31

3.1K 578 30
                                    

NOTE: EKSTRA BYE, MANTAN EPISODE 7 SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA. Selamat membaca! :”)

***

Cukup mengejutkan membaca kabar pernikahan antara Kiki dan Kai. Beritanya disiarkan secara sensasional. Televisi, radio, semua media sosial menyebarkan kabar penyatuan Flinn dan Lawson. Foto Kiki dan Kai pun tampak bagai lukisan dari negeri dongeng. Semua orang pasti berasumsi mereka akan hidup bahagia selamanya.

Akan tetapi, aku justru melihat sesuatu yang aneh pada diri Kai. Dia tidak tersenyum sama sekali. Kiki, berbeda dengan Kai, selalu memasang senyum manis dan menampilkan ekspresi terbagus di hadapan awak media. Sama seperti mantan mertuaku, Nyonya Lawson, yang tiada henti menjabarkan perihal keberuntungannya memiliki menantu sebaik Kiki. “Putraku memilih istri yang ‘tepat’,” begitu katanya kepada pemburu berita.

Hanya Kai seorang yang terlihat seperti tengah berada dalam penjara. Barangkali dia merasa dirinya sebagai tahanan. Setidaknya dulu, saat kami—aku dan Kai—menikah, dia selalu tersenyum di hadapan awak media. Sekalipun waktu itu kupikir dia sekadar pura-pura belaka, tapi ia tetap menggenggam tanganku dan memperlihatkan senyum terbaik. Hanya Nyonya Lawson saja yang cemberut seolah baru saja meminum cuka apel sebotol penuh.

Kupikir saat itu, ketika berhasil menjadi istri Kai, merupakan hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup. Namun, pernikahan tidak seindah ekspektasi. Mertuaku melarang adanya penyatun. Dengan kata lain, Kai tidak pernah menyentuhku selayaknya suami kepada istri. Dia pun tidak melakukan apa pun demi memberikan nafkah batin yang seharusnya menjadi hak milikku. Adapun yang dia lakukan ialah, pembiaran. Ia biarkan mertuaku memperlakukanku dengan buruk. “Biarkan Mama luluh oleh ketulusanmu,” katanya kepadaku. Pada akhirnya mertuaku tetap tidak mau menerimaku. Sia-sia belaka.

Apa pun yang terjadi sekarang ini, aku doakan yang terbaik bagi mereka berdua. Setidaknya Kiki akan mendapatkan pawang dan Kai bisa mulai berhenti menyulitkan diri sendiri dengan masalah tidak penting.

“Konyol sekali nyonya yang satu ini,” Nenek Chloe menunjuk foto Nyonya Lawson yang tengah memamerkan Kiki seolah piala dunia saja.

Kami berdua, aku dan Nenek Chloe, tengah duduk di teras. Kami menikmati sore, setelah menonton drama picisan mengenai perselingkuhan. Di pangkuan Nenek Chloe ada ponsel yang sedang menampilkan pemberitaan pernikahan Kiki dan Kai.

“Nenek,” aku memperingatkan, “nggak boleh begitu.”

“Aku bicara fakta, Sayang. Padahal pestanya saja tidak meriah. Jauuuuuuuh dari standar pestaku.”

Haha pesta versi Nenek Chloe melibatkan seregu penyanyi populer, sekian undangan beken, dan membuatku hampir muntah darah karena kaget.

“Dia berlagak sebagai ratu dunia,” lanjut Nenek Chloe mengutarakan ketidaksukaannya secara terang benderang. “Pasti nanti kalau ada masalah dengan menantunya, maka pihak yang akan menerima kesalahan ialah, si cewek. Kasihan. Kasihan. Eh nggak jadi kasihan. Kan dia saudari kurang ajar. Kamu nggak perlu kasih bantuan andai dia kena masalah.”

“Aku yakin dia nggak bakalan mencariku. Lagi pula, Kiki punya Papa dan Tante. Dia bisa menjaga dirinya sendiri.”

“Takutnya sih kalau ada masalah kamu juga dibawa-bawa oleh mereka. Tahu, ‘kan, Sayang? Orang nggak sehat otak, hati, dan jiwa selalu memikirkan menimpakan masalah ke orang lain, bukan mencari solusi.”

Aku mengangguk. “Nenek benar.”

“Nadia, Nenek boleh tanya sesuatu?”

“Eh, ya?”

Mendadak perasaanku jadi tidak enak....

“Kan kalian sudah sekitar,” katanya sembari menghitung menggunakan jari, “tiga bulan bersama nih. Ada kemungkinan enggak sih kalau kamu sudah isi?”

BYE, MANTAN! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang