Shine in the darkness

11 2 0
                                    

Tengah malam hari itu, Nata terbangun dari tidurnya karena haus melanda kerongkongannya. Dengan matanya yang setengah terbuka dan tampilan acak-acakan khas bangun tidurnya, Ia melangkah menuju dapur rumah Gio, -yang kini menjadi rumah mereka. Jam dinding menunjukkan pukul 3 dini hari saat Nata melalui ruang tamu menuju dapur. Diambilnya sebotol air dari kulkas dan ia tuangkan ke dalam gelas demi memuaskan dahaganya.

"Ah...segarnya" gumamnya

Dengan cepat Nata mengembalikan botol tersebut ke kulkas dan meletakkan gelas itu ke wastafel. Ia pun melangkah hendak kembali ke kamar sambil meregangkan sedikit tubuhnya yang lelah akibat acara pernikahannya kemarin.

Jleebbb.....

Seketika Nata menghentikan langkahnya saat semua lampu mati dengan tiba-tiba. Pandangannya menyisir ke sekelilingnya tapi ia tak dapat melihat apapun. Jantungnya berdegup kencang dan keringat dingin pun mulai membasahi dahinya.

"Tenang, Ta....Tenang" gumam Nata dalam hati

Nata berusaha melangkah menuju kamar tidur Gio tapi tubuhnya bergetar dan kakinya pun mulai melemas. Akhirnya, Nata memilih duduk di lantai sambil menutupi telinganya dan menutup matanya erat-erat berharap kegelapan ini dapat segera berlalu.

"Gi...Gi..." panggil Nata pelan

Ia ingin berteriak dengan keras namun lidahnya terasa sangat berat dan kelu. Detik demi detik berlalu, tanpa terasa air mata pun mulai mengalir dari sudut matanya. Pikirannya mulai memutar memori menyakitkan bagaikan film di dalam otaknya. Nata menggeleng kuat-kuat demi mengusir semua ingatan buruk itu namun usahanya sia-sia. Semua memorinya terasa makin nyata dan membuat dadanya semakin sesak.

Samar-samar ia dapat mendengar suara seseorang yang mendekat ke arahnya. "Nata. Lo gak apa-apa?" tanya Gio sambil cepat-cepat menghampiri Nata

Gio langsung menyalakan flashlight hp nya dan meletakkannya di sisi mereka berdua. Gio dapat melihat wajah gadis itu benar-benar kacau dengan air mata. Nata berusaha mengatur laju nafasnya namun tak ada yang berubah, rasa sesaknya masih terasa. Tubuhnya pun bergetar dengan hebatnya. Nata hanya semakin mengeratkan pejaman matanya dan tutupan telinganya. Tangisannya semakin pecah saat memori-memori buruk ini memasuki pikirannya.

"Ta, buka mata lo. Gua ada di sini sama lo, Ta. Lo aman sama gua" ucap Gio sambil mengguncang tubuh Nata sedikit

"Maaf....maafin....jangan kunci....tolong...maafin Nata...maaf...tolong" gumam Nata tak jelas

"Ta, lo denger gua kan?" tanya Gio sambil berusaha melepas genggaman tangan Nata di telinganya

Saat Gio melepas genggaman Nata di telinganya, mata Nata perlahan terbuka. Dalam remang flashlight hp Gio, Nata dapat melihat tatapan khawatir Gio. Tanpa menunggu lama, Gio langsung menarik Nata ke dalam pelukannya. Ia mengelus punggung Nata pelan dan menenangkan gadis itu.

"It's okay, Ta. Lo aman sama gua" bisik Gio pelan di telinga Nata

Perlahan tapi pasti Nata dapat mengatur laju nafasnya. Dekapan Gio membuat Nata merasa aman berada dekatnya. Ia pun mengeratkan pelukannya pada Gio dan memejamkan matanya kembali mencari ketenangan di tengah kegelapan yang belum kunjung usai juga. Setidaknya, ada seseorang yang bisa ia jadikan sandaran ketika rasa takut menyerang dirinya seperti saat ini.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang