Season 2: CHAPTER 56

1.6K 235 43
                                    

"Apa yang sedang Paman lakukan?" tanyaku kala melihat Frederick yang berdiri di depan kaca pelindung sebuah pedang.

Hari ini aku kabur dari bertumpuk-tumpuk pekerjaan karena jenuh dengan semuanya, maka aku memutuskan untuk mencari angin. Namun cuaca hari ini terbilang buruk dikarenakan di luar sedang badai salju. Buruk sekali, semua orang dilarang untuk keluar dari kediaman sekarang.

Berujung tidak tahu akan ke mana, aku memutuskan untuk menyusuri kembali koridor yang pernah dilalui olehku dan Frederick. Lantas di sinilah aku, terpaku di ambang pintu sebab melihat Frederick di dalam ruangan yang dulu menjadi tempat peninggalan Marianne berada.

Awalnya hanya ingin lewat saja, akan tetapi malah menemukan orang itu fokus sekali memerhatikan pedang legendaris.

Mengejutkan melihatnya berada di sini, sekarang masih jam kerja karena matahari melambung tak begitu tinggi alias masih pagi, dan orang yang seharusnya sibuk itu berada di sini. Sedang berdiri di depan sebuah pedang tua yang dilindungi oleh kaca dengan wajah serius.

"Memeriksa apakah ini masih bisa digunakan atau perlu diperbaiki," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan.

Dilihat-lihat lagi dia memang memandangi kaca pelindung itu dengan lamat, bukan pedangnya. Aku berjalan mendekatinya, ikut melihat benda yang ia tatapi. Lantas mengerutkan kening. Apa yang salah dengan ini?

"Kacanya?"

"Bukan, sihir pelindungnya."

Alisku terangkat. Ah, maksudnya sihir pelindung yang pernah ia hancurkan saat hendak mengambil benda warisan Marianne. "Ah, yang itu."

"Benar, yang itu."

"Lalu?"

"Yang satu ini sedikit rusak." Dia menunjuk ke arah retakan kecil di sana. Retakan kecil yang baru terlihat jika aku menyipitkan mata. "Sebenarnya tidak akan ada masalah jika dibiarkan, akan tetapi akan menambah pekerjaan di kemudian hari." Jawabnya seraya mengurut dagunya.

Keningnya mengerut-kerut dengan serius, terlihat sekali dia memusingkan hal yang tidak perlu dipusingkan sama sekali alias sepele. Aku mendengkus, sebenarnya aku semakin ragu dia ini seorang Archduke yang layak atau tidak. Terkadang dia cerdik bak pemimpin handal yang layak menerima gelar setinggi Archduke, tapi juga terkadang melakukan hal tak penting seperti memusingkan hal-hal sepele seperti ini.

"Kalau begitu perbaiki saja, Paman. Daripada rusak sepenuhnya lalu semakin merepotkan di kemudian hari," saranku padanya yang membuat dia mengangguk-anggukkan kepala.

Aku menghela napas tak habis pikir.

"Baiklah." Setelah mengatakannya, ia berdiri tegak seraya mengangkat tangan. Bak pendeta yang memberi berkat, dia menutup matanya dan berkomat-kamit.

Cahaya terang menyinari sekitar kaca itu, terlihatlah dengan jelas dan terang guratan pola pada kaca itu. Pola berkelok-kelok yang nampaknya merupakan lingkaran sihir atau sebuah mantra yang dituliskan. Pola itu berputar searah jarum jam, terlihat seperti sebuah hologram. Mataku lantas menangkap beberapa bagian yang tadinya terputus kembali menyatu, membentuk satu-kesatuan dan akhirnya meredup sudah cahaya itu. Nampak telah selesai.

Secepat itu dan semenakjubkan itu. Pola-pola rumit yang membentuk kesatuan sehingga menciptakan suatu sihir berkepanjangan, lingkaran sihir. Salah satu cara untuk mengeluarkan sihir besar tanpa perlu khawatir akan efek sampingnya. Metode ini memang efektif untuk menghindari efek samping dari mengeluarkan sihir besar secara langsung, meski kekurangannya memerlukan banyak waktu. Efektif namun tidak efisien.

"Takjub?" pertanyaan itu menyadarkanku dari lamunan.

Aku mengangguk pelan. Memang diriku takjub, sesuatu yang rumit namun begitu indah untuk diperhatikan. Lingkaran sihir tidak memiliki batas, selagi memiliki cukup Mana sebagai bahan bakar dan formulanya benar, kita dapat mengeluarkan sihir bentuk apapun. Sebesar apapun. Metode yang tidak efisien namun yang paling banyak digunakan karena sangat efektif.

THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang