Kenanga tak pernah menyangka akan berhadapan dengan situasi sulit saat beranjak dewasa, jiwanya diserang dari berbagai sisi namun ia hanya memiliki dua arah yang terasa serba salah. Jalan manakah yang akan Kenanga pilih? jalan manakah yang akan memb...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sekarang kan kita udah makan semua, malam ini giliran Abah yang tidur di hotel temani Emak, biar Kenanga yang jaga disini.."
Setelah menyantap makan malam di kantin rumah sakit, mereka kembali ke waiting area bagian dalam. Awalnya Abah khawatir meninggalkan cucu perempuan nya menunggu sendirian, namun tak bisa dipungkiri jika ia merasakan sakit pegal di sekujur tubuh akibat terlalu lama tertidur dalam posisi duduk.
Kenanga mengantarkan hingga depan kamar hotel, tak ikut masuk ke dalam, hanya berbincang sebentar, mengajarkan Abah bagaimana cara membuka dan mengunci pintu menggunakan card key.
Abah dan Emak sudah masuk ke dalam kamar, pintu pun ditutup. Kenanga membalikan badan, lalu menoleh ke arah kamar kanan, tiba-tiba sanubari nya kembali terasa nyeri.
Setelah kejadian itu Kenanga memutuskan untuk melupakan segala duka, demi menyongsong masa depan yang lebih baik. Ia meninggalkan hotel, berjalan seorang diri hingga tak lama kemudian sampai di parkiran rumah sakit.
"Kenapa ya setiap kali Bapak sakit, Mang Wisnu jarang sekali nengokin, kalau Mang Dani kan sekarang lagi kerja di luar kota... Mang Wisnu, Sindi... Kenapa tiba-tiba aku kepikiran mereka.." Gumam Kenanga seraya berjalan lambat memasuki pintu utama rumah sakit.
Terlalu sibuk perperang batin sampai tak terasa Kenanga sudah sampai di depan ruangan tempat Bapak terbaring, ia berjinjit mengintip lewat jendela yang tertutup gorden hijau tosca, tak terlihat apapun hingga akhirnya ia menyerah untuk mencari tahu dan duduk di kursi tunggu.
Suasana di sekitar ruangan operasi terlihat sepi, hanya ada satu atau dua petugas medis yang lewat membawa berkas serta troli makanan. Rasa gundah kembali menyerang, Kenanga menganyandarkan punggung nya hingga mendongak, menghadap langit-langit rumah sakit, remang seperti tak ada harapan.
"Assalamualaikum..."
Kenanga terperanjat hampir terjatuh dari kursi saat mendengar seseorang mengucapkan salam, jantung nya berdegup kencang karena mengira suara tersebut berasal dari makhluk tak kasat mata.
Namun pikiran nya berubah cerah saat menoleh ke arah kanan, dilihat nya seorang lelaki berperawakan tinggi tegap tengah berdiri seraya membawa beberapa bingkisan.
"Wa'allaikumsalam.. Juragan Sulaiman? dan..?" kalimat Kenanga terhenti saat melihat sosok asing, perempuan tinggi kurus mengenakan gamis dan juga hijab panjang berwarna hitam, wajah nya tak terlihat jelas karena tertutup oleh niqab.
"Perkenalkan saya Aisyah.." Wanita itu mengulurkan tangan kanan nya yang tertutup sarung tangan.
Kenanga membalasnya segan. "Saya Kenanga, umm.. Ini istri juragan? Senang sekali bisa bertemu juragan Aisyah, terimakasih atas segala kebaikan kalian selama ini.."
"Saya sengaja membawa Asiyah kesini untuk menghindari fitnah, tolong terima ini sedikit bingkisan dari kami.." Ucap juragan Sulaiman seraya menyerahkan tiga bingkisan sekaligus.