Part 20 : Terungkap

7 3 1
                                    


“Sulit di percaya, sulit percaya,” ucap Erika berkali-kali.

Wanita itu tak henti-hentinya berjalan seperti setrika. Tak lupa dengan menggigit jempolnya terlihat sedang cemas. Edgar yang melihat hal itu menjadi cemas. Ia juga bingung harus bagaimana.

Apa yang harus ku lakukan sekarang?
Edgar mengirim pesan teleportasi kepada mertuanya. Ia tidak tega menyeret Erika kedalam masalah ini yang menurutnya terlalu berbahaya.

“Kau tak mau anakku membalaskan dendamnya?”

Edgar memang selalu kalah telak jika berbicara dengan mertuanya.
Namun ia selalu percaya kepada alur yang telah haidar rancang sedetail mungkin. Ia akui ayah Erika memang sangat pintar.

Lakukanlah yang semestinya kau lakukan.

Ia hanya bisa mengelus dada. Akhirnya Edgar memutuskan untuk menghampiri Erika. Kebetulan sekali ia sedang memegang brosur perlombaan Magic Talinna.

“Ku dengar kau akan mengikuti perlombaan.”

Erika berbalik menghadap sumber suara. Suaminya itu memang menjadi penawar kegelisahannya setiap saat. Erika menepuk dahinya.

“Ya tuhan, kenapa aku sampai lupa kapan perlombaannya?”

“Lusa.”

“Lusa?! Aku bahkan belum mempersiapkan apapun.”

“Tenang saja …. "
“Bagaimana bisa tenang? Kau tahu? Bu Nayna punya penyakit yang di buat Tuan Rudolf. Aku akan-“

Edgar menghampiri Erika dan memeluknya. Memberi kenyamanan dan ketenangan untuk istrinya itu. Erika menikmati pelukan tersebut dengan mata terpejam. Kejadian tentang Nayna membuat pikirannya kemana-mana.

“Terimakasih,” ucapnya dengan mata terpejam.

Beberapa menit mereka membiarkan posisi mereka seperti itu. Menikmati perasaan yang memberi kehangatan untuk keduanya. Edgar melepaskan pelukan tersebut.

“Ayo kita pikirkan apa yang akan kau buat.”

“Aku sudah memikirkannya.”

“Secepat itu?” Edgar tidak menyangka Erika menemukan tema temuannya dengan cepat. Erika mengangguk dengan pasti.

“Ayo kita ke lab!” ajak Erika lalu melangkah dengan cepat.
Edgar mengikuti langkah Erika dengan santai. Tanpa berlari pun langkahnya sudah cukup untuk mengjar istrinya itu.

“Jadi apa konsepnya?”

“Keselamatan.”

Kening Edgar mengerut.

“Keselamatan?”

Erika mengangguk. “Aku akan membuat cairan yang dapat menyembuhkan seluruh penyakit. Termasuk Bu Nayna. Aku akan menyelamatkannya dari kejahatan Mr. Rudolf.”

Edgar tersenyum dan mengangguk dengan pasti. Perihal Nayna, Edgar sudah tahu dari awal bahwa ada kejahatan Rudolf untuk Nayna.

“Kau tidak tahu apapun tentang Bu Nayna?”

Edgar menggeleng. “Yang kutahu Rudolf menyebalkan.”

“Bukan hanya menyebalkan dia juga jahat.”

Edgar mengiyakan pernyataan Erika.

“Aku akan selalu membantumu.”

“Baiklah, aku akan membuat cairan keselamatan. Tapi kau penyelamatku.”

Erika memeluk Edgar dengan erat. Ia sangat gemas kepada Edgar, suaminya. Begitu pula dengan Edgar, ia sangat gemas dengan semua hal yang bersangkutan dengan Erika. Baik wajah maupun kehidupan istrinya ini.

***

Erika mengangkat cairan di depannya. Cairan yang sudah banyak sekali yang tercampur dengan cairan lainnya.

“Lucu banget warna ungu.” Erika tersenyum.

Edgar ikut tersenyum meskipun ia tak mengerti apa yang Erika katakana. Suami Erika itu sudah membawa kucing yang sedang sakit. Terbukti sudah berkali-kali kucing tersebut bersin. Erika melirik kucing itu.

“Bukankah itu kucing yang kita temukan saat ke pasar malam?”

Erika menggeleng tak habis pikir dengan kelakuan suaminya itu.

“Baiklah kita coba.”

Erika mengambil suntikan dan menyedot cairan tersebut ke dalamnya. Lalu cairan tersebut ia masukkan ke dalam tubuh kucing itu.

“Sudah tidak bersin?! Yes!! Yuhu!!”
Erika kegirangan.

Ia melompat-lompat senang. Akhirnya, tidak membutuhkan waktu lama ramuan tersebut telah jadi dengan cepat.

“Bravo! Kita hebat Edgar aaaa!”Erika berlari memeluk Edgar dengan erat. Ia menggoyang pelukannya ke kanan dan kiri.

‘‘Ayo kita ke rumah Bu Nayna’’

‘‘Tunggu.’’

Edgar menghentikan aksi Erika yang terlalu cepat. Sementara Erika agak kesal karena merasa di ganggu kemenangannya.

“Kenapa?”

“Kau harus tahu kapan jadwal Rudolf ada di rumah.”

Erika termenung. Dalam hati ia membenarkan kalimat Edgar. Setahunya Rudolf sedang tidak ada di rumahnya. Terbukti saat ia berkunjung ke sana tidak ada Rudolf di dalamnya.

“Kemarin data pencapaian Rudolf silang. Terpaksa ia harus pulang terlambat.” Jelas Edgar yang membuat Erika kembali termenang.

“Kita tidak bisa langsung memberi cairan ini kepada Mrs. Nayna.” lanjutnya.

Erika berpikir keras mencari waktu yang tepat untuknya menyembuhkan Nayna. Melihat hal itu membuat Edgar ikut mencari cara.

“Bagainama jika saat acara perlombaan berlangsung? Rudolf pasti memiliki banyak jadwal sebagai dosen Pembina.”

“Tepat sekali!” Erika membenarkan ide Edgar.

Edgar menaikan kedua alisnya menggoda Erika.

“Bayaran ide cemerlang ini?”

“Bayaran?”

“Ini tidak gratis,sayang.” Edgar mendekat.

Sebaliknya, Erika mundur langkah demi langkah. Hingga punggungnya menabrak tembok. Saat Edgar mendekat, Erika dengan cepat kabur dari lab. Edgar berlari mengjar. Namun Erika malah berlari ke kamar.

“Kau berlari ke kandangku, Sayang!

***

“Aku pulang!”

Rudolf berteriak memberi tahu Nayna bahwa ia sudah kembali ke rumah. Natna seprti biasa menyalami tuan rumah yang di diaminya ini.

“Kau mau minum apa?”

Nayna memaksakan tersenyum.
Pernyataan yang dibawa Erika kemarin masih terngiang-ngiang di kepalanya. Dan itu membuat pandangan Nayna kepada Rudolf berubah. Rudolf memperhatikan Nayna dengan seksama.

“ Kau kenapa?”

Tangan Rudolf memegang pipi Nayna. Namun wanita itu langsung beralih mengambil tas kerja Rudolf. Aksi Naya membuat Rudolf merasa ada sesuatu yang janggal.

“Aku hanya mimpi buruk. Namun takut hal tersebut benar-benar menjadi kenyataan.”

Nayna tersenyum lalu membawa tas kerja Rudolf pergi.

Rudolf hanya bisa mematung menahan emosi. Semua ini terjadi karena anak musuhnya itu. Haidar Ozcivit. Musuh terbesar dirinya.

Magic Talinna [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang