Part 1: Bule

64 28 2
                                    

Erika terlihat gelisah. Ia merasa ada sesuatu yang tak beres sekarang. Entahlah apa itu. Saat ini ia menaiki angkutan umum perjalanan pulang sekolah. Ini hari minggu tapi ian masih masuk sekolah. Bukan untuk belajar, Erika ke sekolah untuk menyiapkan kelulusan yang akan diselenggarakan esok hari. Pandangan penumpang lainnya membuat Erika nampak risih dan ingin cepat-cepat sampai ke rumah.

"Kiri!"

Bukan Erika, melainkan penumpang lain yang berbicara. Namun penumpang itu berhenti di titik yang sama dengan restoran ayahnya. Erika ikut turun danmenghampiri supir angkutan tersebut.

"Money blue, Sis! Money blue,"ucap supir tersebut sambil menunjukkan uang lima puluh.

Erika mengernyit. Sepertinya supir ini menyangka bahwa ia berasal dari negeri asing. Dengan bahasa Inggris yang belepotan seperti itu akankah tourist yang memahami apa yang ia ucapkan? Yang benar saja, ongkos angkutan umum yang panas dan harus berdesakkan dengan penumpang lainnya dibayar seharga tiket menonton bioskop. Erika tak habis pikir dengan jalan pikiran supir yang licik ini.ia mengeluarkan uang berwarna kuning bertuliskan lima ribu rupiah.

"Gue orang Indonesia, Bang. Kalau mau curang minimal inggrisnya dibetulkan." Erika meninggalkan angkutan umum dan supir yang melongo dibuatnya.

Erika menahan tawa sambil memasuki restoran ayahnya. Meilirik kesana kemari, Erika baru menyadari bahwa pengunjung restoran hari ini lebih banyak dari sebelumnya. Ia bangga kepada ayahnya. Masakan yang dibuat restoran itu memang sangat lezat. Sampai-sampai pengunjung yang datang bertambah disetiap harinya. Ia menyapa resepsionis yang selalu ramah menyambut kedatangan Erika ketika ia datang ke restoran tersebut. Namun hari ini ada yang berbeda. Tari – resepsionis restoran- menyimpulkan kepanikan di wajahnya.

"Ada apa, Kak?"

"Er, restoran kita sedang terkena masalah sekarang."

"Masalah? Pengunjung ramai kok."

"Kita terkena denda, salah satu staf menghilangkan sesuatu berharga milik tamu."

"Berapa dendanya?"

Tari mendekatkan wajahnya ke telinga Erika. 

"Dua miliar."

"DUA MILIAR?!"

Suara lantang itu terdengar seantero restoran. Erika segera membungkuk dan meminta maaf karena telah mengganggu kenyamanan para tamu. Erika seketika mengingat bahwa sebelum ia sampai di restoran hatinya cemas seperti sedang memikirkan sesuatu yang entah apa itu.

Ternyata memang benar, firasat anak perempuan terhadap anaknya lebih kuat. Terbukti dengan masalah yang Erika hadapi hari ini.

"Dimana ayah?"

"Kantor administrasi."

Tanpa basa-basi Erika mengambil langkah tercepatnya untuk segera pergi ke kantor administrasi. Tari hanya bisa menatap kepergian Erika tanpa berniat untuk membantu anak itu. Ia kembali ke tempatnya dan segera menelpon seseorang yang tadi seharusnya ia telepon sebelum berbicara dengan Erika.

***

"Ayah! Erika pulang! Yah, ayah!"

Erika mengetuk pintu kantor dengan sangat keras dan tanpa henti. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya pintu itu terbuka. Namun lihatlah, banyak sekali orang di kantor ini sedang mengerumuni seorang koki yang tak lain adalah ayah Erika. Erika melihat ke sekeliling kantor. Sepertinya kesalahan staf yang disebut Tari tadi sangatlah fatal hingga mengundang banyak orang yang terlibat. Dan kentara sekali dari wajah-wajah orang ini bukanlah berasal dari negara ini. Mulai dari kulit yang putih, tinggi badan dan ciri khas wajah pun sangat berbeda dari orang-orang di negara ini.

"Dia anakmu?" Tanya salah satu dari mereka menggunakan bahasa inggris, bahasa yang universal. Terlihat dari segi penampilannya saja menunjukkan bahwa ia yang paling kaya di antara semuanya.

Semua orang termasuk ayah Erika melihat ke arah anak semata wayang koki ini. Apa yang mereka pikirkan tentang Erika? Ayah Erika tidak bisa diam jika ini menyangkut-pautkan Erika di dalamnya.

"Apa yang kau pikirkan tentang anakku?" Tanya ayah dengan wajah yang khawatir sekaligus jengkel karena melihat lawan bicaranya ini hanya berdiri dan tersenyum licik.

"Aku menginginkan anakmu."

Erika dan ayahnya melirik satu sama lain. Apa mau bule satu ini? Ia mengumpati staf yang menghilangkan barang yang menurut bule ini sangat berhaga. Apa yang staf hilangkan sebenarnya hingga bisa membuat restoran mengganti rugi sebesar dua miliar? Uang yang bukan main totalnya. Dan apakah barang yang staf itu hilangkan semahal itu harganya?

"Jika kalian tidak bisa menggantinya maka terpaksa kami bawa ke jalur hukum di negara kami dengan kasus pencurian data perguruan tinggi, " ucap salah satu pengawal Si Bule itu.

"Apa yang staf hilangkan, Yah? Sampai kita harus menggantikannya sebesar dua miliar," ucap Erika sambil berbisik kepada ayahnya.

"Bukan staf, bukan siapapun, Er. Ayah yang menghilangkannya. Data keuangan dari salah satu universitas ternama di negara Libya."

"Libya?"

Erika kembali melirik kearah orang-orang asing itu. Mana mau ia menjadi bahan tebusan untuk membayar dua miliar. Dahinya mengerut melihat semua wajah-wajah asing itu. Apakah yang mereka pikirkan tentang dirinya? anak yang baru lulus sekolah menengah atas, bukankah di  umur semuda itu belum matang untuk menikah?

"Tidak bisakah yang lain? Atau kau mau restoran ini? Silahkan, jangan pinta anakku!" Ayah Erika nampaknya geram jika ini menautkan anak semata wayangnya.

Erika sontak menoleh kearah ayahnya. Tidak, bukan ini jawaban yang Erika mau. Erika mendekatkan wajahnya kepada Sang Ayah.

"Ayah janji gak akan menjual restoran ini sebelum bunda di temukan."

"Ayah gak mau kehilangan kamu, Er."

"Mau keadaan apapun ayah tidak boleh menjual restoran ini, yah."

"Tapi ... "

"Restoran ini satu-satunya cara agar kita bisa bertemu bunda."

Ayahnya terdiam. Ia tidak mau kehilangan anak dan restorannya. Namun untuk mendapatkan dua miliar, uang darimana? Keuntungan yang ia peroleh dalam satu tahun dari membuka restoran pun tidak cukup untuk membayar dua miliar tersebut.

"Tenang, anakmu yang aku pinta bukan dinikahkan denganku. Tapi untuk anakku."

Erika dan Haidar -ayah Erika kembali mengernyit. Bukankah di daerahnya banyak sekali wanita yang lebih cantik dari Erika? Meskipun Erika sebenarnya tidak tahu negara Libya itu dimana. Nama negaranya pun baru ia dengar. Erika mengeluarkan ponselnya dan segera mencari di internet dimanakah negara Libya itu berada. salah satu negara di benua afrika.

"May I see your son?"

Erika dengan ragu bertanya kepada bule menyebalkan itu. Si Bule hanya menggeleng kepala dan berkata "Akan ku perlihatkan jika kau menerima pernikahan ini."

Erika mengendus. Si Bule yang tidak tahu tatakrama ini menguras kesabarannya. Dia tamu disini, dia sama sekali tidak tahu sopan santun.

"Ok, karena kamu tidak menjawabnya, saya kira kalian lebih memilih membayar dua miliar dari pada harus menikah dengan anak saya. Saya tunggu uangnya besok." Bule itu melenggang pergi diikuti dengan bodyguardnya.

"Wait!"

Suara Erika menghentikan langkah para bule tersebut. Pemimpin mereka maju dan berhadapan dengan Erika. Tatapan nakalnya itu membuat Erika menahan jengkel setengah mati.

"Aku menerimanya,. Aku akan menikah dengan putramu, Sir."

"Erika?"

"Ini sudah keputusanku, Yah."

Si bule itu tersenyum kemenangan.

"Besok akan ku pertemukan anakku dengan calon istrinya," ujarnya lalu benar-benar pergi meninggalkan restoran ini.

"Satu misi terlaksanakan." 

#pensi #eventpensi #pensivol6 #teorikatapublishing

Magic Talinna [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang