One day before

16 3 1
                                    

Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Besok adalah hari pernikahan Gio dan Nata akan dilangsungkan. Seperti kebanyakan orang pada umumnya, rasa gugup sebelum hari pernikahan pun menerjang Gio. Dimulai sejak hari ini, ia mengambil cuti dari kantor untuk menikah dan juga berbulan madu. Oleh karenanya, sedari tadi Gio hanya bolak-balik di kamarnya demi mengatasi rasa gugupnya untuk acara besok.

"Kayak gosokan saja kamu, Kana. Kenapa mondar-mandir gitu? Gugup?" ucap Papa Gio saat memasuki kamar Gio

Gio mendengus kesal sebelum akhirnya duduk di tepi kasurnya. "Gak kok. Cuma overthinking aja" jawab Gio seadanya

"Gak usah gugup, Kana. Kamu dan Nata sama-sama baik dan bisa diandalkan. Papa yakin pernikahan kalian akan lancar. Tidak seperti Papa dengan Mama" ucap Papa Gio sambil duduk di sebelah Gio

"Gio takut nyakitin Nata, Pa" ucap Gio pelan

Kedua orangtua Gio memang sudah lama bercerai, sekitar 23 tahun yang lalu, saat Gio berumur 4 tahun. Akibat dari perceraian itu, Gio tidak merasakan kasih sayang seorang ibu dari masa kecilnya. Hal itulah yang membuatnya ragu untuk menikah. Pengalaman dalam keluarga yang gagal membuat Gio takut gagal (lagi) dalam membina keluarga kecilnya yang baru nanti.

"Percaya sama diri kamu sendiri, Kana. Kalau bukan kamu yang lebih dulu percaya sama diri kamu lalu siapa yang mau percaya?" ucap Papa Gio sambil menepuk pundak sang anak menguatkannya

"Gua percaya lo bisa diajak komitmen berdua sama gua walau lu belum jatuh cinta"

Kalimat dari sang Ayah membuat Gio teringat bahwa Nata pun mempercayai dirinya. Gio menarik nafas dalam seraya mengangguk pada Papanya. Ia akan percaya pada dirinya dan berjanji akan menjaga komitmennya dengan Nata serta berusaha menumbuhkan benih cinta di hatinya.

***

Di sisi lain, sang calon mempelai wanita pun juga merasa gugup dengan pernikahannya. Malam hari itu, Nata memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar dekat kompleks rumahnya. Imajinasinya membawanya membayangkan hal-hal yang akan terjadi setelah menikah dengan Gio. Kadang sebersit senyuman muncul, kadang pula raut wajah khawatir pun muncul, terasa seperti mood swing.


TINNNN....

Suara klakson mobil yang singkat itu menyadarkan Nata dari lamunannya. Matanya menangkap sebuah mobil yang ia sangat tahu siapa pemiliknya, siapa lagi kalau bukan Alkana Giovanni.

"Masuk sini" teriak Gio pada Nata dari dalam mobilnya

Dengan langkah cepat seraya berlari kecil, Nata memasuki mobil Gio dan duduk di sampingnya. "Kenapa, Gi?" tanya Nata pada Gio

"Tadi mau ke rumah lo, pengen ketemu. Eh kebetulan ketemu di sini" jawab Gio dengan senyumannya

Dari raut wajah Gio, Nata dapat mengetahui bahwa Gio sama gugupnya dengan dirinya. Sedikit perasaan lega pun muncul di benak Nata karena ternyata bukan hanya dirinya yang gugup setengah mati. Dengan ragu-ragu, Nata menggenggam tangan Gio dan tersenyum menatapnya.

"Gak usah gugup, Gi" kata Nata dengan senyumannya

"Siapa juga yang gugup?" bantah Gio dengan nada kesalnya

Nata tertawa mendengar bantahan Gio yang malah terdengar seperti pengakuan baginya. "Kelihatan banget lo gugupnya" jawab Nata

Gio membalas genggaman tangan Nata dengan menautkan jari jemari mereka berdua. Kedua mata mereka bertemu pandang, terpancar tatapan serius dari mata mereka.

"Gua takut, Ta" ucap Gio pelan dengan suaranya yang sedikit bergetar

Raut wajah Nata langsung berubah khawatir saat Gio menumpahkan perasaannya pada Nata. Nata langsung meraih pundak Gio dengan tangannya yang lain yang tak digenggam oleh Gio sambil mengusapnya dengan lembut penuh kekhawatiran.

"Are you okay, Gi?" tanya Nata dengan nada khawatirnya

"Gua gak apa-apa kok". Gio mengangguk pelan meyakinkan Nata bahwa dirinya baik-baik saja. "Cuma, Lo tau kan kalo awalnya gua tuh gak ada niat nikah sama sekali" jawab Gio

"Gua tahu kok Gi. Lo pasti gak pernah kebayang ya akhirnya bakal menikah juga" balas Nata dengan tawa kecilnya

Gio membuang pandangannya ke luar jendela sambil menarik nafas dalam. Ia ingin menceritakan kegelisahannya malam ini pada gadis yang akan menjadi istrinya besok. Ia ingin menceritakan segala keluh kesahnya. Namun sayangnya, lidahnya terlalu kelu untuk terbuka pada gadis itu. Ia masih belum bisa terbuka sepenuhnya pada Nata tentang dirinya dan keluarganya. Ia takut terhadap respon Nata nantinya.

Sementara itu, tangan Nata bergerak ke puncak kepala Gio dan mengelusnya lembut. Sentuhan Nata tersebut membuat Gio mengalihkan pandangannya kembali kepada Nata. Mata mereka beradu pandang menyiratkan kegugupan dan kegelisahan mereka menjelang hari pernikahan mereka.

"Gua akan bantu lo paham kenapa orang menikah, Gi. Mungkin banyak rumah tangga yang hancur, namun gak sedikit juga rumah tangga yang langgeng sampai akhir hayat" ucap Nata dengan senyumannya

Walaupun Gio tak mengatakan apapun pada Nata, jawaban Nata tersebut sudah menjawab apa yang menjadi keraguannya. Benar kata Nata, walaupun banyak rumah tangga yang gagal namun tidak sedikit juga yang berhasil. Gio pun mengelus pipi Nata sambil tersenyum tipis

"Gua ngerasa lo bukan pilihan yang salah, Ta" kata Gio. "Makasih udah jawab keraguan gua walau gua gak cerita" tambahnya

Nata mendengus pelan sambil tersenyum juga pada Gio. "Gua juga ngerasa lo bukan pilihan yang salah, Gi" balas Nata

"Lo percaya sama gua kan?" tanya Gio dengan tatapan penuh harapannya

Nata mengangguk pelan mengiyakan Gio. "Tentu. Gua akan selalu percaya sama lo dan lo juga harus percaya sama diri lo sendiri" ucap Nata

"Gua juga percaya sama lo, Ta" jawab Gio dengan senyumannya

Satu tarikan tangan Gio membuat Nata terhentak ke dalam pelukan Gio. Setelahnya, Gio memeluk Nata dengan eratnya menenggelamkan wajahnya pada bahu Nata. Ini pertama kalinya mereka berpelukan seperti pasangan pada umumnya. Tentu saja, tindakan Gio tersebut membuat jantung keduanya berdegup tak beraturan. Namun Nata tetap mengendalikan dirinya dengan menepuk-nepuk punggung Gio pelan.

"Everything is gonna be okay, Gi" ucap Nata pelan

***

Setelah berbincang beberapa menit dengan Nata, akhirnya Gio mengantar Nata kembali ke kediamannya. Saat Nata ingin turun, Gio menahan tangan Nata kembali seraya mengambil sesuatu di kursi belakang. Pandangan Nata pun teralih ke belakang dimana ada sebuah kotak hadiah yang akhirnya Gio berikan untuknya.

"Buat lo" kata Gio singkat

Dengan rasa penasaran yang meliputinya, Nata membuka kotak tersebut dengan cepat. Matanya membulat kaget saat mendapati sebuah kindle di dalamnya. Ia pun mengalihkan pandang ke arah Gio dengan tatapan bertanyanya.

"Kalau lo udah punya simpen aja yang lo punya pakai punya gua aja" ucap Gio sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain

"Makasih banyak, Gi" kata Nata dengan senyumannya

"Ya udah sana pulang nanti dicariin Papa lo" kata Gio seraya membukakan pintu bagi Nata dari dalam

"Iya. Iya. Bawel banget sih" gerutu Nata sambil turun dari mobil Gio. "See you tomorrow, honey" ledek Nata

Gio yang sudah menjalankan mobilnya sedikit langsung mengerem mendadak mendengar panggilan honey dari Nata. Matanya membulat sempurna membuat Nata tertawa geli melihatnya.

"Lo lucu banget kalau lagi salting" kata Nata sambil berlarian masuk ke rumahnya

Gio hanya mendengus pelan sambil tersenyum lebar melihat betapa menggemaskannya Nata saat berlarian seperti itu. Pipinya pun memanas tatkala otaknya memutar kembali panggilan 'honey' dari Nata. Jantung Gio semakin berdebar tidak sabar dengan acara yang akan dilangsungkan besok. Semoga saja semuanya berjalan sesuai dengan yang mereka harapkan.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang