna membuat teman-temannya kompak memukul pelan kepala dan punggungnya.

Suara gelakan tawa mereka mengundang berbagai respons dari penonton. Bahkan mereka disebut sahabat yang kompak.

Raut bahagia Krisna kali ini tak berbohong. Cowok itu terlihat penuh oleh kebahagiaan.

"Eh, udah mau jam sembilan. Yuk siap-siap!" celetuk Apin setelah melihat jam tangannya.

"Oh, oke!" sahut Krisna dan kembali menatap kamera ponselnya. "Guys! Gue tutup dulu ya! Kalau kita dapet piala, gue bakal kasih tunjuk ke kalian!"

Krisna mematikan ponselnya dan menyimpannya di loker dan mengetik kata sandi untuk menguncinya.

"Btw, Navyra gimana ya?" Suara Apin membuat mereka mengkerutkan dahinya.

"Kenapa? Bukannya lo bilang kalau dia lagi caper?" sahut Pian.

Apin menggeleng. Entah mengapa mendadak dirinya meresahkan gadis itu. Meskipun kerap sebal oleh sikap Navyra, tapi bagaimana pun gadis itu tak pernah berbicara serius seperti yang ia baca di surat.

🌱

Di tempat lain, Nalen dan teman-temannya sudah berada di sekitar lapangan. Sembari menunggu tim lawannya, ia memberi pengarahan untuk timnya.

Tentu saja pengarahan yang licik.

"Pokoknya kalian harus bikin mereka kalah! Jangan sampai mereka jebol ring duluan!" ujar Nalen dengan nada penuh paksaan. "Kalian boleh curang, tapi mainnya yang halus, jangan sampai ketahuan! Ngerti?!"

"NGERTI, BOS!"

Nalen menyeringai puas. "Bagus."

"SMA MERPATI PASTI MENANG! GO-GO-GO!" Suara pendukung tim Atlan begitu meriah. Fairy nampak begitu semangat membawa banner bersama Anya.

Steal HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang