35. Ayah Hayden

1.5K 143 18
                                    

Happy reading

   

   

Malam semakin larut. Jam di dinding menunjukkan pukul 21.47. Namun sepasang kekasih yang baru resmi ini tak tampak mengantuk ataupun lelah sedikitpun. Dengan kedua tangan saling bertaut mesra, Jeno menjatuhkan kepalanya pada pundak Mark. Tangannya memainkan gelang couple yang kini melingkar di pergelangan tangan sang kekasih.

"Mark."

"Hm?"

"Kenapa kamu pilih jam tangan buat kado ulang tahunku?"

"Alasan pertama, jam tangan mengajarkan kita untuk menghargai waktu. Setiap detik yang berlalu adalah sebuah peluang yang tak akan kembali. Dan kamu tau Sayang? Ada persamaan antara cinta dan waktu."

"Eung? Apa itu?"

"Cinta dan waktu adalah dua hal di seluruh dunia dan semua kehidupan yang gak bisa dibeli, tapi bisa dihabiskan."

"Ah, iya. Kamu benar."

Jeno mengangguk-anggukkan kepalanya. Mark tersenyum.

"Alasan kedua, jam tangan mengajarkan kita untuk hidup di saat ini. Ketika kita melihat jam tangan, kita diingatkan untuk fokus pada saat ini, bukan terlalu khawatir tentang masa depan atau terlalu terpaku pada masa lalu."

Jeno diam mencermati kalimat Mark.

"Kamu paham maksudku, Sayang?"

"Iya."

Singkat saja jawaban Jeno namun Mark mendengar ada nada penuh kesedihan disana.

"Sayang, liat aku," titah Mark.

Jeno mengangkat kepalanya dan menatap Mark dalam-dalam. Pemuda di sisinya memutar badannya menghadap padanya.

"Maaf, bukannya aku mau membuat kamu sedih dengan mengingatkan masa lalu. Tapi aku mau kamu tinggalkan semua masa lalu yang menyakitkan itu dan tetap fokus pada apa yang kamu hadapi saat ini. Aku tau, gak mudah ngilangin semua rasa sakit dan trauma itu. Tapi aku mau kamu mencoba. Dan itu semua bukan buat aku, tapi buat kamu sendiri. Kamu gak mau kan terus-terusan seperti ini? Kamu mau sembuh kan?"

Jeno mengangguk.

"Pelan-pelan, coba hilangkan memori tentang hal-hal menyedihkan dan menyakitkan itu. Ganti dengan hal-hal yang menyenangkan yang membuat kamu bahagia. Ya Sayang?"

"Iya," lirih Jeno.

"Satu lagi. Soal Donny."

Ekspresi Jeno berubah kala Mark menyebutkan nama itu.

"Dia-"

"Mark, tolong jangan dulu bahas tentang dia."

Mark terdiam.

"Tolong jangan rusak malam indah ini. Aku mohon Mark. Kita baru aja memulai sebuah hubungan. Baru beberapa jam. Jangan kamu rusak kebahagiaan aku dengan ngomongin soal dia. Aku belum bisa Mark. Aku belum siap."

Mark menatap Jeno lekat. Ia masih menemukan luka dan kesedihan mendalam dari tatapan mata sang kekasih. Ia kini merasa bersalah. Diraihnya sebelah tangan Jeno yang menganggur.

"Maaf Sayang. Maaf aku sudah ngerusak suasana."

"Iya. Gapapa. Maaf, bukannya aku gak mau move on. Tapi, aku butuh waktu Mark. Karena sebelumnya dia adalah orang yang paling bisa ku percaya. Dia orang yang paling bisa diandalkan. Tapi nyatanya dia menipuku segitu besar. Aku kecewa, Mark. Aku kesal. Aku sakit hati."

Neighbour | MarkNo (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang