27

2.9K 550 20
                                    

NOTE: EKSTRA CERITA BYE, MANTAN EPISODE 5 SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA. HEHEHE SELAMAT MEMBACA! Jangan lupa siapkan hati dan awas tekanan darah naik! (>.0)

***

“Bagaimana kalau kita pergi ke catatan sipil dulu dan barulah kita adakan resepsi setelahnya?”

Itulah usulanku. Menikah secara resmi, resepsi menyusul belakangan.

“Sebegitunya kamu ingin lekas menjadi Nyonya Forster?” Justin tergelak. “Nadia, aku nggak keberatan.”

Aku dan Justin tengah berjalan santai di taman dekat kompleks perumahan. Jalan-jalan sore sekadar melegakan otot akibat bekerja sekian hari. Kami mengenakan pakaian santai: celana longgar, kaos, dan sepatu tali. Beberapa kali kami berpapasan dengan sekelompok anak yang sibuk main kejar-kejaran. Pemandangan yang amat manis.

“Resepsi butuh persiapan khusus,” ujarku menjelaskan. “Nenek Chloe pasti merencanakan ini dan itu. Belum termasuk sederet undangan yang ia kehendaki. Aku sih nggak masalah dengan siapa pun yang ia ingin datangkan ke resepsi. Oh ya, dengan pergi ke catatan sipil terlebih dahulu ... maka, kita menghemat waktu. Tinggal tuliskan nama, tanda tangan, dan ikuti proses hukum. Selesai.”

“Orang mengira lelaki yang biasanya nggak sabaran untuk menyegerakan pernikahan dengan pasangannya, tetapi kamu ternyata lebih bersemangat menyambut pernikahan daripada Nenek.”

“Ih, Justin! Apa salahnya, sih?”

Aku pun menyerang Justin dengan gelitikan. Dia berusaha melindungi perut, tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Tanpa ampun kuserang Justin hingga ia terbahak dan meneteskan air mata.

“Oke, kamu menang,” katanya mengakui kekalahan. “Kapan kita ke catatan sipil?”

“Besok?”

“Nadia, apa itu artinya kamar kita akan berubah? Kamu dan aku akan sekamar?”

Kali ini salah satu alis Justin terangkat. Dia pun memamerkan cengiran lucu yang sungguh menggemaskan.

“Apa kamu keberatan?” tanyaku, menggoda. Kali ini aku pura-pura tersinggung. “Oke, kamu boleh tidur di kamarmu dan aku tidur di kamar milikku sendiri. Nggak masalah.”

“Hei, pasangan suami dan istri macam apa yang setelah menikah masih tidur terpisah?” Justin bersungut-sungut, siap melakukan debat membela diri sendiri dari ancaman tidur terpisah. “Aku nggak mau! Kita harus tidur sekamar. Oke? Apa kamu tega membiarkanku kedinginan di kamar seorang diri, huh?”

“Katanya ‘tidur terpisah’?”

“Nadia, Sayang. Jangan begitu, ya? Nanti aku akan memastikan kamar kita sangat nyaman hingga kamu enggan keluar rumah. Apa yang kamu butuhkan, sebutkan.”

Aku pun terbahak sejadi-jadinya. Tubuhku membungkuk, aku memegang perut, dan rasanya siap menghadapi kehidupan bersama Justin.

“Kamu lucu deh,” kataku setelah berhasil mengendalikan diri. Kuseka air mata akibat terlalu banyak tertawa. “Kapan-kapan kamu buat audisi pelawak dan jangan lupa menawarkan diri sebagai juri.”

“Apa kamu nggak takut ada cewek yang mencolekku nanti?”

“Siapa yang berani mencolekmu?” tanyaku, sok galak. “Akan kupastikan cewek itu jadi bubur.”

Kami pun pulang sembari bergandeng tangan.

Sudah lama sekali aku akhirnya bisa tertawa lepas dan merasa nyaman bersama seseorang. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku bahwa suatu saat aku bisa merasakan manisnya kebahagiaan. Selama ini satu-satunya kebahagiaan yang mampu kubayangkan hanyalah hidup jauh dari masa laluku. Siapa sangka bahwa Justin dan Nenek Chloe hadir dalam hidupku yang menyedihkan ini?

BYE, MANTAN! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang