BECOME A HERO
Akhir pekan ini Shafa harus merelakan waktunya untuk datang ke Royal Hotel untuk menemui salah satu staf marketing yang diminta oleh atasannya menyerahkan berkas pada Shafa. Awalnya Shafa mengusulkan untuk bertemu dan mengambil berkas itu saat hari Senin di kantor, tetapi orang itu mengatakan jika ia akan ada acara yang membuatnya tidak masuk kantor. Kemudian ia mengusulkan untuk bertemu di mall. Namun orang yang akan ia temui tiba-tiba mengubah lokasi pertemuan mereka di pagi harinya menjadi di Royal Hotel.
Ketika ojek online yang ia tumpangi sudah sampai, ia segera menuju lobi. Sepuluh menit berlalu sejak gadis itu mengabari keberadaannya, akhirnya Rio, staf marketing yang akan ditemuinya itu muncul. Namun yang membuat Shafa heran, laki-laki itu muncul bukan dari arah restoran hotel seperti yang ia katakan. Letak restoran hotel ada di sisi kiri lobi, sedangkan Rio keluar dari arah di mana lift berada.
"Hai, sori ya nunggu agak lama." Sapanya kemudian duduk di samping Shafa.
Merasa risih dengan jarak di antaranya dan Rio, gadis itu memilih bergeser dan menanggapi laki-laki yang mengenakan kaos hitam itu seadanya. Melihat rekan kerjanya yang tidak membawa sesuatu kecuali dirinya membuat Shafa segera menanyakan berkas yang ia perlukan agar ia bisa segera pergi.
"Oiya, berkasnya mana ya? Saya tidak bisa lama-lama."
Rio kembali menggeser duduknya semakin dekat dengan Shafa membuat lutut mereka saling bertemu. Shafa merasa perlu waspada melihat gelagat Rio.
"Kenapa buru-buru sih? Kan kita bisa brunch or lunch bareng mungkin?" Nada suaranya berubah genit seakan merayu.
Ketika tangan laki-laki itu mulai berani menyentuh paha Shafa yang berbalut celana jeans, segera gadis itu berdiri dan menepis tangannya.
"Tolong jangan kurang ajar!" gertak Shafa pelan karena tak ingin menjadi pusat perhatian.
Senyum miring tersungging di wajah Rio melihat reaksi Shafa.
"Tolong berikan berkasnya sekarang!"
Rio berdiri kemudian mendekati Shafa yang mundur setiap kali ia berjalan maju. Ia kemudian menarik tangan Shafa cukup keras sehingga membuat tubuh gadis itu menabraknya karena tidak siap dengan pergerakan Rio. Gadis itu tidak memperkirakan jika pria yang ia temui ini akan berani berbuat kurang ajar bahkan di ruang publik seperti ini.
"Tenang, berkasnya ada kok. Yuk kita ambil."
Dengan sedikit memaksa Rio merangkul sambil menyeret Shafa ke arah lift. Gadis itu mulai berontak dan berusaha lepas dari rangkulan dengan menginjak kaki pria itu. Rangkulan itu sempat terlepas namun dengan cepat Rio menarik Shafa sebelum ia menjauh dan bertepatan dengan lift yang terbuka.
Mendadak tubuh Shafa seakan menegang dan bahkan suara teriakan yang ingin ia keluarkan seakan tertahan di tenggorokannya. Pegangan kuat tangan Rio seakan bisa melemahkan tubuhnya yang berusaha berontak.
Meskipun gerakan Rio tak disadari orang-orang yang berada di lobi. Namun tanpa mereka ketahui sejak Shafa berdiri dari sofa, sepasang mata sudah menatapnya mengawasi. Semakin dilihat semakin tidak kondusif, maka ia segera berlari ke arah lift yang hampir menutup saat tahu Shafa dalam bahaya. Begitu berhasil masuk ke dalam lift, rahang Wira mengeras. Rio memojokkan Shafa dan berusaha menyentuh gadis itu. Wira langsung menarik kerah baju Rio dan melayangkan pukulan di wajahnya.
Pekikan keras Shafa karena terkejut dengan apa yang ia lihat bertepatan dengan pintu lift yang menutup.
"Anjing lo! Brengsek!" Segala sumpah serapah Wira teriakkan dengan terus memberi Rio pukulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brave to Love You
ChickLitShafa kecil tak pernah tahu awal mula ia bisa tinggal di Anugerah. Menjadi bagian keluarga Papa Juan dan Mama Tasya merupakan hadiah terbaik seperti yang Shafa dambakan sejak dulu. Dari keluarganya, Shafa merasakan kasih sayang dan cinta yang tulus...