Special hari ini, double update.. Semoga kalian suka 🥰🥰🥰🥰
THE WATER I NEED
"The, Thea. Mas mau ke kamar mandi."
Shafa yang mendengarnya langsung beranjak mendekat untuk membantu Wira bangun.
Begitu sudah duduk dan membuka mata, Wira tampak kaget melihat gadis yang ia rindukan berdiri dengan senyum tipis di sampingnya.
"Mas Wira yakin kuat jalan ke kamar mandi?" tanya Shafa membuyarkan lamunan Wira.
Wira berdeham sejenak. "Iya bisa kok. Aku cuma mau bak aja."
Lelaki itu kembali ke ranjangnya setelah menyelesaikan urusannya di kamar mandi. Shafa hanya membantu mengawasi selang infus agar tidak mampet karna Wira bergerak. Hening terasa beberapa menit diantara keduanya. Karena merasa semakin canggung, Shafa lebih dulu membuka obrolan.
"Mas Wira mau minum atau makan nggak? Aku ada bawa puding. Boleh kan ya makan puding sama dokternya? Atau mau roti?"
"Kamu bawa roti apa emang?"
"Croissant sama roti pisang. Mau nggak?"
"Boleh deh roti pisangnya. Mulut aku pahit." adu Wira berusaha tidak terdengar manja pada Shafa.
Shafa menyuapkan potongan roti untuk Wira. "Ya kan dari kemarin Mas muntah juga. Nanti juga kalau udah nggak mual bakal enakan. Perut Mas masih sakit?"
Wira hanya menggelengkan kepala sambil menerima suapan roti pisang. Keduanya hanya mengobrol hal-hal umum yang terjadi akhir-akhir ini, termasuk penyebab Wira keracunan makanan. Mereka menikmati duduk bersisian di ranjang pasien sambil menonton TV. Gadis itu tak mau membahas tentang mereka. Ia hanya ingin fokus merawat Wira agar lekas sembuh.
"Kamu nggak makan juga?" Tanya Wira saat Shafa menyiapkan makan siangnya yang sudah diantarakan oleh perawat.
"Aku udah pesen tadi, bapak driver-nya baru otw."
"Thea bilang pulang jam berapa?"
"Bilangnya sih malem baru ke sini tadi. Kenapa? Ada yang mau dibawain dari rumah?"
Gelengan kepala Wira berikan. "Aku nanti ditinggal nggak apa kok kalau kamu mau pulang. Kamu juga pasti lagi capek kan kemarin habis lembur terus?"
"Mas Wira ngusir aku?" tuduh Shafa kemudian cemberut.
"Enggak ngusir. Akunya nggak enak kamu jadi nggak istirahat padahal ini kan weekend."
"Ada sofabed itu, aku masih bisa rebahan di sana. Atau kalau Mas Wira nggak nyaman aku tungguin, aku nanti tunggu di luar deh."
"Ck, nggak usah aneh-aneh. Mas nggak ngusir dan kamu boleh di sini. Tapi jangan kemalaman nanti pulangnya. Biar Mas bilang sama Thea."
"Ish nggak usah, kasihan Theanya lagi sibuk di kerjaan malah entar kepikiran kalau Mas hubungin." Shafa merebut ponsel Wira dan meletakkan kembali di atas nakas. "Udah deh Mas Wira mending makan aja, aku mau ambil gofood-ku. Aku pulang kalau Anthea udah ke sini."
Shafa sudah kembali dari mengambil makan siangnya di lobi rumah sakit. Ketika ia sampai di kamar rawat, Wira sudah selesai dengan makan siangnya. Maka Shafa segera membereskan peralatan makan Wira dan mengambilkan minum untuknya sebelum ia membuka bungkus makanannya.
Wira hanya memperhatikan Shafa yang bebenah kemudian duduk di sofabed untuk menikmati makan siangnya. Dua puluh menit berlalu dalam hening karena perdebatan kecil mereka tadi. Wira akhirnya tidak tahan dan mulai mengajak Shafa bicara.
"Katanya mau nemenin, kenapa diem aja?"
"Barangkali Mas Wira mau istirahat. Aku nggak mau ganggu."
"Aku udah lemes nggak ada tenaga gini masa masih diambekin sih." pancing Wira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brave to Love You
ChickLitShafa kecil tak pernah tahu awal mula ia bisa tinggal di Anugerah. Menjadi bagian keluarga Papa Juan dan Mama Tasya merupakan hadiah terbaik seperti yang Shafa dambakan sejak dulu. Dari keluarganya, Shafa merasakan kasih sayang dan cinta yang tulus...