🌱 14

162 6 10
                                    

Hari ini, secara dadakan dan membuat emosi seluruh penghuni kelas X.IPA 1. Pak Jono memberikan ulangan harian matematika sebanyak 50 butir soal pada murid kesayangannya. Hal itu dikarenakan agar seluruh murid jam pelajarannya, tetap tertib selama ia tinggal rapat.

Karena tak ada persiapan apapun dari rumah. Alhasil mereka mengerjakannya secara asal-asalan, agar cepat selesai.

"Cap cip cup kembang kuncup, pilih mana yang mau dicup?" Jari telunjuk Krisna berhenti tepat dikancing seragam ketiga dari atas. Ia pun kembali menyunggingkan senyum tengilnya. "Jawabannya C, Pin!"

Sedangkan Apin yang mendengar lantas mengacungkan kedua jempolnya dan menghitamkan bulatan huruf C di lembar jawaban. "Sip! Lo pinter banget sumpah!"

Krisna menepuk dadanya dengan bangga. "Siapa dulu? Anaknya Pak Eko!"

Sedangkan di sisi lain, sudah lima menit lebih Pipit menatap langit-langit ruangan. Hal itu membuat Anya yang sedari tadi memperhatikannya, lantas menyeletuk.

"Memangnya di atap ada jawabannya ya? Sedari tadi kamu lihat ke atas terus," ucap Anya yang kini ikutan menatap ke atas.

Cowok itu hanya melirik sinis. Karena Anya masih orang baru, Pipit memilih mengabaikannya dan kembali fokus pada soal.

Sombong sekali dia. Batin Anya lalu kembali fokus pada tugasnya.

"Beb, nomer tiga belas sampai dua puluh apa jawabannya?" tanya Fairy sembari mencolek bahu Atlan, disertai senyum genitnya.

"Pikir saja sendiri! Kalau kamu ti-ti-tidak mau berusaha, Kapan bisanya?" sahut Atlan, hal itu membuat Fairy memudarkan senyumnya.

"Tega banget lo sama gue!" ujar Fairy dramatis. "Udah tau otak gue ini mungil, imut, bogel, minimalis. Masih disuruh mikir susah-susah!"

Atlan menghela napas panjang. Pandangannya beralih menatap Fairy begitu datar.

"Saya ajarin saja, ma-ma-mau?" Atlan menawarkan diri.

Gadis tengil itu seketika tersenyum dan menopang dagunya di atas meja. "Sekalian ajarin jadi istri yang baik dong!"

Pian yang duduk di belakangnya pun langsung menendang kursi Fairy hingga gadis itu tersentak.

"Jangan gangguin temen gue, Nyet! Mending pindah aja lo!" usir Pian sembari mengibaskan tangannya.

Mendengar itu, tentu saja Fairy menolak keras. Ia pun gantian memukul kepala Pian dengan pensil 2B yang berada dalam genggamannya.

"Gue jadi curiga kalau lo suka sama Atlan!" tuduh Fairy, membuat Atlan dan Pian praktis membelalakan matanya. "Nggak cuma lo doang sih ... tapi Pipit, Apin, Krisna. Mereka posesif banget sama calon suami gue satu ini."

"Heh!" Pian mengacungkan pensilnya tepat di wajah Fairy. "Jangan asal ngomong! Lo nggak tau kalau kita itu jagain Atlan ka–"

"Woii! Pengumuman buat Atlan, Pian, Apin, Krisna sama Pipit! Kalian dapet surat dari someone!"

Seluruh atensi mereka pun beralih menatap seorang siswa dari kelas sebelah, yang kini berdiri di ambang pintu kelas mereka.

"Surat apa?" tanya Atlan mengkerutkan dahinya.

Siswa itu hanya menggelengkan kepalanya sembari melangkah masuk untuk memberikan surat tersebut pada Atlan.

"Katanya kalau pengen ketemu dia, orangnya ada di kantin," ucap siswa itu sebelum dirinya kembali beranjak meninggalkan kelas.

Perasaan kelima cowok itu mendadak kurang enak. Bahkan Pian, Pipit, Krisna dan Apin tergopoh-gopoh menghampiri bangku Atlan untuk ikut membaca isi surat tersebut.

Fairy yang ikut kepo pun hanya bisa mengehela napas, saat kepala Krisna menghalanginya untuk membaca surat.

Isi suratnya adalah sebagai berikut.

Sembari mencengkram surat tersebut, Atlan langsung bangkit dari kursinya dengan napas memburu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sembari mencengkram surat tersebut, Atlan langsung bangkit dari kursinya dengan napas memburu. Tak jauh berbeda dengan Krisna yang kini meninju kepalan tangannya di telapak tangan kiri karena tersulut emosi.

"UCUP!" Kelima cowok itu langsung berteriak penuh emosi dan segera berlari menuju ke arah kantin untuk menemui musuh bebuyutan mereka.

🌱

"Katanya kamu baru aja nerima karyawan baru ya? Kok jam segini belum berangkat?" tanya Tika sembari ikut membantu Stella menata buket bunga segar pesanan dari seseorang.

"Iya, dia kesini kalau pulang sekolah," balas Stella tersenyum.

Wanita itu teringat bagaimana aktifnya Fairy memamerkan barang dagangannya kepada para pengunjung dan memberi tahu arti bunga tersebut. Hingga membuat mereka tertarik untuk membelinya.

"Bukannya kamu nggak ngijinin pelajar buat kerja di sini? Gimana kalau mengganggu belajar dia?" tanya Tika.

Stella mengangguk dan kembali menatap sahabatnya yang terlihat heran.

"Iya, tapi dia punya tanggung jawab buat adiknya. Kedua orang tuanya meninggal, terus dia harus ngerawat adiknya yang mengalami terbelakangan mental juga sakit-sakitan," kata Stella.

Tika mengangguk mengerti, ia bisa membayangkan sulitnya kehidupan gadis itu. Apalagi sekarang di seumuran gadis itu masih selayaknya bermain  bersama teman-temannya tanpa memikirkan pekerjaan.

"Dia juga satu sekolah sama anak kita," lanjut Stella. Membuat Tika praktis menaikkan kedua alisnya.

"Serius? Aku jadi penasaran sama dia!" sahut Tika terlihat antusias.

Stella lantas tergelak dan menepuk bahu Tika. "Kamu tungguin aja, inget nggak boleh kelaman berdiri! Aku tinggal dulu ke atas, sama tolong kasih ini ke pelanggan yang kemarin pesan bunganya kalau dia udah datang."

Tika mengangguk dan kembali menyibukkan diri untuk mengganti bunga yang sudah terlihat layu, diganti dengan bunga yang lebih segar dan memasukkan ke dalam vas berisi air.

Tak lama kemudian, lonceng yang terpasang di atas pintu kembali terdengar. Terlihat sepasang remaja berjalan ke arah Tika sembari bergandengan tangan.

"Permisi, Tante. Saya mau ambil buket bunga yang kemarin saya pesan lewat chat," ucap seorang cowok yang membuat Tika menoleh ke arahnya.

Seketika kedua mata Tika terbelalak, bahkan jantungnya terasa berpacu begitu cepat, saat wajah yang tak asing kini kembali terpampang di hadapannya.

Bahkan saking tak percayanya, Tika meraba wajah cowok itu yang kini terlihat bingung oleh sikapnya.

"Tante?" panggil cowok itu dengan hati-hati.

Sedangkan gadis yang berdiri di samping cowok itu, sama bingungnya oleh sikap wanita tersebut.

Tika seakan kesulitan untuk membuka mulutnya. Hanya buliran bening yang kini berada di pelupuk matanya, sebagai bukti bahwa ia sangat merindukan seseorang yang sudah 16 tahun lamanya meninggalkan dirinya dan juga Stella.

"Kak Altra, Kak Ala kemana?" Tika bertanya dengan air matanya yang sudah mengalir membasahi pipi.

Tbc.

Steal HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang