SHOCKING NEWS
Shafa mulai terbiasa dengan hubungannya yang kadang harus kucing-kucingan dengan kakak-kakaknya jika ia dan Wira berangkat dan pulang bersama. Ia mulai menerima perlakuan dan perhatian yang Wira berikan. Hal itu ia lakukan karena ia tidak ingin energinya habis hanya untuk overthinking tentang hubungannya dengan Wira. Ia harus fokus juga dengan pekerjaan dan kehidupan dia yang lain.
Saat ini Shafa tengah mengumpulkan laporan dari tiap-tiap divisi untuk ia serahkan pada Damar. Beberapa kali gadis itu harus mengangkat gagang telepon untuk menghubungi manajer divisi untuk konfirmasi beberapa hal.
Dimas duduk di depan meja Shafa memperhatikan adiknya itu yang fokus bekerja hingga tidak menyadari kehadirannya.
"Fokus banget, sampai kalo aku ambil handphone kamu kayaknya kamu nggak bakal ngeh deh." komentar Dimas.
"Astaga, maaf Pak Dimas. Saya tidak tahu kalau Pak Dimas di sini. Ada yang bisa dibantu?"
"Banyak laporan yang perlu revisi?"
"Lumayan, harus konfirmasi dan minta datanya."
"Ini laporan dari divisiku. Lanjut nanti lagi meriksa laporannya. Makan siang yuk!"
"Kok tumben Pak Dimas ngajakin makan siang? Biasanya ngapel di Orion."
"Kata Arya ada yang sering jadi pusat perhatian gara-gara pacaran di cafetaria mulu."
Gerakan tangan Shafa yang sedang merapikan berkas terhenti. Ia menoleh pada sang kakak, mengamati ekspresinya. Ia tidak tahu apa kakaknya sedang curiga atau bagaimana.
"Siapa emang?"
"Kamu nggak baper keseringan makan siang sama Wira?"
"Makannya bareng-bareng sama yang lain, nggak berdua doang. Nanti kalo saya baper, saya bilang kakak saya deh."
Dimas berdecak mendengar formalitas adiknya. Ia tak lagi membahas itu dan memilih menunggu Shafa selesai dengan berkasnya.
Keduanya turun ke cafetaria bersama. Gadis itu tadi sempat mengirim pesan pada Wira jika Dimas akan ikut makan siang. Namun ia masih belum mendapat balasan.
Ketika sampai di pintu cafetaria, ia dapat melihat Wira sedang berdiri di konter minuman.
"Pak Dimas mau sekalian saya pesankan?"
"Boleh deh, nasi padang pakai ayam bakar. Minumnya es lemon tea aja."
Shafa mengangguk kemudian memesan makan siang mereka. Wira menghampiri Shafa yang tengah mengantri di kasir.
"Kok lama turunnya?"
"Pak Wira belum buka wa saya?"
Sang kekasih hanya menggeleng.
"Pak Dimas ikut makan siang. Jangan usil!"
"Jadi pengen usil malahan." Cengiran jahil muncul di wajah Wira.
"Hush sana!" usir Shafa.
Wira hanya tertawa melihat tingkah Shafa yang takut sang kakak curiga. Ia kemudian berjalan menghampiri Dimas yang sudah duduk bersama Arya dan Gladis.
"Nggak ke Orion Dim?" tanya Wira yang mengambil duduk di seberang Dimas.
"Pertanyaanmu sama Shafa kenapa sama sih? Nggak boleh gitu gue makan di sini."
"Bolehlah, cuma nanya aja tumben nggak ngapelin Abel. Sensi amat Pak."
"Pak Dimas kepo sama kemesraan Pak Wira sama Shafa, habis dapet aduan dari Arya, Pak." jelas Gladis yang tadi juga kepo melihat Dimas di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brave to Love You
Chick-LitShafa kecil tak pernah tahu awal mula ia bisa tinggal di Anugerah. Menjadi bagian keluarga Papa Juan dan Mama Tasya merupakan hadiah terbaik seperti yang Shafa dambakan sejak dulu. Dari keluarganya, Shafa merasakan kasih sayang dan cinta yang tulus...