Hamparan luas dengan pohon dipangkas indah berjejer rapih dan taman bunga mawar yang berdansa setiap angin berhembus. Angin berhembus tak begitu kencang, namun tetap menyejukkan; cukup untuk membuat orang tak kepanasan akibat terik matahari. Berada dalam rumah kaca penuh dengan tanaman hias. Duduk santai dengan teh dan cemilan sebagai sajian.
Diriku menyesap tenang teh yang memiliki wangi jasmine, hangat menenangkan.
"Jadi, kalian akan terus berdiri di sana?" tanyaku sedikit sarkas. Mereka terpanjat dan langsung pergi mengambil barang-barang mereka.
Pandanganku langsung lenggang tak ada orang. Aku tersenyum tipis.
"Lalu kau tidak akan meminta maaf?" Tanya Zagreus tiba-tiba sambil menyilangkan tangan di dada, terlihat kesal.
"Untuk?"
"Membunuh Saudagar yang kuperkenalkan," Jawabnya ketus.
"Apa yang dia tanam, itu yang dia tuai," jawabku acuh tak acuh. Zagreus mendengus kesal.
"Oh, ayolah! Sekarang bagaimana aku akan menghadapi serikat dagang? Dia anggota serikat dagang asal kau tahu." Dia memprotes dengan ekspresi ingin menghajarku.
"Lalu tadi saya harus diam saja?" Tanyaku. Memasukkan sesuap kecil kue ke mulutku.
"Iya—Tidak—Maksudku—Libitina," dia membuang nafas. "Maksudku tidak. Tapi bukan berarti kau harus membunuhnya." Frustasi Zagreus yang terbata-bata.
Aku menghela nafas. "Itu hal yang mudah Anda selesaikan, Kak."
Zagreus langsung duduk tegak, mendelik tak terima. Tangannya tak lagi menyilang, dan berganti memegang kursi yang Ia duduki.
"Hei! Jangan remehkan serikat dagang, Bocah. Mereka lebih merepotkan daripada yang kau pikirkan." Dia menunjukku dengan jarinya.
"Merepotkan bukan berarti tidak bisa diselesaikan." Kataku sambil tersenyum santai.
Dia menghembuskan nafas keras-keras, kemudian duduk merosot membuat kakinya melebar. Dia memijat pangkal hidungnya.
"Anggap saja ini sebagai permintaan lain saya, Kak." Aku meliriknya sebentar.
"Aku bisa memberimu apapun jika kau tidak puas, kecuali hasil kemenangan perang kecil itu tentu saja. Ingat? Kakak yang mengatakannya." Ujarku sambil meniru nada suara Zagreus saat mengatakannya.
Zagreus kembali mendelik tak percaya, namun pada akhirnya Ia mengalah dan berakhir menghembuskan nafas frustasi.
Aku sendiri merasa terkejut dengan perintah spontan karena kesal dengan sikap Saudagar itu. Memenggal kepala seseorang karena tersinggung? Itu bukan diriku, dan sialnya, aku tak merasakan apapun setelah mengeluarkan perintah itu, bahkan saat kepalanya menggelinding dan darahnya menggenang di mana-mana.
Entah kewarasanku memang hilang atau ini sifatku dari lama. Mungkin juga karena aku dulu menahan diri untuk tidak membunuh orangtuaku sebelum beranjak dewasa adalah penyebab diriku mudah mengeluarkan perintah membunuh.
Meskipun aku tak membunuhnya dengan kedua tanganku sendiri, tetap saja aku tidak merasakan kengerian apapun. Malahan, aku merasa sedikit ...
Senang.
Para desainer dan pedagang kembali bersama barang-barang mereka. Dengan gugup mereka berdiri berbaris, menyatukan kedua tangan di depan perut.
Asisten mereka memberikan majalah atau katalog mereka. Dengan cepat mereka mundur, masih merasa takut kepadaku.
Aku tidak menghiraukan ketakutan mereka, mengambil salah satu katalog. Membolak-balik halamannya. Gambar desain mereka banyak yang menarik, sejujurnya semuanya terlihat cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTER
FantasyLibitina Kaltain, karakter fiksi figuran yang berada di novel jadul bertajuk 'Survive In Kaltain' yang kubaca secara kebetulan di perpustakaan umum kota karena memiliki sampul buku yang unik. Libitina adalah putri bungsu dari Kaltain yang terkenal s...