Chapter 1

55.8K 352 2
                                    

Meli hanya berani memandangi pertandingan itu dari kejauhan. Area pertandingan nampak riuh. Sorak sorai dari para suporter terdengar antusias mewarnai kejuaraan antar kelas yang diandakan untuk memperingati hari ulang tahun SMA Guna Wijaya. Gadis berambut kecoklatan itu sedikit berjinjit agar pandangan matanya dapat melihat dengan lebih jelas sosok yang ia kagumi.

Dany Hasmand, pentolan basket SMA Guna Wijaya. Tinggi 178 cm, bertubuh atletis, rambut coklat gelap, bola mata biru keabu-abuan, bentuk wajah simetris dengan rahang yang tegas, mampu memikat setiap perempuan. Terlebih karena kepopulerannya dalam eskul dibidang musik dan olahraga tersebut, dengan cepat membuat  namanya terangkat di kalangan siswa hingga para guru.

Tidak cukup sampai disitu, Dany juga berasal dari keluarga kaya raya. Semua orang tahu, orang tuanya adalah pemilik Wildson Group dengan 45 perusahaan yang bergerak dibidang real estate, pertambangan, perbankan hingga otomotif. Hal ini juga membuatnya disegani oleh banyak siswa di sekolah.

Hidupnya sudah terlalu sempurna, tak heran jika banyak perempuan yang menaruh hati padanya. Dari Hellena, mantan model cilik yang sekarang menjadi ketua chirleaders sekolah. Grace, selebgram dengan pengikut ratusan ribu dan terkenal gemar memakai barang branded. Hingga Meriel (Meli) gadis kelas 10-2A yang tidak kalah cantik, namun karena statusnya sebagai penerima beasiswa ia hanyalah siswi biasa yang kurang dikenal.

****

Meli meraih sebotol minuman dari dalam tas jinjingnya. Minuman isotonik dengan perisa lemon dan ekstrak lidah buaya yang segar ini sudah ia siapkan dari kemarin, setelah mengetahui jadwal puncak pertandingan pada hari ini. Tak lupa ia juga menyiapkan sadwich tuna dengan baluran keju dan parmesan yang telah ditata cantik dalam sebuah toples sekali pakai. Keduanya ia masukkan ke dalam paperbag yang dihias dengan pita merah muda dan

Meli memandangi botol dan toples itu dengan tersenyum. Ia sungguh tidak sabar untuk memberikan ini kepada Dany setelah pertandingan selesai. Walaupun ada sedikit kegusaran dalam hatinya, pantas kah Ia memberikan makanan sederhana ini untuk seorang Dany?

Referee memberikan aba-aba, menandakan pertandingan telah berakhir. Suasana stadion semakin riuh, babak grand final kelas 12-2B vs 10-1A dimenangkan oleh kelas kelas 10-1A. Dany, Sony, Kris, Theo dan Zayn saling berpelukan atas suka cita kemenangan mereka. Sementara para suporter dari kelas 10-1A menikmati kemenangan tim mereka dengan menyanyikan yel-yel yang memekakkan telinga.

Hellena menuruni tribon diikuti oleh Sara, Vita dan Rosa, dayang-dayangnya yang juga merupakan anggota tim Cherleaders.

"Congrats yaah!!", Ucap Hellena pada Dany dengan antusias.

"Thanks", balas Dany sambil menyunggingkan senyum tipis dibibirnya.

"Gue ngga diucapin nih?", Sony menyeletuk.

"Iya iya, selamat juga buat lo", ucap Hellena dengan nada malas.

"Dih judes amat sih, nenek lampir", balas Sony.

Hellena hanya memutar bola matanya, ia sungguh tak berniat membalas candaan Sony disituasi saat ini. Terlebih dihadapan Dany cowok yang sudah lama ia taksir, sebisa mungkin ia ingin terlihat anggun dan berwibawa.

"Udah udah, jangan pada berantem", ucap Dany. "Oiya, kasih tau anak-anak kelas ya, kita ke Dexter malam ini".

Sontak semuanya terkejut. Dexter adalah salah satu bar dan hiburan malam esklusif di kota mereka, bisa dibilang hanya kalangan menengah ke atas saja yang mampu menikmati hiburan disitu. Tidak heran, untuk biaya 'open table' aja sudah hampir UMR Jakarta.

"Hah? Serius lo?", tanya Theo.

"Iya lah, ngapain gua boong sih. Udah tenang aja, nanti gua bayarin semua", jawab Dany dengan entengnya.

"Oke, nanti gua urus", balas Theo lagi.

Sesi foto pun berlanjut, siswa kelas 10-1A benar-benar bahagia atas kemenangan tim mereka. Dany dan teman-teman timnya dibanjiri pujian dan ucapan selamat. Instastory hari ini diisi penuh dengan kegembiraan, bahkan juga dimention oleh SMA lain.

****

Jam menunjukkan pukul 17.00 WIB. Sebagian siswa sudah pulang ke rumah masing-masing, sebagian lagi yang merupakan panitia HUT SMA Guna Wijaya masih tinggal di sekolah dengan segala urusan. Ada juga yang melimpir ke Cafe, Mall dan masih kurang lelah untuk beristirahat di rumah.

Dany masih mengemasi barang-barangnya, ia berniat membawa pulang kembali semua keperluan olahraga yang sengaja ia tinggalkan di loker sejak satu minggu lalu. Saat itu ia memang sedang sibuk-sibuknya latihan untuk pertandingan.

Dengan ragu Meli datang menghampiri Dany.

"Hai, dan.." ucapnya dengan suara rendah.

Dany menoleh ke arah suara, "Hai Mel". Balasnya sambil tetap melanjutkan pekerjaannya.

"Selamat ya buat hari ini".

Dany menoleh lagi, kali ini tersenyum tipis ke arah Meli. Persis seperti senyum yang ia tunjukkan pada Hellena, namun bedanya ia tidak terlihat antusias dengan kehadiran Meli.

"Thank you".

Menyadari Dany yang tidak begitu peduli kehadirannya, Meli segera menyodorkan paper bag yang telah ia siapkan, berharap sikap dingin Dany akan segera berubah.

"Ini, aku punya sedikit bingkisan buat kamu. Tolong diterima ya".

Dany terdiam sebentar, menghentikan kegiatannya. Ia menoleh ke arah Meli dan  meraih bingkisan itu.

"Makasih ya udah repot-repot."

Meli mengangguk pelan sambil tersenyum.

Dany memperhatikan gadis berkulit putih yang berdiri dihadapannya itu. Rambutnya coklatnya lurus dan sedikit bergelombang dibagian ujung. Matanya bulat coklat, dengan alis berbentuk rapi yang tidak terlalu tipis namun juga tidak terlalu tebal. Bulu matanya lentik, hidungnya mancung, bibir tipis yang ranum dengan lip tint warna merah apel yang sudah memudar.

Badannya terlihat pendek, hanya 155 cm. Perawakannya mungil. Dadanya terlihat padat dan berisi dibalik seragam sekolah ketat yang ia kenakan, bulat sempurna jika dilihat dari dekat. Dengan rok yang terbilang pendek, 5 cm di atas lutut, memperlihatkan paha dan betis mulusnya.

"Sibuk ngga malam ini?", tanya Dany.

"Emm, hari senin ada ujian lisan Bahasa Inggris, sih. Mungkin mau nyicil belajar aja malam ini. Kenapa?"

"Oh, gitu. Kalo sempet ke Dexter ya".

"Hah? Dexter? Apa itu?", Meli balik bertanya keheranan.

"Lo ngga tau Dexter?"

Meli menggeleng.

Dany tidak ingin repot menjelaskan, Ia pikir gadis ini benar-benar lugu atau kurang bergaul sampai-sampai tidak tahu tempat-tempat hiburan seperti itu.

Ia menyeringai, "Dateng aja, nanti gua share lok".

Dany pun berjalan keluar menuju parkiran mobil. Sementara Meli hanya mematung di tempat dan memandangi punggung Dany yang perlahan menjauh dan menghilang dari pandangannya.

The Doll Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang