Dompet

394 35 1
                                    

Wilmana menggandeng tangan Marcel saat mereka turun dari bus.

"It’s ok, aku hanya hamil 5 bulan, jadi kamu gak perlu terlalu berhati-hati padaku.” Ucap Marcel.

"Lihat sudah berapa besar perutmu itu.” Ucap Wilmana dengan protes.

“Bayinya memang sedikit besar!”

"Aku dengar anak yang besar sedikit rakus, jangan kau kira Pipi tidak memberitahuku apa saja yang kau lakukan. Dia bilang kau menyelinap ke dapur setiap malam untuk makan. Terakhir kali kita check up, bukankah dokter sudah bilang jika bayinya besar didalam Maka akan membahayakan proses kelahiran, jadi berusahalah kontrol dirimu.”

"It’s fine, no big deal." Jawab Marcel berbeda.

“Bukankah kemarin kamu bilang ingin melahirkan secara normal.”

"Kalau begitu aku akan mengurangi porsi makanku kedepannya!” Ucap Marcel ragu.

Mereka melanjutkan obrolan mereka sampai memasuki lift dan menuju lantai 5 di Mall tersebut- lebih tepatnya dibagian toko perlengkapan bayi.

Mereka berjalan dan memperhatikan toko saat Marcel berkata, “Barang untuk bayi kenapa mahal semua?.

“Barang untuk anak memang lebih mahal!” Bahkan Wilmana juga terkejut dengan tingginya harga barang.

"Kalau begitu aku akan beli sedikit saja, ayo cari botol bayi dulu.” Ajak Marcel.

Marcelino memilih botol susu yang cukup mahal karena kualitasnya yang bagus. Tapi kemudian dia ragu lalu mengembalikannya lagi ditempat display.

Wilmana menaruhnya dikeranjang belanja milik Marcel dan menggerutu, “Kau terus saja ragu-ragu,jika mau tinggal beli aja.”

“Tapi semua barang bayi sungguh sangat mahal belum kalau sudah lahir pasti akan bertambah juga kebutuhannya.”

"Ambil ini, anggap ini hadiah dariku untuk baby.” Setelah berkata begitu Wilmana mengambil alih troli belanja dan mengarahkan ya ke kasir untuk membayar.

"Bagaimana bisa aku biarkan kamu membayar?” Marcel berusaha menolak.

"Kamu Masih bisa bilang begini ketika Pipi sudah membelikanmu begitu banyak susu. Bukankah kita setuju akan membesarkan bayinya bersama-sama.”

"Tapi…”

"Belajar menerima bantuan dari temanmu ini, bukankah ini salah satu cara membuat kita semakin dekat, dah."

Setelah mendengarkan perkataan Wilmana, Marcel tidak bisa menolak lagi.

Saat di depan kasir, Marcel selalu melirik ke arah botol berbentuk kucing ditangan Wilmana, Dan tidak bisa menahan untuk berkomentar “Jika kamu begitu suka dengan anak kecil, kamu tinggal menunggu kepulangan Baswara dan serang dia!”

“Mungkin.” Jawab Wilmana.

"Apa? Apakah Baswara tidak mau punya anak?” Ucap Marcel terkejut.

“Bukan begitu. Kami bahkan tidur di kamar berbeda, jangankan punya anak,itu sungguh Masih jauh.” Ucap Wilmana menaikan pundaknya.

"Benar, Baswara harus ke Amerika setelah kalian menikah. Bukannya dia akan kembali sebentar lagi?” Marcel mengingat Baswara akan kembali di bulan desember.

"Harusnya dia kembali minggu depan, tapi tanggal pastinya belum ditentukan.”

Saat mereka mengobrol, mereka melewati toko. Dan Wilmana meliriknya ragu-ragu.

“Kamu mau beli kado buat Baswara?” Tebak Marcel.

"Em.” Wilmana mengakui.

"Kalau begitu ayo masuk!, Baswara sudah membelikanmu banyak barang, setidaknya kamu juga harus memberinya sesuatu.”

Meeting to Married Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang