SELAMAT MEMBACA
Moira membuka pintu kamarnya dan tak lupa menguncinya kembali, gadis itu bersandar di belakang pintu yang lama-lama melosot hingga terduduk di lantai. Gadis itu memeluk kedua kakinya dan menyembunyikan wajahnya di atas lutut.
Kemudian terdengar suara isak tangis, Moira menangis, tatkala hidup terasa berat baginya. Teman-temannya menjauhi dirinya, kekasihnya tidak percaya dengannya.
Moira semakin terisak saat mengingat kembali kejadian tadi di parkiran sekolah waktu jam pulang sekolah.
Flashback on
"Aku gak nyangka kamu bisa setega itu sama teman kamu sendiri, cuman karena dia numpang untuk ke rumah sakit. Mamanya lagi sekarat Moi, di mana hatimu?"
"Aku gak gitu Carrel, itu semua fitnah," Ucap Moira berusaha menjelaskan.
"Selalu fitnah, apa-apa kamu bilang fitnah. Atau selama ini memang kamu yang membalikkan fakta?"
Moira terdiam, apa dia tidak salah dengar? Sekarang pacarnya menuduhnya? Sekeji itu Moira di mata Carrel? Sejahat itu Moira di mata orang-orang?
Moira menatap lirih pada Carrel. "Sakit banget tau gak? Gak ngelakuin apa-apa tapi di tuduh jadi pelakunya. Aku capek ngejelasin, semua yang aku bilang gak ada gunanya. Semuanya percaya sama Aileen, kenapa? Dia hanya orang baru yang datang langsung menghancurkan segalanya, itu yang kamu percaya? Carrel, apa kamu gak pernah mikir? Kejadian itu terjadi saat Aileen belum masuk ke sekolah ini, lantas kenapa dia bisa tau kejadian itu dan langsung bilang kalau aku gak ikhlas? Kamu bilang aku gak punya hati? Kamu yang gak punya otak!"
Moira pergi dari hadapan Carrel setelah mengeluarkan unek-uneknya, gadis itu menyetop taksi untuk pulang dan pastinya sambil menangis.
Flashback off
"Aku gak pernah ganggu kamu Ai, aku gak pernah buat masalah sama kamu. Lalu kenapa kamu lakuin semua ini sama aku? Kenapa kamu buat semua orang benci sama aku? Kenapa Ai? Ahk.... Hiks... Hiks..."
Moira begitu terisak, pertemanannya hancur, percintaannya juga hancur. Dalam sekejap semuanya hilang, oleh seseorang yang baru ia kenal.
Tok... Tok... Tok...
"Moi, makan dulu sayang," Ucap Dalia dari balik pintu.
Mendengar itu Moira mengangkat wajahnya, ia teringat satu hal. "Mama, iya Mama. Apa Aileen juga akan mengambil orang tuaku? Kenapa tiba-tiba firasat aku kaya gitu ya?" Batin Moira. Perasaannya tidak enak, ia merasa Aileen juga akan menghancurkan keluarganya.
Tidak, itu tidak boleh terjadi. Mungkin Moira bisa tanpa yang lain, tetapi dia tidak bisa tanpa Mama dan Papanya.
Dengan segera Moira bangkit lalu mencuci muka, menghilangkan air matanya. Setelah di rasa lebih baik, gadis itu pun keluar untuk makan siang di temani Dalia.
"Ma, mau nanya boleh?" Tanya Moira di sela makannya.
"Boleh dong sayang."
"Mama percaya sama aku kan?"
"Tentang?"
"Tentang apa aja."
"Ya percaya dong, emang anak Mama pernah bohong? Kan engga," Balasan Dalia membuat Moira lebih tenang. Setidaknya ia masih punya orang tua yang selalu mempercayainya.
"Terimakasih Ma," Ucap Moira tersenyum senang.
"Sama-sama. Kenapa nanya gitu?"
"Mana tau Mama gak percaya sama aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE
Ficção AdolescenteFollow sebelum baca yuk♡ _-- Darah di bayar dengan darah Nyawa di bayar dengan nyawa Saya hanya melakukan apa yang orang lain perbuatan dengan saya, setimpal bukan? Hanya seorang gadis lugu yang berubah menjadi seorang perempuan yang haus darah. Sem...