Part 9 : Magic Talinna

11 7 1
                                    

Erika melihat –lihat ke dalam gedung tersebut. Banyak orang berkeliaran dan berbincang dengan temannya dengan bahasa yang sama sekali tak ia mengerti. Wanita itu melirik Edgar. Dalam hatinya ia merutuki perlakuan beberapa menit lalu pada Edgar yang sudah berstatus menjadi pasangan hidupnya. Meski begitu, tetap saja ia belum terbiasa.

“Kau mau melihat apa lagi?” tanya Edgar mencairkan suasana nampaknya bukan hanya Erika saja yang malu. Edgar merasa canggung setelah kejadian yang membuat jantungnya olahraga.

“A-aku ingin melihat, Toilet.”

“Toilet?” tanya Edgar memastikan.

“Eh, tidak-tidak. Aku ingin ke kantin saja.”

Edgar berbalik arah dan meninggalkan Erika.

“HEI! WHARE ARE YOU GOING?!”

Erika lari menghampiri Edgar.

Just follow me,” ucap Edgar dengan tenang tanpa menoleh sedikitpun.

Erika berlari mengejar Edgar dan menyamai langkah lelaki di depannya.
Dasar tidak berprikemanusiaan! Batin Erika.

“Aku mendengarnya,” ujar Edgar tanpa menoleh sedikit.

Erika meniru bahasanya dengan wajah mengejek. Sesekali ia juga melayangkan satu tonjokkan kepada angina saking kesalnya. Edgar tersenyum simpul. Ia tahu Erika sedang memakinya dari belakang. Lelaki itu menghela napas. Saat teringat sesuatu, kini hatinya dan tentang kenangan masa lalu membuat senyumnya memudar.

Andai kau tahu semuanya.

“Huft ... pelankan langkahmu sedikit,” pinta Erika dengan napas tersengal.

Langkah Edgar sangat besar sehingga agak sulit Erika menyamainya. Erika berlari kecil menyusul langkah Edgar.

Edgar tidak memperdulikannya. Ia harus jalan sambil menengok kea rah ruangan. Hingga matanya tertuju pada satu ruangan.

Bukan. Ruangan itu bukan kantin ataupun toilet. Ia berhasil melangkah. Sepertinya ruangan inilah yang wajib ia perkenalkan pada Erika. Saat ia akan kembali melangkah, tiba-tiba punggungnya terasa tertabrak.

“Aduh!” Erika memegang keningnya usai tertabrak.

What’s wrong with you?” tanya Erika setengah jengkel.

“Ayo.” Edgar meraih tangan kiri Erika agar lebih cepat mengikutinya.

Sementara tangan kanan Erika masih mengusap pelan keningnya.

“Iya, sebentar. Aduh, punggungmu keras sekali!”

Edgar tidak menanggapi.  Ia hanya fokus untuk sampai pada tempat. Yang kini sudah ada di hadapannya. Edgar membuka pintunya apa yang ada di dalamnya membuat Erika menutup mulut.

“Apa ini ?” tanya Erika dengan tatapan tak lepas pada ruangan di depannya.

Bagaimana tidak shock . Ia melihat seperti perpustakaan yang sangat besar. Jika di bandingkan dengan perpustakaan Indonesia, perpustakaan di negara asalnya itu tidk mencapai seperempatnya.

“Ini perpustakaan?”

“Ya, sekaligus tempat pertama aku menemukan keajaiban”

Erika melirik Edgar.

“Keajaiban?”

Edgar mengangguk. Sesekali ia melihat tangannya yang memegang tangan Erika. Istrinya itu tidak berkutik sama sekali. Entah ia tak sadar, atau memang mengizinkan Edgar menggenggam tangannya.
Sudut bibir sedikit tertarik. Sangat sedikit hingga tidak ada yang bisa melihatnya.

Magic Talinna [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang