"DRAF {14}"

120 46 10
                                    

Good Morning Al
Gimana kabar nya? Baik lah, jangan sakit-sakit, gak enak🤧
-
-
Tinggalkan jejak setelah membaca ya guys, Vote And komen🤭♥️
Kalo kagak, entar aku Rasengan kalean🌀😹
-
-
Selamat Membaca, wahai FL ku🦈

•••

Setelah sampai di kantin tempat tujuan nya, Aurel mulai mendudukkan bokong nya yang masih terasa sakit dengan perlahan, lalu memanggil tukang warung menyebutkan pesanan nya.

"Es kopi susu nya satu, Bu." Pesan nya masih meringis, yang memang jarak nya gak terlalu jauh dari warung ke bangku pertama.

Selama menunggu pesanannya jadi, Aurel terus menerus mengusap bokong nya, sesekali meniupi nya meski tak terasa angin yang menghembus kearah bokong itu.

"Nih Neng," seru sang penjual, dibarengi senyuman khas nya.

Aurel yang tengah meniupi bokong nya langsung mengalihkan pandangan terhadap sang penjual sedikit kaget.

"Eh, iya Bi, Makasih." jawab Aurel sedikit terbata-bata, seraya menyeduh kopi itu"Askh!" lirih nya, tatkala terasa linu di giginya.

"Hati-hati Neng, masih panas!" refleks si ibu, memperingati.

"Ini dingin Bu, bukan panas." lirih Aurel seraya mengipasi mulut dengan tangan.

"Hehe, bercanda Neng." cengenges nya, menggaruk kepala nya yang tak gatal.

Aurel tak menjawab, ia masih fokus terhadap giginya masih terasa ngilu.

"Kalo gitu, ibu kesana lagi yah, Neng?" Izin nya, langsung mendapati anggukan dari Aurel.

"Ahkss... pada kenapa si orang-orang disini!" gumam nya kesal.

DAARR!

Teriak Icha menepuk kedua pundak Aurel dari belakang amat keras. Membuat kopi yang tengah di minum Aurel tumpah ke wajah nya seketika, tak luput dengan rambut.

"Aaa... Icha!" rengek Aurel kesal, seraya menurun 'kan gelas perlahan.

Refleks Icha menutupi mulut nya." Ma-maaf." segera Icha mengarah kehadapan Aurel melihat-lihat wajah sahabat nya itu. Takut mengelupas gara-gara panas. Icha tak tau kopi itu dingin. "Lo gak papa 'kan?" Panik nya dengan tangan ingin menyentuh wajah itu, tapi enggan karena takut.

"Muka lo si, iya!" ketus Aurel.

"Muka lo gak mengelupas 'kan? Gak ada kulit yang terlepas? Gak papa 'kan, Rel? Jawab dong Rel!" Panik Icha melirik kanan kiri wajah Aurel yang terpenuhi Kopi itu.

"Gimana gue mau jawab, Lo nya aja nyerocos!"

"Hais... yaudah, ayo kita ke kamar mandi," Icha langsung membopong tubuh Aurel. "Bi, nanti Icha bayar yah, ini darurat!" teriak Icha, kearah tukang warung.

"I-iya," jawab nya juga ikut panik melihat wajah Aurel.

Setelah sampai didepan pintu kamar mandi dengan bantuan Icha, segera Aurel memasuki nya dengan mata tertutup. Aurel hanya bisa meraba-taba tembok WC agar masuk dengan Aman.

Setelah membersihkan wajah nya, Aurel perlahan membuka mata, ia kaget tak karuan. Ternyata, bukan hanya wajah sama rambut nya saja yang terkena siram, melainkan baju nya juga ikut serta. "pantas dingin!" pekik nya.

Segera Aurel membersih kan Kopi yang menempel penuh di bagian bidang dada nya dengan cepat. Karna mengejar Bell masuk.

"Aduh... mana susah lagi!" pekik nya lagi.

Aurel bersikeras membersih kan kopi yang menempel di baju bidang dada nya dengan bantuan cermin di hadapan nya.

Saat sadar akan rambut yang belum ia bersihkan, segera Aurel bersihkan terlebih dahulu, lalu kembali lagi mengusap-usap baju nya yang terlihat warna coklat gara-gara kopi itu.

Aurel And Four Boys [Hiatus Sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang