Saat malam semakin larut, suasana di apartemen mereka semakin tenang. Yoongi duduk di sofa dengan tatapan fokus pada layar televisi, sedangkan Jiminie berjalan gelisah di sekitar ruangan, merencanakan pergi ke pesta temannya yang telah lama ditunggu-tunggu.
"Hyung, jiminie ingin pergi ke pesta teman," ucap Jiminie dengan suara ragu, mencoba mencari celah untuk merayu Yoongi agar dia bisa pergi.
Yoongi menatapnya dengan tatapan yang sudah penuh pengertian. "Jiminie pasti sudah tahu jawabannya," katanya dengan suara lembut, sambil menatap adiknya dengan pandangan yang penuh kehangatan dan kekhawatiran.
Tetapi, Jiminie tidak menyerah begitu saja. Dia mulai memberontak dengan keras kepala, mencoba menyuarakan keinginannya yang kuat. "Tapi, hyung, temanku menunggu. Jiminie hanya ingin keluar sebentar," protesnya dengan suara agak keras, berharap Yoongi akan melunak dan mengijinkannya.
Yoongi merasakan keinginan keras kepala dari adiknya, tetapi dia tetap teguh pada keputusannya. "Jiminie, jangan melawan," katanya dengan suara yang lebih tegas, mencoba menunjukkan bahwa dia serius tentang larangannya.
Mendengar itu, Jiminie merasa putus asa. Dia tahu bahwa Yoongi hanya melakukannya karena peduli, tetapi kadang-kadang rasanya sulit untuk memahami batasan yang harus dijaga. Dia akhirnya menyerah dan menunduk dengan ekspresi kecewa di wajahnya. "Jiminie tidak akan pergi, jiminie akan menjadi anak yang baik," ucapnya dengan suara lembut, mencoba menenangkan Yoongi dan menunjukkan ketaatannya.
Yoongi melihat perubahan ekspresi di wajah adiknya, dan hatinya melembut. "Good boy," ucapnya dengan senyum lembut, sambil meraih rambut Jiminie dan mengacak-acaknya dengan lembut. Dia berharap Jiminie tahu bahwa keputusan itu diambil karena cinta dan perhatian yang tulus. Bagi mereka, momen seperti ini adalah bukti dari hubungan yang penuh kasih sayang dan pengertian yang dalam di antara mereka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
