14 :: Meredam Ego

17 2 0
                                    

"Serius Mas Harsa begitu?!" seru Serena. Gadis itu menahan geram setelah mendengar cerita Bentala. Sama sekali tak dia sangka, orang seperti Harsa yang dia kagumi sebagai sosok pacar idaman memiliki sifat yang cukup brengsek. Terlebih yang pemuda itu sakiti adalah sahabatnya. Serena tak terima! 

Serena dibuat ikut terenyuh saat melihat Bentala yang senantiasa menitikkan air mata. Sejak gadis itu mendatangi gedung apartemennya satu jam yang lalu, Bentala tak juga menghentikan tangisnya. Melihat sahabatnya yang tengah dirundung nestapa, inginnya Serena membantunya. Akan tetapi, dirinya sadar permasalahan ini bukanlah ranahnya. Dirinya memang mengutuk tindakan Harsa, tetapi dia tak bisa berbuat banyak untuk membalas pemuda itu. 

"Terus keputusan Lo gimana, La? Lo mau putus sama Mas Harsa?" tanya Serena pada sahabatnya yang duduk menunduk di pojokan sofa. 

"Gue nggak tahu, Na. Lagian apa yang mau dipertahankan sedangkan Mas Asa sendiri rasanya sudah tidak ada niatan untuk melanjutkan hubungan kita," balas Bentala dengan nada setengah berbisik. Tenaganya seolah tersedot habis bersamaan dengan derai air matanya sehingga kini sekujur tubuhnya terasa kuyu. 

"Kenangan kebersamaan kalian, La. Lo nggak merasa sayang empat tahun Lo jadi hal yang sia-sia kalau sampai putus sama Mas Harsa. Lo pernah cerita kalau ada komitmen untuk ikatan yang lebih kuat dibanding sekarang. Lo yakin ikhlas buang semua kenangan Lo, karena setelah kalian putus untuk sekadar kangen-kangenan masa lalu udah nggak berhak. Gue rasa kalian emang lagi di fase jenuh aja. Mas Harsa rasanya nggak mungkin putusin kamu mengingat gimana bucinnya dia," tukas Serena. 

Bentala mengusap wajahnya frustrasi. Dirinya bingung hendak bagaimana. Di satu sisi dirinya enggan untuk putus dengan Harsa. Bagaimanapun Bentala amat mencintai pemuda itu. Amat sayang sampai Bentala tak bisa membedakan  besar cintanya pada Harsa juga pada dirinya sendiri. Namun, di sisi lain Bentala tak bisa menolak bila memang itu yang diinginkan oleh Harsa. Bentala tak mau apabila dia memaksakan kehendak untuk tetap mengikat Harsa padanya justru akan menyakiti kekasihnya itu. Biarlah mereka tak bersama asalkan orang yang dia cintai bahagia hidupnya. 

"Gue selalu bilang, kunci hubungan itu cuma komunikasi, La. Lo ..."

"Udah!" sergah Bentala memotong perkataan Serena. "Gue udah coba bilang ke Mas Harsa, semua yang gue pendam selama ini, semua unek-unek gue keluarin semua. Buktinya apa? Dia malah bilang lebih baik putus aja waktu gue ngungkit gue yang keberatan karena dia nggak pernah terbuka sama gue."

"Na, salah, ya, kalau gue pengen pacar gue bagi ceritanya ke gue. Salah, ya, kalau gue pengen tahu masalah yang dihadapi pacar gue. Kalau lo jadi gue gimana respons lo saat lo lihat pacar lo kayak ditimpa masalah besar. Dibuat nggak fokus, nggak lelap tidurnya, lebih banyak diam, tapi sama sekali lo nggak bisa bantu. Hahaha ... gimana mau bantu kalau setiap ditanya ada apa dia selalu diam. Seolah nggak butuh orang lain. Lo ngerti maksud gue kan, Na?" imbuh Bentala. 

Serena mengangguk. Setuju dalam hati. Amat berat pula bila berposisi sebagai Bentala. Jika ditilik semuanya jadi serba salah. Ingin membantu tapi orang yang dibantu sama sekali tidak mau, sedangkan apabila terus diam seolah tidak menyadari apapun cukup membuat gelisah lantaran harus melihat sang kekasih tampak kuyu karena masalah yang menjeratnya. Jika dia berposisi sebagai Bentala pun, tentu Serena akan kebingungan hendak bagaimana. Memang benar ungkapan, yang tenang biasanya lebih menghanyutkan. Selama ini hubungan Harsa-Bentala tampak adem ayem tanpa ada masalah yang menerpa. Namun, sekalinya badai itu datang, keduanya justru langsung memutuskan untuk berpisah. 

"Gue nggak tahu harus gimana, La. Gue cuma berharap apa pun keputusan kalian, itu memang yang paling terbaik. Gue nggak mau, Lo atau pun Mas Harsa tersakiti nantinya atas keputusan kalian. Kalian berdua sama-sama temen gue. Gue nggak mau satu pun dari kalian yang sakit nantinya. Lo paham, kan?" 

Symphony Harsa [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang