Part 10 : Cita-cita Erika

11 8 1
                                    

“Kau sudah kenyang?” tanya Edgar yang kini sudah ada tepat di belakang Erika.

Wanita itu terbalik. Mulutnya penuh dengan makanan.

“Kau….. ”

“Habiskan dulu makananmu. Baru bicara.”

Erika berhenti mengunyah. Benar juga.Ia mengangguk patuh. Edgar tersenyum simpul. Wajah Erika tadi sangat menggemaskan.
Hei! sadarlah! Batinnya.

Edgar berjalan menghampiri kursi di depan Erika dan duduk di sana. Sementara Erika berusaha menelan bulat-bulat makanan tersebut. Ia pun minum setelahnya.

“Kau tahu … ada yang bisa berbahasa Indonesia di sini,” ujar Erika.

Edgar hanya terdiam. Mungkinkah yang ia maksud adalah…..

“Namanya Nayna.”

Edgar diam tidak menanggapi. Memang tebakannya tidak salah . Bu Nayna memang pintar berbahasa. Ia adalah salah satu dosen terkenal di kampus ini dengan keahliannya yang menguasai dua puluh bahasa.

“Tapi aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat.”

Ia kembali berpikir dan mengingat wajah wanita tadi.

“Kapan kau bertemu dengannya.”

“Tadi saat akan memesan makanan.”

Erika mengambil satu sendok makanan yang tadi ia beli. Tak di pungkiri memang makanan ini enak sekali.

“Jangan lupa untuk membayar makanan ini, ya.”

Erika terus menyantap makanannya. Ia terus berdecak kagum setiap satu  suapan mendarat ke mulutnya.

“Ini enak sekali, kau mau coba?”

Erika mengambil satu sendok makanannya lalu menyodorkannya ke mulut Edgar.

“Ayo coba! Satu kali, saja…” pinta Erika memohon.

Edgar masih diam menatap Erika yang membuka mulutnya agar ia mengikuti pergerakan istrinya. Ia jadi teringat sesuatu. Kejadian ini membuatnya teringat satu kejadian di masa lalu.

                                   ***


Jendela kamarnya berbunyi. Ada ketukan yang tercipta dari luar. Di luar sedang hujan. Siapa yang berani menerobos hujan?

“Kak Edgar! Keluarlah! Jangan terus di dalam!”

Suara gadis kecil di luar itu membuatnya tertarik untuk bergerak menghampirinya.

“Di luar hujan masuklah!” Edgar kembali memerintahnya.

“Lihatlah! Aku sudah memakai jas hujan!”

Edgar terdiam. Gadis yang hanya datang ke rumahnya di waktu tertentu itu sangat senang jika hujan menyerbu.

“Tunggu aku di luar.”

“Cepat! Aku membawa Shakshouka!"

Benarkah? Baiklahkita makan bersama.”

Edgar yang ceria pun  menghampiri gadis kecil itu.

Mana Shakshouka?"

Ini.” Gadis Itu mengangkat bekal yang di bawanya.

Ia mengambil makanan oleh sendoknya, lalu menyodorkannya pada Edgar.

”Aaaaa!” Gadis itu menyuruhnya membuka mulut. Edgar tersenyum dan menuruti permintaan gadis itu.

                                ***

Magic Talinna [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang