Sebuah mobil SUV silver baru saja tiba di kediaman juragan Agus, beberapa orang penumpang turun seraya membawa berbagai macam barang. Mereka tampak sumringh nan bahagia, berbanding terbalik dengan tatapan sendu seorang gadis yang sedang berdiri di dekat pintu gerbang.
Ia melihat dari kejauhan, sesekali melihat ponsel nya yang tak kunjung menerima notifikasi. Senyumnya perlahan memudar, hembusan nafas pasrah ia luruhkan bersama rasa kecewa. Saat hendak berbalik arah, ia mengurungkan niatnya ketika melihat sosok yang tak asing berlari ke arah carport seraya membentangkan tangan.
Wanita itu langsung memeluk seorang pria berkemeja biru, meski hanya sebentar namun berhasil membuat gadis di balik gerbang terhenyak hingga meneteskan airmata. Genggaman tangannya semakin mengerat pada tiang gerbang, gemetar kecil sampai akhirnya melemah dan tersungkur ke tanah, menimbulkan suara cukup nyaring.
Airmatanya berhasil lolos, ia segera menghapusnya dan mencoba untuk berdiri tertatih. Tiba-tiba dari arah belakang sebuah tangan menahan nya untuk pergi, ia menoleh dengan wajah sembab. "Nauval?"
"Lia? Sejak kapan kamu ada disini?"
"Baru tadi.."
Nauval semakin mendekat, meraih bahu lawan bicaranya dan menatap serius. "Kenanga Camelia.. Lihat aku, jangan bohong. Kamu nangis?"
Kenanga menggeleng cepat, pandangan nya tertunduk. "Lepasin aku Val, aku mau pulang.."
"Tunggu sebentar." Nauval melepaskan tangan nya dari bahu Kenanga, lalu merogoh saku dan memeriksa ponsel. "Astaga, maaf Lia.. Aku daritadi gak cek handphone."
"Gak apa-apa kok, selamat ya sekarang kamu udah diwisuda." Kenanga melirik ke arah wanita cantik yang tengah bercengkrama dengan juragan Agus. "Kalian cocok, sama-sama berpendidikan dan punya masa depan yang jelas."
Nauval mengernyitkan dahi. "Maksudnya? Anak Mang Wisnu? Aku gak ada hubungan apa-apa sama dia.."
"Gak ada hubungan apa-apa? Iya, hehe.. Kita juga kan ga ada hubungan apa-apa ya? Maaf Val, aku sedikit sakit hati waktu ngeliat kalian pelukan, apa ini berlebihan? Sekali lagi aku minta maaf, aku pamit.."
Kenanga langsung berlari menjauh setelah airmatanya kembali terjatuh, Nauval ingin mengejar namun juragan Agus terus memanggil, mengajaknya makan siang bersama.
Dalam kesunyian hutan rimbun, Kenanga terus berlari tanpa memperhatikan apa yang berada di jalan, hatinya terlalu sakit untuk beralih. Hujan datang tiba-tiba setelah terdengar suara guntur, Kenanga menutup kedua telinga dengan rapat, matanya terpejam saat cahaya kilat menyapa. Ia membuka netra nya perlahan, dalam pandangan kabur, mencoba mencari tempat berteduh.
Di arah utara terdapat sebuah saung kecil, Kenanga berjalan cepat menerjang angin, ranting dan daun berjatuhan hingga mengenai kepalanya. Dalam beberapa menit ia sampai, seluruh tubuhnya telah basah kuyup. Suasana semakin gelap dan dingin, Kenanga memeluk tubuhnya, bersandar pada dinding saung yang terbuat dari bilik bambu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Arah (SELESAI)
Narrativa generaleKenanga tak pernah menyangka akan berhadapan dengan situasi sulit saat beranjak dewasa, jiwanya diserang dari berbagai sisi namun ia hanya memiliki dua arah yang terasa serba salah. Jalan manakah yang akan Kenanga pilih? jalan manakah yang akan memb...