Part 4: Serba Salah

51 26 1
                                    

Kini Erika bersebelahan dengan calon suaminya. Untuk menyebut pria sebelahnya 'calon suami' saja sudah membuatnya geli. Erika meminum teh hangat yang ia sajikan sendiri untuk dirinya dan Edgar.

"Siapa namamu?" Tanya Erika sebagai awal pemecah keheningan.

Namun bukannya menjawab, Edgar justru menatap Erika seolah mencari sesuatu di matanya. Erika nampak kebingungan dan salah tingkah dibuatnya.

"Ada yang salah?"

Edgar baru tersadar setelah beberapa saat. Ia menjadi salah tingkah sekarang dan ia merutuki dirinya. Ya ampun, apa yang telah ia perbuat tadi.

"Kau bertanya apa tadi?" Edgar meminta Erika mengulangi pertanyaannya.

"Namamu."

"Edgar Altair Selim."

Erika hanya mengangguk. Kalau begitu, setelah menikah nanti ia akan mengubah nama belakangnya menjadi 'Selim'. Erika Elishka Selim, nama yang indah juga. Edgar kembali menatap Erika. Kali ini Edgar sepertinya akan menyampaikan sesuatu kepada Erika.

"Apa kau keberatan dengan pernikahan ini?"

Erika terdiam. Ia bukannya keberatan, hanya saja ini terlalu cepat baginya. Di umur muda ini bukankah fokus untuk mengejar cita-cita lebih utama?

"Aku tidak keberatan. Mengingat latar belakang pernikahan ini, jauh banyak sekali keuntungan yang ku dapat."

Erika tersenyum sembari menatap mug yang ia pegang. Kehangatannya berkurang karena tertiup angina sedikit demi sedikit. Melihat Erika tersenyum, Edgar merasa bersalah telah menghancurkan impian Erika.Lagi pula ia juga tidak punya kekasih, tidak ada hal apapun yang menjadi penghambat untuk ia menolak pernikahan ini.

"Kalau kau keberatan aku bisa membujuk ayahku untuk membatalkan pernikahan ini." Edgar menatap dalam mata Erika. Tersirat sedikit kebohongan bahwa ia akan membujuk ayahnya. Erika menggeleng dan kembali tersenyum.

"Keuntungan yang ku dapat sangat banyak dengan adanya denda dua miliar itu. Tapi kalau kau yang keberatan dengan pernikahan ini, kau boleh membatalkannya," ujar Erika yang sama merasa tak enak, takut bahwa Edgar juga terpaksa untuk melaksanakan pernikahan ini.

"Aku tidak keberatan. Bagaimana pun kau pilihan ayah. Ayahku bukan orang yang sembarangan mencari. Mungkin ayahku merasa kau yang cocok denganku."

Erika mengernyitkan dahi. Seingatnya bule itu baru bertemu dengannya sekali.

"Ayahmu baru bertemu denganku sekali, itupun di kejadian ayahku yang menghilangkan data yang ayahmu punya. Dia bisa memilihku dengan sekali lihat?"

Edgar tak tahu harus menjawab apa. Orang baru tidak akan mengerti sifat ayahnya. Mau dijelaskan berkali-kali pun mereka tidak akan mengerti. Erika masih menunggu jawabannya. Edgar ini aneh menurutnya. Ia baik, sopan, dan juga tampan. Apakah ayahnya tidak mencarikan wanita yang lebih sempurna daripada dirinya?

"Hello? Kau dengar aku?"

Edgar sekali lagi membisu. Ia bingung harus menjelaskannya bagaimana.

"Aku dengar."

"Lalu apa jawabannya?"

"Kau akan tahu setelah kita menikah nanti," ucap Edgar lalu meraih mug yang terlalu lama ia biarkan dan meminumnya.

Dan Edgar tak sadar bahwa perkataan sederhana yang lolos terlontar dari mulutnya membuat pipi Erika merah bak kepiting rebus seperti yang dulu Winda katakan.

"Sepertinya kita terlalu lama membiarkan tehnya." Erika ikut meraih mug miliknya.

Dahi Edgar mengerut. "Kita sedang minum kopi bukan?"

Magic Talinna [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang