Dua bulan telah berlalu, menghitung malam panjang tak berkesudahan. Tak terhitung jua airmata dan peluh yang menetes, rasa sakit dan amarah yang tergenggam erat. Tidak, hari ini bukanlah akhir. Atas kesepakatan semua anggota keluarga Mulawarman, Kenanga akan kembali bekerja di perkebunan teh, posisi nya sebagai asisten rumah tangga akan digantikan oleh seorang pekerja yang telah disiapkan oleh Bu Sekar. Seorang wanita berusia 35 tahun yang diambil langsung dari yayasan terpercaya, berasal dari luar kota Subang.
Di hari terakhir bekerja, Kenanga tersenyum lega dalam hati. Ia tak harus menahan rasa sakit lagi karena ucapan Bu Sekar, setidaknya di perkebunan ia bisa kembali bercengkrama dengan sesama pekerja meskipun harus bekerja dibawah terik matahari seraya membawa bakul teh yang berat. ART baru telah resmi masuk bekerja, semua orang berkumpul untuk menyambut anggota baru.
Tak ada salam perpisahan khusus, Kenanga hanya berpamitan seperti biasanya. Kali ini Nauval tidak mengantar Kenanga pulang karena masih bergelut dengan segala kesibukan menyusun skripsi, tak lama kemudian Wisnu masuk setelah mengucap salam, juragan menelpon dan meminta nya mengantar ke rumah sakit untuk medical check up.
Kini hanya tersisa Bu Sekar, Sinar dan Intan di rumah. Saling mendiamkan satu sama lain karena sibuk dengan urusan nya masing-masing, Intan tampak sibuk memberikan pengarahan kepada ART baru nya, Sinar sibuk menyuapi anaknya makan, sedangkan Bu Sekar sibuk berkutat dengan ponsel pintar nya.
"Sinar?" panggil Bu Sekar, menyimpan ponsel nya di atas meja.
Sinar menoleh, meletakkan piring di meja yang sama. "Iya tante, ada apa?"
"Kalau seandainya Papa kamu mau menikah lagi bagaimana?" tanya Bu Sekar dengan antusiasnya, berbanding terbalik dengan respon Sinar yang sangat terkejut.
"Menikah lagi? Sinar rasa Papah tidak akan menikah lagi tante, karena mengingat usia Papah yang udah sepuh." Jawab Sinar dalam gugup.
Mendengar obrolan antara Sinar dan Bu Sekar, Intan kembali duduk di sofa yang sama, menyandarkan punggung nya seraya menghela nafas. "Diluar sana bising banget, banyak orang yang membicarakan hal serupa. Bahkan para janda di desa Sukaluyu sering kali bergosip di tukang sayur, memperebutkan posisi yang tidak pasti.."
"Maksud teteh apa? Banyak janda yang mau jadi istri baru Papah gitu?" tanya Sinar, merasa heran dengan kondisi diluar karena selama ini ia hanya fokus mengajar di sekolah dan merawat anaknya, hingga tak punya waktu luang untuk sekedar bergosip dengan tetangga desa Sukaluyu.
"Iya, teteh juga bingung Sin. Tapi kalau misalnya dengan menikah lagi bisa membuat Papah bahagia, teteh cuma bisa dukung.. Kasihan juga kan kalau Papah sendirian di sisa usianya?"
"Papah kalian tidak akan sendirian, kan ada tante.." Cetus Bu Sekar dengan percaya diri.
Karena tak ingin obrolan semakin melebar kemana-mana, Intan dan Sinar memutuskan untuk keluar, berjalan-jalan ke area perkebunan teh, meninggalkan Bu Sekar dalam imajinasi nya sendiri. Rumah putih milik juragan menjadi semakin sunyi, hanya ada suara denting peralatan masak di dapur karena ART baru sedang menyiapkan makan siang.
Di perkebunan, Sinar dan Intan berpencar, menghampiri para pekerja dan berbincang mengenai kondisi tanaman. Tak lama berselang datang sebuah mobil SUV berwarna putih, berhenti di depan gudang penyimpanan teh yang sudah di petik. Turun dua orang laki-laki, berjalan beriringan menuju area perkebunan.
Intan menyadari kedatangan dua orang tersebut segera menepi, menyambut nya dengan raut bahagia. "Papah udah pulang? Gimana kata dokter?"
"Dokter bilang semuanya baik-baik saja, Papah sudah sembuh..." Juragan Agus tersenyum lebar, Intan memeluknya sekejap. Pria di sisi kiri juragan hanya diam, menyimpan tangan nya ke dalam saku celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Arah (SELESAI)
General FictionKenanga tak pernah menyangka akan berhadapan dengan situasi sulit saat beranjak dewasa, jiwanya diserang dari berbagai sisi namun ia hanya memiliki dua arah yang terasa serba salah. Jalan manakah yang akan Kenanga pilih? jalan manakah yang akan memb...