Chapter 25
Jeongin mengetuk-ngetukan jarinya diatas meja. Air matanya lagi-lagi mengalir padahal dia sudah berjanji untuk tidak pernah menangis lagi.
'... aku harusnya tidak membuat luka baru'
'Aku menulis agar kalian tidak perduli padaku, tetapi hatiku memikirkan hal sebaliknya'
'Tolong aku'
Kata-kata yang Felix tulis menusuknya sampai dia menepuk-nepuk dadanya yang terasa sakit dan sesak.
Jeongin berpikir bahwa selama ini dirinya sudah lebih banyak berubah. Dia yang dulunya kekanakan, egois dan selalu kebingungan untuk melakukan apapun, berubah menjadi laki-laki dewasa dengan pikiran lebih baik.
Ternyata semuanya hanya khayalannya saja.
'Buktinya aku tidak tau kamu terluka' batinnya.
Ditengah rasa frustasinya, pikirannya melayang tidak tentu arah. Semua usaha yang dia bangun untuk menjadi lebih baik tampaknya sia-sia.
Dulu dia berpikir untuk merubah kebiasaanya yang manja untuk menjadi lebih dewasa. Menyampingkan ego dan selalu mencoba mengalah dalam banyak hal.
Tidak hanya itu, Jeongin berpikir bahwa bukan cuma kepribadiannya saja yang harus berubah, tetapi juga fisiknya. Dia mulai rajin untuk berolahraga. Pergi ke gym bersama hyung-hyungnya. Menahan rasa lelah dan malas yang selalu saja datang.
Memangnya dia melakukan itu semua untuk siapa kalau bukan untuk Felix. Menunjukkan bahwa walaupun dia yang termuda, tetapi dia juga bisa di andalkan.
Nyatanya sekarang apa yang dia pikiran hanyalah sebuah khayalan semata. Tampaknya, dia bahkan masih tidak bisa di percaya untuk menjadi sosok yang bisa di jadikan sandaran dalam permasalahan yang dihadapi hyung kesukaannya.
Member dan Stay bisa mengatakan dia yang sekarang sudah dewasa bahkan lebih dewasa dari pada hyungnya yang lain. Namun ketika di hadapkan oleh hal seperti ini dia tidak tau harus melakukan apa.
Ingin berteriak, tetapi untuk apa dan pada siapa. Ingin berlari, tetapi tidak punya arah tujuan. Sampai sini Jeongin jadi penasaran, apa yang ada dipikiran Felix sampai terpikir untuk melukai dirinya.
Jeongin melihat kesamping menemukan cutter di susunan alat tulis. Tangannya mengambil cutter itu dan memutar tuas sampai pisau yang terlihat tajam itu terlihat.
"Aku mengatakan cinta padanya tetapi tidak pernah merasakan penderitaannya. Kalau aku tidak bisa membantunya setidaknya aku bisa memposisikan diriku di posisinya, kan? Hahaha"
Perlahan Jeongin mendekatkan cutter itu ke pergelangan tangannya. Rasa cinta sudah menutupi keraguannya untuk merasa takut akan rasa sakit yang nantinya dia rasakan.
Sampai deringan ponsel menghentikan gerakannya. Jeongin dengan tidak sabaran mengambil ponselnya dan menjawab panggilan itu asal.
"Ada apa?" Nada suaranya terdengar ketus padahal tidak tau siapa yang menghubunginya.
"Oh? Maaf aku mengganggumu" Suara di seberang terdengar tercekat.
"Yaampun, Felix hyung? Maaf, aku tidak melihat Id nya dan asal menerima panggilan. Maaf hyung. Ada apa?" Nadanya terdengar lembut.
"Begitu? Jadi apa aku tidak mengganggu?"
"Sama sekali tidak hyung"
"Uhm, Jeongin.... "
"Ya?"
Cukup lama sampai Felix akhirnya berbicara kembali. "Kamu baik-baik saja?"
"Ap-.. Hah? Memangnya kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IS LOVE | FELIX x SKZ
FanfictionFelix bertanya dalam hati, apakah dia pantas di cintai? Lalu, apa itu cinta? Chan dan Jeongin dengan hasrat memonopoli. Lee Know dan Seungmin dengan hasrat memiliki. Changbin dengan hasrat memperbaiki. Hyunjin dengan hasrat melindungi. Jisung dengan...