Lantunan sholawat Nabi terdengar syahdu ke seluruh area lapangan alun-alun Kota Jakarta, di iringi oleh hadroh dari pondok pesantren Darrurahmah. Para hadirin hilir mudik mencari tempat yang masih kosong, pedagang asongan tak kalah ramai, memasuki area tabligh akbar dengan dagangannya masing-masing.
Acara baru berlangsung setengah nya, pria tinggi kurus berusia hampir tiga puluhan keluar dari barisan belakang setelah melihat seorang anak lelaki berjalan sendirian seraya menangis tersedu. Banyak nya manusia membuat pria itu khawatir jika ada orang jahat yang berkeliaran hingga ia meninggalkan acara dan menghampiri anak itu di dekat tumpukan dus bekas air mineral yang telah dibagikan kepada jamaah.
"Nak, kamu kenapa menangis?" tanya pria itu lembut, berjongkok di depan si anak malang.
"Abi hilang huaaaaa... Aku takuuuuut!!!" Jawab anak itu dalam keadaan menangis tersedu.
"Sepertinya anak ini tersesat dan lepas dari jangkauan orang tuanya.. Kalau boleh tau, siapa nama Abi nya? nanti Bapak bantu cari."
"Abi Abdullah bin Syafiq.."
Merasa tak asing dengan nama yang di ucapkan si anak, pria itu tersenyum tenang, ternyata ia anak dari pemuka agama yang berasal dari Yaman dan menyiarkan Islam di provinsi Jawa Barat.
"Bapak tahu dimana Abi Abdullah berada, oh iya perkenalkan nama Bapak Indra Aswatama dari kota Subang, nama kamu siapa?" tanya nya dengan sifat kebapakan, membuat anak kiyai Abdullah merasa nyaman dan berhenti menangis.
"Nama ku Sulaiman Bin Abdullah, umur ku 8 tahun.." Jawab anak itu, Bapak takjub dengan adab yang ditunjukan, anak itu mencium punggung tangan Bapak lalu memeluk seolah takut ditinggalkan. "Temani aku mencari Abi ya Pak.."
"Iya nak, ayo sekarang kita cari Abi..."
__________________________________
"Ya Allah Bapak tidak menyangka kita kembali dipertemukan dengan jalan seperti ini, tapi bagaimana bisa Nak Sulaiman tahu kalau Kenanga anak Bapak??"
Bapak Indra lebih antusias setelah mengingat kembali kenangan masa lalu bersama juragan Sulaiman, yang ternyata merupakan anak hilang yang pernah ia selamatkan.
"Awalnya saya murni berniat menolong Kenanga karena rasa iba, saat itupun saya hanya meminjamkan uang Pak, tidak memberi secara cuma-cuma... Tapi setelah saya melihat Bapak secara langsung di rumah sakit, saya baru menyadari bahwa Bapak adalah Pak Indra, orang baik yang telah menolong saya.." Ungkap juragan Sulaiman, senyum nya tak pernah hilang saat bernostalgia.
"Umm maaf..." Jeda Kenanga, ia banyak diam karena begitu rumit isi kepalanya, tentang siapa sosok juragan Sulaiman, cerita warga desa Sukaluyu, Aisyah, dan kini cerita dari Bapak, benar-benar saling berbenturan dalam nalar nya. "Kalau saat itu Ustadz Sulaiman berusia 8 tahun, berarti usia saya 5 tahun dan kita berbeda 3 tahun... Pantas saja selama saling mengenal saya merasa usia Ustadz tidak begitu tua, hanya saja saya mendapat informasi yang salah dari warga desa Sukaluyu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Arah (SELESAI)
General FictionKenanga tak pernah menyangka akan berhadapan dengan situasi sulit saat beranjak dewasa, jiwanya diserang dari berbagai sisi namun ia hanya memiliki dua arah yang terasa serba salah. Jalan manakah yang akan Kenanga pilih? jalan manakah yang akan memb...