34

4.1K 481 6
                                    

NOTE: EKSTRA BYE, MANTAN EPISODE TERAKHIR SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA! Selamat membaca. :”)

***

Semenjak Justin mengabariku mengenai kedatangan Papa, aku tidak mendengar kabar mengenai keluargaku. Kiki, ibu kandungnya, dan sepertinya kali ini masa lalu benar-benar telah tertutup rapat—tepat, di balik pintu yang selalu kujaga agar tidak terbuka demi alasan apa pun.

Aku tidak ingin melarikan diri dari masa lalu, sesungguhnya. Orang bilang menghadapi sumber ketakutan dan kecemasan merupakan langkah terbaik dalam upaya membuka lembar kehidupan baru. Namun, menghadapi trauma tidaklah mudah. Tidak. Pernah. Mudah. Sekadar bicara kepada diri sendiri agar bersiap menghadapi sumber ketakutan dan mimpi buruk ... oh ayolah, benarkah semua manusia “memang” harus menghadapinya? Memaksa setiap orang bersikap kuat, padahal kelemahan tidaklah memalukan.

Entahlah. Aku tidak tahu dan tidak mau tahu. Bahkan ketika kabar, garis miring, gosip Kiki dan Kai masih memanas di media sosial pun kehidupanku ternyata berjalan seperti biasa.

Riana, matahariku, sumber kebahagiaanku. Dialah salah satu hal terbaik yang kudapatkan dari kehidupan kedua. Kadang dia merengek karena menolak berpisah denganku, tapi selebihnya anak itu sangat manis.

“Maaaa!” teriak Riana, menolak digendong Ivan. “Mamaaaa!”

Ups Riana kini memasuki usia dua tahun. Hana dan suaminya sering mampir. Ke mana Hana pergi, ke sanalah Ivan berkunjung. Mereka jarang membawa Milo, tapi aku yakin Hana berusaha mewujudkan pertemuan di antara keduanya agar lekas terjadi sesering yang ia kehendaki.

“Maaaaa!” raung Riana, ia kini mendorong wajah Ivan dengan kedua tangannya yang mungil. “Uaaaaa!”

Aku lekas meraih Riana, menggendongnya, dan mencoba menenangkannya. Jangan tengok ke belakang. Pokoknya jangan tengok ke belakang. Aku tidak mau tahu ekspresi Ivan. Yang kudengar hanyalah ucapan Hana: “Sayang, kenapa kamu membuat calon menantuku menangis? Kan sudah kubilang agar menculi-eh, merayunya.”

Kuharap aku salah dengar!

“Apa anakmu memang sangat lengket kepada ibunya?”

“Anakku bahkan tidak mau kugendong,” Justin merajuk. Sepertinya dia mulai menumpahkan semua keluh kesah yang telah lama tertanam dalam hatinya. “Dia hanya mau tidur denganku ketika aku mengenaka piama merah muda. Tidak mungkin setiap hari pakai piama merah muda?”

“Kamu bisa pakai kemeja merah muda,” Hana menyarankan. “Cowok tetap keren kok pakai warna merah muda.”

Riana, yang kini memeluk leherku, sudah berhenti menangis. Dia menolak dibujuk Hana dengan apa pun. Sepertinya putriku punya penilaian tersendiri mengenai seseorang.

“Ma....”

“Iya, Sayang,” kataku menenangkan, “Mama di sini.”

Barangkali Hana menyerah, untuk hari ini, merayu Riana. Dia pulang dan setelahnya suamiku benar-benar memesan seperangkat pakaian bernuansa merah muda. Kuharap dia tidak sungguh-sungguh mengenakan pakaian resmi warna merah muda ketika bekerja. Aku takut rekan kerjanya silau atau ... yaaaah terkena mimpi buruk?

Pada suatu hari aku mengajak Riana mengunjungi kebun binatang. Dia paling bersemangat menyaksikan anak beruang yang tengah bermain bersama teman-temannya. Sesekali ada ibu-ibu yang menawari Riana permen. Aku terima dan simpan, tapi tidak memberikannya kepada putriku. Dia punya kebiasaan buruk yakni, hanya makan permen dan menolak sayuran. Itu terjadi kalau sudah bertemu permen. Susah sekali membujuk Riana saat tergoda permen.

Suamiku, yang menyedihkannya, tidak keberatan memakai topi beruang. Dia bahkan rela mengenakan atasan bernuansa merah muda. Sekalipun celana jins yang ia kenakan tidak menarik perhatian, warnanya, tapi....

BYE, MANTAN! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang