11 :: Gejolak Api Cemburu

16 3 0
                                    

Entah dosa apa yang telah Bentala lakukan di masa lalu, hingga kini dirinya menghadapi kemalangan yang cukup menguras emosi. Sepulang dari rumah Harsa pukul setengah enam sore lalu, dirinya tak langsung menuju kediamannya. Gadis itu justru membelokkan mobilnya menuju pelataran kafe yang cukup ramai. Alasannya adalah Serena yang secara mendadak meminta bertemu. Sahabatnya itu hendak curhat perihal dirinya yang dijodohkan dengan seorang laki-laki yang sama sekali tak dia kenal. Padahal di hati Serena sudah ada nama Arjuna Alvarendra yang bersemayam. Cintanya pada pemuda itu jangan lagi ditanya. Bumi dan seisinya juga belum menggambarkan separuh dari cintanya. Arjuna juga bukan sosok yang memalukan sehingga tak bisa dibanggakan dihadapan orang tua gadis itu. Serena hanya tinggal menunggu balokan es Arjuna mencair sebentar lagi, lalu akan Serena pamerkan kepada seluruh dunia bahwa dia punya pacar yang visualnya bukan main tampannya, pula bagaimana bersahajanya seorang Arjuna Alvarendra. Namun, niatnya yang hanya didasari rasa sombong itu tentu tak akan dikabulkan begitu saja oleh Tuhan. Buktinya Serena dijatuhi karma dengan segudang cintanya untuk Arjuna yang bahkan setetes pun pemuda itu tak rasakan hal yang sama. Itu untuk saat ini, pastinya Serena berharap dengan sangat, suatu saat pemuda itu akan membalas cintanya lebih besar dari cinta Serena kepada si pemuda.

"Sumpah, ya, La, Gue pengen banget kabur dari rumah kalau kayak gini. Nggak bisa gue diatur-atur begini! Gue capek! Gue muak!" jerit Serena bernada frustrasi. Bentala yang duduk disampingnya hanya terdiam, terlampau bingung harus merespon bagaimana. Satu yang bisa dia lakukan adalah hanya mengusap pundak si sahabat dengan lembut.

"Masalahnya Lo mau kabur ke mana, Na? Kalau cuma kabur ke rumah gue, ortu Lo pasti bakal tahu," balas Bentala.

Serena yang tengah mengusap ingusnya dengan tisu itu lantas menoleh ke arah Bentala. "Mau kabur ke rumah Mas Juna aja," jawab Serena tanpa pikir panjang.

Bentala yang mendengar itu, lantas menatap nyalang. "Gue nggak nyangka Lo segila ini!"

"Ya habisnya gimana, satu-satunya yang bisa menyelamatkan gue dari perjodohan konyol itu, ya, Mas Juna. Ah ... andai Mas Juna menyadari perasaannya lebih cepat," monolog Serena.

Semakin diperhatikan, Bentala menjadi takut sendiri lantaran tingkah Serena sudah macam orang dengan gangguan kejiwaan. "Mas Juna bukan belum sadar sama perasaannya, tapi emang nggak punya perasaan yang sama aja kayak cinta lo itu."

Serena langsung menatap tajam Bentala, membuat kekasih Harsa itu tersenyum lima jari.

"Ah ... emang bajingan yang namanya Arjuna itu. Ganteng doang tapi nggak jadi pacar gue, ya, buat apa?" umpat Serena.

Bentala menghela napas pelan. "Kalau emang mau dicintai kenapa nggak sana Naka aja? Ya, walaupun tampangnya kurang meyakinkan, gue sih bisa melihat kalau dia juga bisa serius, Na."

Serena menggeleng cepat. "Enggak! Sekali Arjuna tetap Arjuna."

"Tapi kalau pilihan lainnya Mas Harsa gue sih nggak nolak, ya, La," imbuh Serena.

Kini giliran Bentala yang memelotot. "Enak aja! Nggak bisa! Mas Asa cuma punya gue!"

Serena tertawa, tapi tawa itu tak berlangsung lama. Sebab sejatinya dia masih terbayang perjodohan yang mustahil untuk dia lawan kalau saja dia masih jomlo seperti ini. "Tapi gue beneran takut, La. Kayak kenapa sih ortu gue sampai jodoh-jodohin begini. Gue cantik kali, bisa cari cowok sendiri. Cuma emang bertekad menaklukan bongkahan es Mas Juna aja, makanya gue kelihatan nggak laku."

"Ya, terus sekarang Lo maunya gimana, Na?" tanya Bentala yang mulai jengah.

"Enggak tahu, ah! Pusing!" Gadis itu meraih gelas amerikano dua shoot yang pahitnya sudah macam kehidupan itu. "Tuhan, tolong jadikan Arjuna Alvarendra jodohku! Kalau engga---"

Symphony Harsa [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang