CHAPTER TUJUH BELAS

5 2 0
                                    

"Aku pamit ya" Jaejun mengecup kening Hara lalu mengecup pipi gembul milik Jaera.

"Daddy jangan lama-lama perginya"Ucap Jaera dan Jaejun menganggukkan kepalanya.

Hara dan Jaera akan menginap di rumah ibu mertua selama Jaejun syuting di Thailand,itu juga atas permintaan ibu mertua karena tak ingin Hara merasa bosan sendirian dirumah.Setelah keberangkatan Jaejun,Hara menggendong Jaera untuk pergi tidur karena ini sudah larut malam.

"Aku merindukan daddy"Ucap Jaera sembari mengucek matanya yang sudah mulai menutup karena tak kuat menahan kantuk. Hara tersenyum melihatnya padahal Jaejun baru saja berangkat tiga menit yang lalu dan Jaera sudah merindukannya saja.

Hara ikut tertidur bersama Jaera di kamar milik Jaejun semasa muda.Ibu dan Ayah mertua masih menonton televisi dan Hara juga tadi sempat bilang jika ia akan tidur duluan karena sebenarnya Hara juga sudah mengantuk.



"Jadi itu alasan kamu menendang meja?"Tanya Hara sembari melipatkan tangan didepan dadanya.

Jaejun menggaruk kepalanya yang tak gatal "Ya,karena aku juga kaget"

"Dari kapan dia sering telpon kamu"Hara duduk ditepi kasur Jaera lalu ia menarik lengan sang suami agar ikut duduk bersamanya. Jaejun ikut duduk disamping Hara lalu menjawab.

"Waktu kita pulang dari Indonesia,awalnya aku pikir yang menelepon ku adalah orang yang kukenal makannya aku sempat angkat...tapi ternyata itu hanyalah sasaeng"

"Kalau yang waktu di cafe kamu telpon, itu siapa?"Tanya Hara dan Jaejun mengerutkan alisnya mengingat-ingat apakah ia pernah menelepon seseorang waktu di cafe.

"Itu loh yang waktu delapan shot"Ucap Hara sembari gereget mengingat Jaejun yang memesan americano

"Oh itu Jaeno,aku memintanya untuk bertanya pada orang dirumah apakah ada yang mau memesan minuman atau makanan"Jawabnya lalu Hara ikut mengangguk-anggkukkan kepalanya.

"Maaf"Ucap Jaejun dan Hara mengerutkan alisnya mengulangi ucapan Jaejun. "Maaf?"

"Maaf karena aku tak memberitahu mu"

"it's okay. Aku kira arwah kamu masih menetap di Indonesia makannya kamu sedikit aneh"





••••••

Pagi hari ini Hara menyiapkan sarapan dibantu oleh sang ibu mertua.Padahal Hara sendiri sudah bilang jika Ibunya cukup melihat saja tapi tetap membantu Hara memasak.

"Aku jadi ingat waktu pertama kali membantu Ibu  disini"Ucap Hara membuka pembicaraan.

"Ah waktu Jaejun yang mengamuk karena kamu memanggil temannya dengan panggilan kakak"Jawabnya membuat Hara terkekeh mengingat kejadian itu.

"Kenapa ibu hanya mengingat kejadian itu saja"Ucap Hara ia kembali terkekeh 

"Karena ibu baru pertama kali melihat Jaejun cemburu seperti itu,dan itu sangat lucu"Ucap Ibu mertua lalu memberikan Hara sayur yang sudah dipotong-potong olehnya.Hara menerimanya lalu siap menumis sayur tersebut.

"Apakah kamu pernah merasa bingung memilih menu makan untuk dirumah?"Pertanyaan ibu mertua membuat Hara langsung mengangguk. "Itu memang sangat membingungkan"

"Sepertinya semua ibu rumah tangga merasakan itu"Lanjut Hara lalu mematikan kompornya.

"Apakah Jaejun menyusahkan mu?"Kini pertanyaan Ibu mertunya membuat Hara terdiam beberapa saat lalu membuka apron miliknya,dan duduk dihadapan ibu mertua.

"Tentu tidak.semua yang aku lakukan untuk Jaejun dan Jaera adalah ibadah.Aku memang merasa lelah dan itu pasti karena aku harus bisa membagi waktu untuk menyiapkan sarapan,mencuci pakaian,membersihkan rumah dan pekerjaan lainnya....Tapi aku lakukan dengan ikhlas dan Jaejun sama sekali tidak menyusahkan ku"Hara tersenyum matanya ikut berkaca-kaca melihat Ibunya yang mengeluarkan air mata.

Paper Airplane Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang