[16] it's fridate night

2.6K 281 78
                                    

JANTUNG Khaw berdebar kencang. Setengah mati dia berusaha berjalan tegap menyongsong Tere yang berdiri membelakanginya. Khaw melintasi meja makan dan meja bar, lalu berhenti sebelum jari-jari kakinya berbenturan dengan tumit Tere. Khaw memeluk perempuan cantik yang masih mengenakan gaun tidur berwarna gelap itu.

"Hi." Khaw menyibak surai panjang Tere ke satu sisi. Dagunya melekap nyaman di bahu Tere. "Morning, Sunshine."

"Morning. Aku baru aja mau bawa tehnya ke kamar. Di sini aja?"

"Mau peluk dulu aja."

Tere mengusap lengan Khaw. Kalau ingatannya tidak keliru, ini sekali-kalinya Khaw bersikap manja padanya. "Are you okay?" Pertanyaan Tere tak digubris. Khaw malah mengeratkan dekapannya. "Hon ...."

"Superb."

Tanpa aba-aba Khaw mengurai kedekatan mereka. Khaw melangkah menuju meja bar sembari merogoh saku sweatpants-nya. Perempuan itu mengutak-atik ponselnya sebentar sebelum menaruhnya di meja. Terdengar verse sebuah lagu yang tak familier di telinga Tere. Sampai detik kelima puluh Khaw tak jua memberi jawaban pada sebelah alis Tere yang terangkat.

"Every step I take," suara Khaw berpadu dengan suara perempuan dari ponselnya, "every move I make, every single day, every time I pray, I'll be missing you."

Tere tersenyum saat Khaw yang sudah berdiri di hadapannya meraih tangannya dan melingkarkannya di pundak gadis itu.

"Thinkin' of the day, when you went away. What a life to take, what a bond to break, I'll be missing you."

Tere tak lagi peduli pada lagu yang terus berputar. Dia menghentikan gerakan mereka. Tere memeluk Khaw erat-erat. Sekalipun musik dari lagu yang Khaw putar terdengar ringan, tetapi liriknya terasa menyayat. Tere tak mau. Sayangnya, dia tak bisa berhenti memikirkan mungkin saja Khaw sedang mengutarakan isi hatinya.

"Tahu Robby LXXY nggak?"

"Mmm?"

"Pasti nggak tahu. Kak Tere, kan, mabuk kemarin."

"Ish, Khaaaw!" Tere mengeplak pundak Khaw. "Diingetin mulu, sih."

Khaw nyengir lebar. Dengan mudahnya dia menangkap tangan Tere dan membelitkannya di pinggangnya. Tanpa mengurangi keintiman mereka, Khaw bilang, "Rob hubungin saya. He's owner LXXY, by the way. Dia undang kita ke party-nya entar malam. Wanna come?"

Tere menyelisik air wajah Khaw. "Boleh party gitu?"

"Boleh—dengan syarat."

"Apa?"

"Cewek cantik satu ini nggak boleh jauh dari saya."

Tere menggigit bibirnya. Pipi Tere merona samar. Buru-buru dia menyembunyikan wajahnya ke ceruk leher Khaw. Yang dipeluk tertawa-tawa saja. "Kalau gitu kita perlu cari dress. Aku nggak mungkin, kan, pakai dress yang sama kayak kapan itu?"

"No need. Saya udah minta orang buat ke sini. Harusnya sebelum makan siang dia udah datang. Oyis bilang orang itu bakal bawa beberapa dress yang cocok buat Kak Tere pakai."

Seperti di awal, setelah rap berakhir dan masuk ke refrain, Khaw membawa tubuh Tere bergerak seirama ke kanan dan kiri. Khaw melirihkan potongan lirik persis di telinga Tere. Tepat di kalimat 'I'll be missing you', Tere membeo. Suaranya lebih lemah. Bahkan mungkin hanya dirinya sendiri yang mampu mendengarnya.

"When the life is over," Khaw memampatkan tubuh Tere ke meja pantri, "I know, I'll see your face."

Tere terhipnotis. Dia ikut memejamkan mata ketika Khaw melakukannya. Detik-detik berlalu lebih lambat dari yang dia perkirakan sampai kemudian bibir mungil penuh itu menyapa bibirnya. Gerakan Khaw begitu lembut dan berhati-hati. Sama sekali tak ada ketergesaan. Khaw memagut bibirnya selayaknya ciuman pagi ini adalah ciuman terakhir mereka.

Too Good To Be TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang