Warning this episode slight 🔞 minor dni or skip this part 🙏🏻
Saat cuaca memanas, semangat masyarakat juga menjadi lebih kuat. Banyak lampu jalan ditutupi lentera merah, dan supermarket mulai memamerkan semua barang berwarna merah mereka.
Wilmana selalu berpikir bahwa nenek moyang Tionghoa mereka cukup bijaksana, mendekorasi rumah mereka dengan tema api untuk melawan salju.
"Apakah kita benar-benar hanya belanja ini saja?" Baswara melihat keranjang belanjaan mereka dengan sedikit ragu.
Dalam mempersiapkan kunjungan mereka ke mertuanya, Baswara mengajak Wilmana ke supermarket terdekat untuk membeli beberapa hadiah Tahun Baru untuk dibawa.
“Benar, satu-satunya hobi ayahku adalah merokok dan minum.”
Setelah Wilmana mengatakan ini, Baswara menunjuk ke item tersebut dan dengan tegas memperingatkan: "Kamu tidak diperbolehkan belajar darinya."
Melihat ke keranjang belanjanya lagi, Baswara berkomentar: "Tetap saja, produk ini terlalu murah, kita harus mendapatkan dua botol Wine." Baswara belum puas dengan harga wine yang dipilih Wilmana.
“Tidak, tidak, kita harus membeli satu saja atau dia akan menyimpan botol yang lain. Rokoknya juga tidak boleh terlalu mahal, meski harus diimpor. Atau suatu saat dia pergi bersama ibuku ke supermarket dan diam-diam membeli rokok dengan merek yang sama." Wilmana tahu sifat ayahnya.
"Tunggu, jadi...kamu memilih rokok dan alkohol impor untuk mencegah ayahmu diam-diam menukarnya dengan bungkus yang baru dibeli?" Baswara menyadari trick Wilmana setelah memikirkannya dengan cermat.
"Mas Pinter!" Wilmana memuji.
"Bagaimana dengan bibi? Bukankah kita hanya membeli terlalu sedikit vitamin?" Baswara menunjuk ke sejumlah kecil botol di keranjang belanja.
"Aku sudah membelikannya beberapa pakaian." Jawab Wilmana.
"Haruskah aku membelikan sesuatu untuknya juga? Kudengar orang tua menyukai emas. Haruskah aku pergi membeli gelang emas untuk bibi?" Baswara ingat ada beberapa toko perhiasan di lantai pertama mall.
“Tak perlu repot, emas adalah sesuatu yang disukai ibuku.” Wilmana berkomentar saat dia mengingat kembali kejadian dengan ibunya dan gelang emas bibinya yang serakah. Sang bibi sesumbar bahwa gelang emasnya diberikan oleh menantu perempuannya.
“Kalau begitu, haruskah aku membelinya dulu?” Baswara berbalik dan langsung mendorong trollinya ke arah toko perhiasan terdekat.
“Kenapa mas begitu bersemangat, aku belum selesai bicara. Kebiasaan kita hanya menantu yang membelikan gelang emas untuk mertuanya dan itu tidak wajib mas.” Wilmana menarik Baswara untuk berhenti.
"Ah? Kamu punya kebiasaan ini? Lalu haruskah aku membeli kalung emas?" Baswara menyarankan.
“Jika mas memikirkan hal ini, sebaiknya mas mengerahkan seluruh kekuatan berpikirmu pada bagaimana mas bisa membuat orang tuaku menerima kehadiran mas.” Wilmana tersenyum. "Jangan lupa kalau aku kawin lari. Terlebih lagi, baru setengah tahun berlalu, pria yang kubawa pulang sudah berubah."
Tapi itu bukan salahmu?" Tanya Baswara.
"Ya, tapi masalahnya, mas akan kembali bersamaku tahun ini." Wilmana melanjutkan sambil merentangkan tangannya. "Tadinya aku akan bilang putus tahun ini, lalu ngenalin mas tahun depan."
“Kalau begitu, bukankah kita harus backstreet selama setahun?” Baswara tidak menginginkan itu. "Aku lebih suka menghadapi orang tuamu sekarang dan menanggung semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meeting to Married
Storie d'amoreBaswara yang telah ditolak lamarannya sebanyak 3 Kali dipertemukan dengan Wilmana didepan KUA yang juga dicampakkan kekasihnya sebelum mendaftarkan pernikahan keduanya.