32

3K 527 22
                                    

NOTE: BYE, MANTAN EKSTRA EPISODE 8 SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA! Selamat membaca, teman-teman. :”) Huhuhuhu. Yang pengin tahu kelanjutan ngidam-nya Nadia, bisa lanjuuuut cek episode nomor 8!

***

Justin tiba setelah Kai pergi. Dia benar-benar mengabulkan keinginan konyolku. Segelas jus mangga. Cewek yang menemaniku pun pergi setelah Justin kembali. Pada awalnya kupikir dia akan menawariku jus, tapi justru perkataan inilah yang terlontar darinya: “Kamu baik-baik saja, ‘kan? Dia nggak ngapa-ngapain kamu? Atau kita perlu lapor polisi?”

Setelah menikmati jus, barulah aku bersedia menjawab pertanyaan Justin. “Nggak. Aku baik-baik saja dan kamu, Suamiku, nggak perlu lapor polisi. Kecuali, kamu butuh hiburan.”

“Aku cuma mencemaskan keselamatanmu.” Justin meraih gelas jus yang telah kosong dari tanganku dan membuangnya ke tempat sampah. “Kadang aku penasaran dengan isi kepala orang itu.”

“Namanya Kai,” kataku sembari mencolek lengan Justin. “Kai Lawson.”

“Yah orang itu bisa sangat menyebalkan,” kata Justin, menolak menyebut nama Kai. “Apa lagi yang kamu inginkan, Sayang?”

“Nggak ada. Sepertinya aku sudah puas.”

Setelahnya kami langsung pulang. Ralat, aku sempat memohon Justin agar bersedia foto dengan pose imut di samping maskot makanan manis. Tidak cuma sekali, tapi berkali-kali. Entah mengapa rasanya kehamilan ini menuntut Justin kerja keras. Aku curiga bayiku ada dendam pribadi dengan ayahnya!

Di rumah pun keinginan aneh masih berlanjut. Contohnya, aku ingin Justin tidur pakai piama warna merah muda. Harus merah muda. Kalau tidak, aku melarang dia tidur di sampingku. Masalahnya ialah, di rumah tidak ada piama cowok warna merah muda. Pada akhirnya suamiku memesan “toko” dengan layanan cepat antar, sungguh aneh sekali ada jasa semacam itu, yang menyediakan belanja 24 jam. Belanja apa pun! Termasuk, piama cowok warna merah muda.

“Sudah, ya?” Justin memohon. “Warnanya sudah merah muda. Kita tidur ya, Sayang?”

Baru juga tidur sekian menit, mendadak aku ingin makan mi! Harus mi yang dimasak oleh Justin. Kali ini dia langsung bergegas ke dapur. Nenek Chloe, yang kebetulan belum tidur karena sibuk melakukan sesuatu yang mencurigakan, pun menertawakan Justin. “Biar Nenek ajari cara masak mi yang sehat,” katanya kepada Justin.

Semangkuk mi kuah pun tersaji. Bukan jenis mi instan, melainkan mi sehat yang terdiri dari sayuran dan kuah kaldu. Aku makan mi dengan perasaan riang, sementara Justin memandangiku dengan ekspresi puas.

“Kamu aneh deh,” kataku setelah berhasil menandaskan mi. “Kok senyam-senyum?”

Nenek Chloe memilih kembali ke kamar. Sepertinya dia tidak tertarik mengamatiku makan. Bagus sekali.

“Nggak apa-apa,” kata Justin, masih dengan senyum terkembang di bibir. “Senang kamu akhirnya bersedia meminta banyak hal dariku. Dulu, kan, kamu enggan menerima tawaranku tanpa bujukan Nenek.”

“Justin, ini permintaan bayi. Bayi, bukan aku.”

Oh tolong! Aku ingin menertawakan Justin. Dia aneh! Cowok pakai piama merah muda. Belum tambah bando beruang saja. Hmmm sepertinya aku ingin melihat Justin pakai bando beruang. Sekalian yang lucu sih.

“Justin,” aku berusaha merengek dengan nada suara imut, “kamu mau, ya, pakai bando beruang?”

Suamiku diam.

***

Setelah sekian bulan, aku pun melahirkan seorang bayi perempuan yang sangat manis.

Proses melahirkanku sangat lancar. Paling aneh sih aku tidak merasa sakit maupun mulas. Justru Justin yang merasa sakit perut sampai pucat sekali wajahnya. Sekalipun dalam kondisi semacam itu, dia tetap setia menemaniku. Bukan sekadar menemani, melainkan ikut mendampingi di sisiku.

BYE, MANTAN! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang