Bacanya pelan-pelan, biar nggak salah paham.
Selamat membaca...Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak 20 menit yang lalu. Kini Atlan dan teman-temannya tengah sibuk membersihkan lingkungan sekolah, kecuali Krisna. Di tengah menjalani hukuman yang diberikan, cowok itu justru menyempatkan diri untuk nge-vlog di saat Ridan sedang berada di area kolam renang mengawasi Atlan dan Apin.
"Selamat siang, sugeng siang, good afternoon, guys! Kembali lagi dengan Mas Krisna cowok paling bagus dewe jare simbok. Vlog hari ini bertemakan ... huh, lo semua lihat aja sendiri, tuh! Dan di sini, gue lagi mencabut rumput, btw kalian pernah cabut rumput nggak? Ini pertama kali gue cabut rumput, biasanya gue cabut dari masalah sih–"
"Woi, Primdavan! Bantuin ngapa!? Main hp terus lo!" omel Pian yang terlihat sibuk menyapu daun-daun kering.
"Iya-iya, bentar!" sahut Krisna malas dan kembali menatap layar ponselnya. "Guys, itu babuku minta dibantuin bersih-bersihnya, ya ... sebagai majikan yang baik hati dan tidak sombong kalau berduit banyak, aku pamit undur diri and sampai jumpa malam nanti! See you!" Krisna melambaikan tangannya sebelum mematikan kameranya.
Dengan langkah gontai, Krisna kembali meraih sapu lidinya yang tersandar di batang pohon mangga.
"Tau gini gue bersihin kolam renang aja biar sekalian ngadem," ujar Krisna sembari berkacak pinggang.
"Di kolam renang udah ada Atlan sama Apin, mereka berdua alergi sama debu," sahut Pian.
Pandangan Pian beralih pada Pipit yang terlihat begitu tak ikhlas mengerjakan hukumannya. Terbukti cowok itu hanya mengambil sampahnya tanpa memperdulikan tempat lain yang masih kotor.
"Sampah gue jangan dicolongin, Woi! Tuh, di sebelah sana aja masih kotor!" ujar Pian sembari menjauhkan sapu Pipit dari sampahnya dan menyuruh mereka berdua untuk berpencar agar semua cepat selesai.
"Mabsosa, balam-i wae ileohge ganghae?! Shibal!" Pian menggerutu kesal saat angin menyapu sampahnya hingga kembali berceceran. "Kapan selesainya kalau kayak gini?! Haia!"
"Yang sabar, nikmati aja ... jangan banyak mengeluh meskipun hatimu kacau, nyawamu tinggal empat, rupa-rupa bentuknya," celetuk Pipit saat melihat Pian terus mengumpati angin yang berhembus.
"Rupa-rupa bentuknya itu apa aja?" tanya Krisna.
"Terserah, mau bentuk monyet, dugong, itik ... asal nggak mirip gue aja sih, soalnya muka gue langka," jawab Pipit.
Pian yang mendengar lantas mengangguk paham. "Kalau gitu, nanti kita bawa Pipit ke marga satwa biar dilindungi."
🌱
Di tempat lain, tepatnya di area kolam renang. Ridan mengamati Atlan dan Apin yang hampir selesai membersihkan kolam. Keduanya terlihat kompak tanpa banyak bicara seperti teman-temannya yang berada di halaman.
"Pak, ini airnya mau di-isi sekalian atau besok aja? Barangkali bapak mau renang," tanya Apin setelah menoleh menatap Ridan yang hendak beranjak dari kursi.
"Isi sekarang saja, sekalian tunggu teman-teman kalian di luar sana selesai," balas Ridan sembari menatap sekeliling kolam yang terlihat lebih bersih dari sebelumnya. "Saya mau ke depan dulu. Kalau udah selesai semua langsung pulang."
Atlan dan Apin mengangguk patuh dan kompak menjawab, "SIAP PAK!"
Pandangan Apin beralih pada Atlan yang hendak memasang selang pada kran air.
"Kalau capek istirahat aja, Tan," kata Apin. "Jangan sampai lo kambuh lagi."
"Isi kran saja tidak akan membuat saya capek kok. Maaf ya, Apin ... gara-gara saya, ka-ka-kamu dan teman-teman terkena hu-hu-hukuman," ucap Atlan merasa bersalah.