Part ini mengandung anaknya mami deesar 💅🏻
Selamat membaca...
"Fairy, bilang sama polisi kalau aku nggak salah! Cepetan bilang! Aku mau ketemu sama Tika!"
Tanpa melakukan perintah ibu tirinya, Fairy hanya menatap Naora yang kini berada di balik sel tahanan. Entah kenapa rasa puas itu hadir di benak Fairy ketika wanita jahat itu terus meraung meminta untuk dibebaskan.
"Anda memang pantas di sini," kata Fairy membuat Naora membulatkan kedua matanya.
"Bajingan! Kurang ajar kamu, Fairy!" teriak Naora begitu geram.
"Ibu Naora! Kalau anda tidak bisa mengontrol emosi, kami pindahkan ke ruang isolasi!" ujar seorang polisi wanita yang berada di samping Fairy.
Sedangkan gadis itu tersenyum tipis. Ia yakin sudah sepantasnya Naora tinggal di tempat ini.
"Aku ke sini cuma mau bilang ... aku seneng banget! Akhirnya nggak ada orang jahat yang merusak harta peninggalan orang tuaku!" lanjut Fairy.
Gadis itu bahkan berharap Naora selamanya akan tinggal di sel tahanan.
"Sudah Bu, saya udah nggak kangen lagi sama dia," lapor Fairy pada polisi wanita yang berdiri di sampingnya.
"Baik, mari saya antar sampai depan," ajak wanita tersebut lalu berjalan mendahului Fairy.
"Kurang ajar kamu Fairy! Awas aja kalau aku udah bebas! Kamu sama adik kamu bakal jadi gelandangan!" teriak Naora sembari menggedor sel tahanan.
Sedangkan gadis itu hanya menjulurkan lidahnya, sebelum berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut.
"Semua ini gara-gara Genta! Aku nggak salah! Dia yang ngejar aku sampai menabrak Tika!" ujar Naora sembari mencengkram rambutnya.
Wanita itu meraung memikirkan keadaan Tika saat ini. Mau bagaimanapun, hanya Tika yang mau menganggapnya sebagai seorang sahabat.
"Pokoknya Tika nggak boleh kenapa-napa! Gue harus ketemu sama dia!"
🌱
"Dihabisin loh ya, sarapannya. Mama seneng banget kalau masakannya dihabisin gini," kata Kukila sembari menyendokkan sayur sop buatannya untuk Anya dan Cendrawasih secara bergantian.
Anya tersenyum manis. Baru semalam ia tinggal di rumah Pipit, Kukila memperlakukannya bak anak sendiri hingga anak sulungnya terlupakan.
"Ma, aku juga diambilin dong!" Pipit menyodorkan sepiring nasi ke arah Kukila. Ia merasa kesal karena sang mama seakan tak memperhatikannya lagi.
"Ambil sendiri dong, Pit. Itu sendoknya masih di situ!" ujar Kukila, mengabaikan wajah Pipit yang bertambah murung.
Lagi-lagi Pipit berdecak sebal dan memilih mengambil sayurnya dengan porsi banyak dan memakannya dengan rakus.
"Oh iya, Nak Anya udah punya pacar belum?"
Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Kukila, membuat Pipit yang tengah mengunyah makanannya langsung tersedak. Hal itu membuat Kukila buru-buru menuangkan segelas air untuk putranya.
"Astaga ... kalau makan itu hati-hati! Untung aja nggak nyembur keluar!" ujar Kukila pada Pipit.
"Lagian kenapa sih, pakai nanya kayak gitu segala ke Anya?" sahut Pipit setelah meneguk airnya.