[52] ladang bunga matahari

2.4K 232 183
                                    

[Khaw] Iya, Sayang.

[Khaw] I love you too.


UNGKAPAN cinta tak lagi asing. Tere dan Khaw melakukannya dalam banyak kesempatan. Pagi hari saat Khaw mengantar Tere ke thenyou atau ketika mereka harus berpisah arah di lobi griya tawang. Obrolan via telepon pun tak ketinggalan. Begitu pula pesan teks seperti malam ini.

Tere menaruh ponsel di nakas. Dia masih punya cukup waktu sebelum menyambut kepulangan Khaw. Jumat-nya benar-benar melelahkan. Tere menghabiskan satu hari penuh di warehouse. Dalam sepekan Tere membagi jadwal tiga hari di butik dan tiga hari memeriksa gudang produksi. Kalau sudah begitu Khaw pasti rewel. Khaw akan memerintahkan Agus mendampingi Tere sementara dia bersama sopir kantor yang lain.

Satu sore, di dalam mobil, dalam perjalanan pulang, Khaw meminta izin pada Tere untuk merekrut sekretaris dan sopir baru. Tere kira posisi Oyis dan Agus tergantikan. Khaw bilang, Oyis sudah terlalu lelah mengurus segala keperluannya, Khaw butuh tenaga tambahan. Tere setuju, dengan syarat: bukan perempuan. Untuk sopir, Tere rasa mereka belum benar-benar membutuhkan. Lagian, Tere suka berkendara sendiri.

Siapin makan malamnya entar, deh. Mandi dulu aja.

Tere menyimpan aksesorinya di wardrobe room. Perempuan itu melucuti pakaian satu per satu, lalu berdiri di bawah shower. Tere mengatur air dalam suhu yang tepat. Dia bersenandung sembari memikirkan kalimat untuk disampaikan pada Khaw. Tere sudah lama tidak pulang ke rumah. Kapan waktu Khaw memastikan kediamannya aman. Khaw sudah mengutus orang untuk datang dan bersih-bersih secara berkala.

Tere menggigit bibir. Dia hanya merindukan rumahnya.

Sang perempuan cantik membilas busa sampo sembari menyingkirkan perasaannya. Sepasang tangan berjari lentik tahu-tahu melingkari pinggangnya. Pelakunya sudah pasti kekasih tercinta. Tere tersenyum. Khaw merapat dan memeluknya lebih erat. Tere menebak Khaw tidak mengenakan apa-apa. Tubuh polosnya menempel di punggung Tere.

"Kirain masih lama sampainya."

"Nggak, kok. Udah deket tadi." Khaw mengecup pipi basah Tere. Bibir seksi tanpa pulasan pun tak luput dari perhatian. "Happy banget pulang-pulang disambut bidadari lagi telanjang."

Tere menyikut perut Khaw. "Kotor, ih, mulutnya!"

Khaw tertawa-tawa. Dia hanya mengutarakan isi kepalanya. Saat pintu elevator griya tawangnya terbuka, Khaw memanggil-manggil Tere. Tiada sahutan. Ke mana? Tere bilang dia sudah tiba. Suara gemercik air mengundang langkah Khaw. Gadis muda itu menyeringai menemukan pemandangan menakjubkan di kamar mandinya.

Maybe we can do it in one round, pikir Khaw sebelum bergabung bersama Tere.

Khaw memainkan jari telunjuknya membentuk pola lingkaran di area belly piercing kekasih seksinya. Dia mengusap perut rata itu sambil meniup belakang telinga Tere. Khaw tahu Tere bergidik dan dia tersenyum nakal karenanya. "Sayang, kamu bisa diculik sepekan nggak?"

Tere mengekeh. "Sejak kapan penculik nanya dulu?"

"Sejak penculiknya aku."

Tere menggeliat. Bibir Khaw sungguh-sungguh nakal. Tiada henti dia menggoda Tere dengan kecupan kecil membangkitkan hasrat. Padahal posisi mereka sekarang saja sudah cukup membuat Tere kesulitan berpikir. Berpelukan di bawah pancuran air. Seductive. Khaw sengaja membiarkan air yang mengalir tidak terlalu deras sehingga tak mengganggu pembicaraan mereka.

"Mau diculik ke mana, sih, Hon?"

"Bisa atau nggak, Sunshine. Ke mananya itu rahasia."

Puas menginvasi perut Tere jari-jari Khaw meluncur turun ke bawah. Khaw menangkup inti Tere, yang refleks membuat perempuan itu merapatkan mata dan menggigit bibir. Shit. Mereka sudah sering melakukannya, tetapi gelenyar asing nan mendebarkan masih saja mengaliri sekujur tubuh dengan hebatnya.

Too Good To Be TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang