BTLY - Chapter 8

1.9K 181 16
                                    

MEET HIS FAMILY

Jalanan cukup lengang di hari Sabtu menjelang siang. Mobil yang kini tengah membelah jalan raya menuju toko kue sangat ramai oleh kebawelan satu orang. Orang itu bernama Ardiaz Perwira Bratajaya. Pria itu dengan semangat membeberkan segala hal tentang dirinya pada gadis yang duduk diam di kursi samping kemudi dengan wajah ditekuk.

Ia berdalih jika Shafa perlu tahu tentang dirinya karena mereka berstatus pacar saat ini. Shafa hanya menanggapi sekenanya. Ia sedang berusaha untuk tidak merekam percakapan ini dalam ingatannya. Namun itu mustahil. Sejak dulu ia dapat dengan mudah menghafal, maka saat ini pun semua informasi yang keluar dari mulut Wira dengan mudah masuk dalam memorinya. Tentang keluarga, pendidikan, pekerjaan, hobi, dan kini tentang makanan kesukaannya. Ia juga meminta dengan sedikit paksaan agar Shafa mengubah cara bicaranya.

"Kalau soal makanan, aku nggak ada alergi. Paling suka ayam dalam segala olahan sama udang. Yang paling penting aku nggak suka sama pepaya." jelas Wira.

Pria itu menoleh pada Shafa yang fokus menatap jalan.

"Aku nggak lagi ngomong sama kotak tisu di atas dashboard, ditanggapi kenapa sih. Aku juga perlu tahu kamu sukanya apa. Ntar kalau dites Mama repot aku." protesnya.

"Kita nggak lagi ujian kali. Lagian Pak Wira mau tahu apa?"

"Udah dibilangin kan kemarin, stop ngomong formal sama aku. Cukup di kantor aja."

"Oke."

"Kamu suka makan apaan?"

"Aku makan apa aja, nggak ada alergi."

"Yang favorit emang nggak ada?"

"Pempek sama cake tiramisu."

Wira terus menanyakan segala hal tentang gadis itu sampai mereka tiba di depan bakery langganan Shafa. Gadis itu segera turun dan meminta Wira tetap di mobil. Cukup waktu lima belas menit, ia sudah kembali dengan plastik berisikan puding buah dan cake tiramisu kesukaannya. Awalnya ia merasa berlebihan jika membawa buah tangan, tapi sejak dulu ia selalu diajarkan Mama untuk membawakan sesuatu jika berkunjung ke rumah saudaranya. Jadi akhirnya ia memutuskan untuk membawakan dua makanan itu.

Mobil Wira kembali memasuki area komplek perumahan mereka. Awalnya Shafa ingin berangkat sendiri tanpa Wira menjemputnya, namun laki-laki itu memaksa untuk menjemput apalagi ketika ia mendengar jika gadis itu akan membeli kue. Kini Shafa tahu di mana tepatnya rumah Wira. Sebelumnya ia hanya tahu jika pria itu tinggal di komplek yang sama dan berbeda dua blok dengannya.

Begitu mesin mobil sudah dimatikan dan Wira sudah lebih dulu keluar dari mobil, tiba-tiba Shafa merasa gugup. Ia berusaha mengontrol segala pikirannya dan melakukan latihan pernapasan untuk mengurangi rasa gugupnya. Ketukan pada kaca mobil segera mengembalikan kesadarannya.

Sekali lagi ia menarik napas dan menghembuskannya.

"It's okay. I just need to consider it as a practice before I meet my real in-laws in the future, Shafa. He is my boyfriend, but not really real. Oh jeez, I need to stop it. Just consider it when I meet my friends' family. That's the right one. Shafa, fighting!" monolognya.

"Berdoa apa aja sih lama banget keluarnya?" tanya Wira.

"No, nothing."

"Oh ya, ada yang belum aku tanyain."

"Apa?"

"Soal kontak fisik, kamu izinin aku sampai mana?"

Shafa tampak kaget dengan pertanyaan Wira. Ia kebingungan dan hanya membuka dan menutup mulutnya tanpa mengeluarkan jawaban apapun. Ini pertama kali bagi Shafa dekat dengan laki-laki selain kakak-kakaknya ataupun sepupu. Teman laki-laki ada, seperti halnya Arya, tapi jelas tidak ada kontak fisik yang berarti.

Brave to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang