Di kedamaian pagi, Marklio Saputra atau yang biasa dipanggil Mark tampak terburu-buru bersiap-siap hendak ke sekolah. Bagaimana tidak. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 6.24. Biasanya Mark sudah dalam perjalanan karena jarak tempuh apartemennya menuju sekolah 30 menit. Kalau tidak berangkat sekarang juga maka Mark akan terlambat.
Setengah berlari ia mengambil sebuah roti di meja makan, menggigit dengan giginya, menyambar kunci mobil dan tasnya, lalu beranjak menuju pintu. Mark sempat berhenti sebentar di depan cermin. Melihat pantulan dirinya dulu, untuk memastikan penampilannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mark tersenyum.
"Perfect! As always," pujinya pada dirinya sendiri.
Lalu ia kembali berlari menuju pintu. Dengan tergesa-gesa ia membuka pintu dan melangkah keluar apartemennya.
"Aduh!"
Bruk-bruk-bruk!
Bunyi benda berjatuhan dan berdebum keras hingga menggema di lorong apartemen. Mark menoleh. Ia mendapati beberapa koper berjatuhan saling tumpang tindih di depan pintu apartemennya.
"Apa-ap-"
"Punya mata gak sih lo?" ketus seseorang sebelum Mark menyelesaikan umpatannya.
Mark menoleh. Tampak seorang pemuda tampan berkulit pucat tengah menatapnya dengan tajam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Damn! Who is he?' batin Mark.
Ia terpaku menatap pemuda di depannya. Rambut blonde yang panjang, hidung mancung, mata indah yang menatap bak elang dan bibir seksi kemerahan yang nampak menggoda menghiasi kulit wajahnya yang pucat.
'Ini orang apa bukan sih? Cakep bener! Sedap dipandang mata.'
"Woi!" panggil si pemuda membuyarkan lamunan Mark.
"Lo sebenernya buta ato tuli sih!? Ato dua-duanya?" sambung pemuda itu.