🌱 16

156 6 23
                                    

Bacanya pelan-pelan aja. Soalnya ....

1998 kata, Happy reading🤍

"Ah, maaf ya, Nak ... tante kira, kamu teman tante dulu," ucap Tika sembari menyerahkan buket bunga pesanan Nalen.

Sedangkan cowok itu hanya mengangguk dengan wajahya yang muram, "Lain kali dilihat yang benar."

Tika sedikit tersentak mendengar kalimat yang keluar dari mulut Nalen. Hal itu membuat gadis yang berada di samping Nalen, lantas menepuk bahu kekasihnya.

"Sayang, kamu nggak boleh kayak gitu ... kesal boleh, asal jangan sampai membentak." Belva berusaha menasihati Nalen sehalus mungkin.

Terdengar decakan kecil dari mulut Nalen, sebelum cowok itu beranjak pergi dari toko. Belva yang melihatnya lagi-lagi hanya bisa menghela napas berat. Pandangan gadis itu beralih menatap wanita yang berada di hadapannya.

"Tante, maafin pacar saya ya, di-dia emang kayak gitu. Mohon dimaklumi," ucap Belva merasa tak enak.

"Nggak apa-apa, Nak. Yaudah susul gih pacar kamu, nanti ditinggal loh," gurau Tika dan membuat Belva tersenyum.

Gadis itu pun segera pamit menyusul Nalen yang menunggunya di luar.

Terdengar hela'an napas lega dari Tika setelah kepergian cowok tadi. Beruntung Stella yang masih sibuk di lantai atas tak melihatnya. Tika berharap Stella tak akan pernah bertemu cowok yang mirip seperti Altra tadi.

🌱

Jam telah menunjukkan pukul 3 sore. Seluruh murid SMA Merpati berbondong-bondong menuju parkiran, setelah bel yang mereka nanti telah berbunyi.

"Tan, sori banget ini mah. Hari ini gue nggak bisa nganterin lo pulang sekolah dulu, takut nggak ada waktu lagi kalau pulangnya telat. Tapi janji lain kali bakal anterin lo sampai rumah," kata Krisna setelah tiba di depan gerbang sekolah.

Sedangkan Atlan, cowok itu tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Tidak masalah, saya kan bisa naik bus sekolah. Saya juga tidak enak kalau merepotkan kamu terus."

"Gue nggak pernah ngerasa direpotin kok, tapi buat sekarang gue nggak bisa anterin lo pulang," ucap Krisna kembali.

"Tapi besok lo berangkat, 'kan?" timpal Pian.

Krisna terdiam beberapa saat. Matanya seakan mencari jawaban yang tepat untuk Pian. Karena Krisna adalah salah satu murid yang jarang sekali berangkat sekolah. Bisa dikatakan, dalam seminggu Krisna berangkat ke sekolah hanya 3 hari saja.

"Liat besok," kata Krisna terdengar datar yang membuat Atlan dan Pian kompak mengkerutkan dahinya. Tak mau berlama-lama di sana, Krisna segera menghidupkan mesin motornya dan beranjak pergi.

"Gimana kalau gue yang gantian nganterin lo pulang?" tawar Pian pada Atlan.

"Tidak merepotkan?" tanya Atlan merasa tak enak. Andai saja, bundanya mengijinkan untuk berangkat sekolah naik motor seperti teman-temannya. Pasti Atlan tak pernah merasa merepotkan teman-temannya.

"Santai aja kali! Lagian, 'kan rumah kita searah," kata Pian sembari mengibaskan tangannya dan menyuruh Atlan untuk segera naik ke atas motornya.

Di saat motor Pian akan beranjak, sebuah mobil mewah berhenti di depan mereka. Pian yang notabenya adalah remaja sederhana, merasa kagum saat pintu mobil tersebut terbuka sendirinya.

"Lo dijemput, Tan?" tanya Pian pada Atlan yang kini ada di belakangnya.

Sedangkan Atlan justru menggeleng. Meskipun mobil itu sama persis seperti kendaraan bundanya. Namun Atlan tahu jika mobil itu bukan untuk menjemputnya.

Steal HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang